KESAYANGAN GURU BAB 1

Start from the beginning
                                    

Di kantin tersebut bebas mau bawa makanan dari rumah atau pesan di kantin tersebut. Tempat itu disediakan memang untuk istirahat makan siang. Setelah makan baru terserah murid mau pergi kemana. Yang jelas jam satu siang harus kembali masuk kelas.

Nur mulai membuka kotak makannya dan makan pula sama seperti Bamantara dan murid lain. Sita datang mendekati Bamantara sedikit mengganggu ketenangan Nur.

"Pak, ini Saya masak sendiri di rumah. Sengaja Saya bawakan untuk, Bapak. Silakan dimakan." Begitu manja Sita saat menyerahkan makanannya pada Bamantara. Dengan tatapan mata tajam, pria di sebelah kiri Bamantara pergi dan tempatnya diduduki oleh Sita. Sedang Nur duduk di sebelah kanan Bamantara. Kini posisi Bamantara berada di tengah diapit Nur dan Sita.

"Terima kasih, tapi Saya sudah cukup dengan bekal makan yang Saya bawa, Sita. Terima kasih. Lain kali tidak perlu repot-repot," jawab Bamantara sembari melahap makanannya tanpa memandang ke arah Sita.

Sita jadi serba salah dan tidak enak dipandangi murid lain, merasa malu dan kecewa bercampur jadi satu. Nur jadi kasihan tapi tak berani mengucapkan sepatah kata, Sita sangat membenci dirinya.

"Baiklah. Ini buat kamu!" Sita menaruh makanan di depan pria yang hanya tinggal satu sebab tadi diminta pergi oleh Bamantara kemudian Sita. Sedang sekarang hanya ada dia sebab tadi Nur duduk dengan tiga pria yang kebetulan sama-sama culun.

"T-terima kasih, Sita. K-kamu baik sekali," gagapnya sembari membenarkan kaca mata. Sita bersungut-sungut pergi meninggalkan kantin sekolah. Rena turut bersamanya tak mau sendiri ditinggalkan teman akrab.

Saat Sita sudah tidak ada, Nur melanjutkan makan dengan tangan gemetar. Pria culun pemilik nama Agus itu memberikan minuman ke arah Nur.

"Nur, sepertinya kau kehausan. Minumlah," ucapnya lembut dan lirih menatap Nur.

Nur yang tidak enak ditatap semua orang, menggangguk dan tersenyum menatap Agus. "Terima kasih," jawabnya dengan tangan gemetar membuka tutup botol.

"Apakah ini botol baru? Bukan dari bekas bibirmu, bukan?" Bamantara berucap tajam. Dingin menatap Agus.

"I-ini botol baru, Pak. Bukan dari bekas minum Saya. Sumpah!" tekannya meyakinkan Bamantara.

"Baiklah. Lain kali tidak usah memberikan air minum pada Nur sebab dia sudah bawa sendiri. Mengerti?!" tajam Bamantara sedikit emosi.

"I-iya, Pak. Janji!" Agus tidak enak hati dan akhirnya pergi meninggalkan Nur dan Bamantara satu meja berduaan.

"Kenapa makan di sini?! Bukankah biasanya di meja yang tadi ditempati Sita?!" Bamantara tajam menatap muridnya.

"S-saya tadi duduk di situ, Pak. Berhubung bapak belum datang jadi Saya ... " Nur tidak melanjutkan kata-katanya. Tidak mau mengadu masalah diusir oleh Sita. "Em ... intinya Saya bosan, Pak. Makanya duduk di sini," jawab Nur berucap tak pasti. Matanya bergerak tidak tenang lantaran berbohong.

"Mulai besok jangan makan di sini lagi. Di tempat yang akan aku beritahu nanti. Paham?" Bamantara melanjutkan makan kemudian meminum bekas air minum Nur. Membuat semua murid wanita heran kenapa pria setampan Bamantara sudi meminum bekas Nur.

***

Pulang sekolah seperti biasa Nur menunggu kakeknya menjemput, dia berdiri di gerbang sekolah dengan gerak badan gelisah takut dihampiri anak-anak nakal yang beberapa hari ini mengganggunya. Tak disangka mobil Bamantara mendekat dan memaksa Nur masuk mobil.

"Kita pulang bersama. Cepatlah!" Bamantara tidak sabar meminta Nur segera masuk.

"Tidak usah, Pak. Saya menunggu kakek Saya saja. Jika beliau tidak bisa menjemput, Saya naik taksi." Nur berjalan pergi tidak mau dibarengi Bamantara.

"Murid keras kepala!" Bamantara memajukan mobilnya mendekati Nur.

"Masuk atau aku akan mendorongmu masuk ke dalam mobil, Nur. Jangan mengusik kesabaranku!" Bamantara berseru.

"Tapi, Pak--"

"Masuk!" tekan Bamantara makin tajam dan tegas.

Nur masuk mobil dan dengan gelisah duduk di sebelah Bamantara. Bamantara melajukan mobilnya ingin cepat menjauhi sekolah.

"Malam ini tinggal di rumah Saya." Bamantara penuh penekanan bicara pada Nur.

"Apa?! T-tidak mau, Pak. Saya pulang saja!" Nur bergerak tidak nyaman di mobil Bamantara.

"Kakekmu pergi ke rumahmu di Malaysia lantaran merindukan ibumu. Kau tinggal bersamaku." Bamantara tak mau ditolak Nur.

"Tapi Saya punya rumah, Pak." Nur menentang Bamantara.

"Rumahmu adalah rumahku juga. Terserah kau mau tinggal di mana. Di rumahku atau aku yang tinggal di rumahmu. Sebagai seorang istri kau harus patuh pada perintah suami. Satu lagi! Di luar sekolah panggil aku Bamantara. Paham?" Bamantara tegas meraih pergelangan tangan Nur.

"Tapi, Pak ...."

"Untuk saat ini tinggal di rumahku, Murid kesayanganku!" Bamantara berseru membuat Nur membisu layaknya tanaman putri malu.

Dijodohkan dengan Bamantara oleh kakeknya benar-benar membuat Nur tak bisa menolak. Apalagi setelah pernikahannya bulan kemaren, Nur tak pernah sekalipun berduaan dengan Bamantara lantaran selalu menolak dan belum siap. Kini! Akan tinggal berdua sebagai suami istri, sungguh! Nur sangat takut nan gemetar.

Bamantara sendiri adalah YouTubers nomor satu di Indonesia, entah kenapa akhir-akhir ini berhenti sejenak dan mengajar jadi guru olahraga di tempat Nur sekolah.

Hanya channel di bawah kepemimpinannya saja yang aktif dan tak kalah populer dibandingkan acara di televisi.

***

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now