KESAYANGAN GURU BAB 1

14.7K 130 6
                                    

"Siapa yang memintamu duduk di sini?! Pergi!" usir Sita pada Nur yang merupakan murid pindahan dari Malaysia. Murid yang seharusnya memang kelas 3 SMA untuk negara Indonesia.

"Bukankah ini tempat umum? Saya mau makan di sini," lirih Nur sangat fasih bahasa Indonesia lantaran sering mengunjungi kakeknya yang asli orang Indonesia. Kakek dari pihak ibunya. Sedangkan ayahnya orang Malaysia asli hingga itulah sebabnya ibunya Nur tinggal di Malaysia. Ikut suami.

Sementara Nur sendiri pindah ke Indonesia sebab diminta menemani kakeknya yang hidup sebatang kara oleh sang ibu. Lantaran neneknya Nur meninggal dunia bulan lalu. Selain itu juga ada hal lain yang membuat Nur menetap di Indonesia.

"Jika saya bilang pergi ya pergi! Gak tahu diri ya kamu!" Sita berseru ketus.

"Tapi--"

"Pergi! Lamban sekali!" Sita menarik tangan Nur dan mendorong Nur agar pergi dari meja yang biasa guru olahraga Bamantara tempati untuk makan siang.

Bamantara Putra adalah guru olahraga sementara. Sebab guru olahraga yang biasa mengajar di sekolah tersebut dipindahkan ke sekolah lain. Lantaran ada urusan penting. Hal yang hanya diketahui oleh pihak sekolah mengenai alasannya.

"Baiklah." Nur duduk di meja agak tersembunyi dengan wajah muram. Sejak pindah ke sekolah ini tidak ada satu pun murid yang suka berteman dengannya. Alasannya lantaran Nur pendiam dan sejujurnya memang agak pemalu.

Alasan lain kenapa Sita dan beberapa murid wanita di sekolah ini sering membully Nur, karena Nur sering makan siang satu meja dengan Pak Bamantara, pria berusia sekitar 30 tahun. Nur sendiri 19 tahun jalan 20 tahun, sebab tiga bulan lagi berulang tahun.

Bukan niat Nur sebenarnya, hanya saja meja yang digunakan Pak Bamantara makan siang sering kosong. Sedang meja lain di kantin sekolah sering penuh. Saat ini dirinya terpaksa duduk dengan tiga anak pria dan culun.

"Eh! Diam! Pak Bamantara datang," ucap Rena atau temannya Sita memberitahu murid-murid yang ada di salah satu sekolah terbaik Jakarta memberi aba-aba.

Sontak ada yang membenahi rambutnya, menata kembali letak duduknya, menyingkap sedikit rok abu-abunya, tak jarang ada yang membuka kancing bagian payudara seolah terbuka dengan sendirinya. Hal itu mereka lakukan demi memikat Pak Bamantara yang terkenal tampan di sekolah.

Banyak dari guru wanita juga terpikat olehnya, yang bersuami seringkali menggoda Pak Bamantara tapi pria itu tetap tenang tak goyah dengan rayuan mereka sedikit pun.

"Selamat siang, Pak. Mari, silahkan duduk," ucap Sita bangkit berdiri mempersilahkan Bamantara agar bersedia duduk satu meja dengannya. Sita adalah anak pejabat dan terkenal paling kaya dan cantik di sekolahnya.

Bamantara menatap ke sekeliling terlalu bosan dengan wajah memuja mereka semua, alhasil bukannya duduk Bamantara justru menghampiri meja Nur dan meminta salah satu dari anak pria tersebut pindah ke meja Sita.

"Maaf, saya ada urusan sebentar di sini. Bisa tukar tempat duduk?" tanyanya tenang lamun intonasinya tegas dan seakan tak bisa diganggu gugat. Menjadikan sungkan mau menolak.

"Oh! Tentu saja, Pak. Silakan." Salah satu murid pria itu berdiri dan duduk satu meja dengan Sita. Anak-anak wanita lain tersenyum jenaka mengejek Sita.

"Kegatelan sih! Makanya Pak Bamantara jijik." Anita yang juga naksir Bamantara, mentertawakan Sita.

"Awas saja kamu. Pulang sekolah aku kunci kau di kamar mandi," batin Sita benci ditertawakan Anita.

Sementara Bamantara yang duduk satu meja dengan Nur, heran melihat wajah gadis itu muram. Segera Bamantara membuka kotak makannya tanpa memedulikan pandangan kagum semua siswi.

KESAYANGAN GURU BAMANTARA (22+)Where stories live. Discover now