13 | Hani Hilang

917 92 4
                                    

"Ada hal yang terjadi di sana?" tanya Ziva, mencoba mencari kepastian.


"Enggak ada, Ziv. Di sini keadaan aman. Para korban mendadak berhenti merintih," jawab Rasyid.

"Itu benar. Para korban berhenti merintih, meskipun demam dan batuk yang mereka alami masih terjadi," tambah Mika.

Ziva pun menatap ke arah Raja setelah mereka mendengar dia laporan tersebut.

"Aku akan masuk ke dalam dan memeriksa keadaan korban di rumah ini," ujar Raja.

"Ya, cobalah periksa," tanggap Ziva.

Ponsel milik Raja kembali ke tangan Ziva saat pria itu masuk ke rumah nomor 9F lagi. Apa yang sudah Raja rekam sejak tadi kini tersimpan pada file penyimpanan. Ziva pun segera mengirim semua video tadi ke ponsel milik seluruh anggota tim yang lain. Raja keluar tidak lama kemudian dan Ziva langsung menatap ke arahnya.

"Itu benar. Para korban berhenti merintih meski masih batuk dan demam," lapornya.

"Alhamdulillah. Kalau begitu kali ini kita tidak akan mematahkan teluh tanah kubur ini memakai cara yang biasa kita lakukan. Kita akan lakukan dengan cara yang barusan kucoba. Aku akan hubungi Hani," ujar Ziva.

Raja menerima kembali ponselnya dari tangan Ziva. Ia melihat kalau Ziva baru saja mengirim semua video yang ia rekam tadi kepada seluruh anggota tim. Raja pun segera menambahkan isi pesan dari ketiga video yang dikirim tersebut, agar yang lainnya semakin paham dengan maksud videonya.

Ziva menunggu Hani mengangkat teleponnya selama beberapa saat. Hani sama sekali belum memberi kabar sejak keluar dari halaman rumah nomor 8F. Ia sedikit resah dengan keadaan itu, namun masih mencoba untuk berpikiran positif. Raja menyentuh bahu Ziva tak berapa lama kemudian, membuat Ziva segera menoleh ke arahnya.

"Hanya pada ponsel Hani pesanku tidak masuk," Raja menunjukkan ponselnya.

Ziva menatap ponsel itu dan pikiran positifnya mendadak lenyap dalam sekejap. Perasaannya mulai terasa tidak enak, karena tidak biasanya Hani mematikan ponsel ketika sedang bekerja.

"Minta pada yang lainnya untuk berkumpul. Katakan pada mereka untuk tidak terlihat mencurigakan," pinta Ziva.

Raja pun segera melakukan apa yang Ziva inginkan. Anggota tim mereka yang lain kini keluar dari rumah nomor 7F dan 8F untuk segera menemui Ziva dan Raja di depan pagar rumah nomor 9F. Mereka benar-benar bersikap seperti biasa, seperti yang Ziva inginkan. Ketika mereka akhirnya berkumpul kembali, mereka membuat lingkaran kecil di tempat itu dan seakan sedang mendiskusikan sesuatu yang tidak berkaitan dengan Hani.

"Kita semua sedang lost contact dengan Hani. Ponselnya tidak aktif. Pesan yang dikirim dari ponsel milik Raja hanya tidak tersampaikan pada Hani. Aku juga sudah berusaha meneleponnya namun tidak bisa masuk," bisik Ziva.

Ekspresi Rasyid, Tari, dan Mika jelas mulai berubah meskipun sedikit. Namun pada saat itu mereka berusaha untuk tetap terlihat tenang, agar tidak ada yang curiga ketika melihat mereka,

"Ada yang kamu curigai?" tanya Rasyid.

"Aku belum bisa memastikan. Tapi terakhir aku bicara dengan Hani adalah saat aku memintanya menemui Pak Ardit untuk menanyakan apakah air yang kita butuhkan dalam jumlah banyak sudah terpenuhi atau belum. Sejak itu, tidak ada kabar lagi dari Hani. Tapi mari kita hadapi hal ini pelan-pelan saja. Jika bertemu dengan Pak Ardit, maka tetaplah berekspresi santai seperti saat awal kita bertemu dengannya. Dan Tari ... coba hubungi Pak Aksan secara diam-diam. Katakan pada Beliau untuk datang ke sini tanpa perlu mengabari pada Pak Ardit," pinta Ziva.

"Oke. Aku akan menghubungi Pak Aksan dan Ras akan mencoba menghadapi Pak Ardit," tanggap Tari.

Ziva pun kemudian menatap ke arah Mika.

"Tugasmu sekarang cuma satu, Mik. Cari minyak tanah sebanyak-banyaknya. Satu drum kalau perlu," lanjut Ziva.

"Oke. Minyak tanah. Aku akan coba cari secara diam-diam. Aku akan naik taksi online saja kalau begitu," ujar Mika, yang kemudian langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana.

Kini yang tersisa hanyalah Raja dan Ziva, setelah yang lainnya pergi untuk menjalankan tugas masing-masing.

"Sekarang kita harus melakukan apa?" tanya Raja.

"Mari siapkan air minum untuk dipakai meruqyah para korban. Kita doakan air itu, selama kita menunggu Mika kembali. Setelah Mika kembali, barulah kita akan melanjutkan ke tahap selanjutnya. Air minum yang akan dipakai meruqyah itu nanti akan kita simpan di tempat yang aman, agar tidak ada orang yang bisa mengusiknya sampai pada saat akan kita gunakan," jawab Ziva.

"Ya, itu adalah ide yang bagus. Ayo, sebaiknya segera kita lakukan."

Mereka segera kembali masuk ke dalam pagar rumah nomor 9F. Kali ini Ziva ikut masuk ke dalam rumah karena harus mempersiapkan air minum yang akan dipakai meruqyah para korban. Raja menunjukkan pada Ziva di mana para korban berada selama mereka mengalami sakit. Ruang tengah rumah itu ternyata dijadikan tempat beristirahat darurat. Mereka bertiga berbaring di atas tiga buah kasur yang tersedia di sana.

"Jujur saja, aku curiga kalau kesibukan Pak Aksan Triyono adalah rekayasa yang dibuat oleh Pak Ardit. Aku tidak yakin kalau Pak Aksan benar-benar sibuk, maka dari itu aku meminta pada Tari untuk mencoba menghubungi Pak Aksan secara langsung," bisik Ziva.

"Ya, sejak awal memang rasanya agak aneh karena Pak Ardit yang tiba-tiba muncul di hadapan kita. Padahal biasanya orang yang membutuhkan bantuan kita itulah yang muncul dan memberi penjelasan secara langsung. Tapi kita sama-sama tidak bisa berpikiran buruk terhadap seseorang, sampai orang itu melakukan sesuatu yang benar-benar membuat kita curiga. Seperti saat ini ... wajar kita mencurigai dia karena Hani mendadak lost contact dari kita berlima, setelah sebelumnya kamu meminta Hani agar menemui dia untuk menanyakan soal air yang kita butuhkan. Pada saat seperti itulah akhirnya kita baru tidak bisa berpikir positif terhadapnya," balas Raja.

"Dan apakah menurutmu seharusnya kita sudah mencurigai dia sejak awal? Apakah kali ini aku kurang peka? Mungkin pikiranku sedang teralihkan dengan masalah kita di rumah tadi pagi, sehingga aku tidak bisa menggunakan kepekaanku kali ini," pikir Ziva.

Raja pun tersenyum tipis.

"Kamu itu manusia biasa, Sayang. Ada saatnya di mana kamu tidak akan bisa menggunakan kepekaanmu, walaupun kamu sedang tidak memikirkan masalah apa pun. Kenapa bisa begitu? Karena kamu mungkin saja sedang merasa lelah, tapi kamu tidak sadar. Aku yakin, tidak pekanya kamu kali ini bukan karena masalah yang sedang kita hadapi di rumah. Jadi ... mari kita tetap mengumpulkan energi yang positif, agar jalan yang kita lalui bisa menjadi lebih mudah daripada sebelumnya. Hani membutuhkan kita untuk menemukannya, jadi jangan pernah menyerah sebelum Hani ditemukan keberadaannya," tutur Raja, memberi keyakinan pada Ziva agar tidak goyah.

* * *

TELUH TANAH KUBURDove le storie prendono vita. Scoprilo ora