FATAMORGANA • 20

65 26 177
                                    

Seperti yang aku bilang, tadi sore matahari masih terik dan sekarang pukul setengah tujuh malam hujan deras disertai angin kencang. Udara dingin membuatku menggigil, padahal kedua tanganku memegang teh yang masih panas. Karena terlalu dingin sampai teh panas pun terasa hangat di kulit.

Saat ini aku menunggu Risha yang sekarang berada di dekat jendela menatap malas ke arah rumah Gentala. Risha juga bolak-balik duduk dan berdiri di lantai yang dilapisi karpet. Ketika dia mendengar suara kendaraan, dia akan berdiri begitu juga sebaliknya. Dan ternyata selama tiga puluh menit Risha belum beranjak dari tempat tersebut yang artinya Gentala belum pulang. Sedangkan Mauren baru rebahan di sofa sebelahku.

Kami bertiga sudah cukup lama menunggu kedatangan Gentala. Usai berbincang lewat WhatsApp tadi, Risha dan Mauren langsung ke rumahku. Dan selama itu kami bertiga membicarakan tentang topik yang sama, tidak lain adalah penguntit, Gentala dan testpack yang sebenarnya milik siapa dan mengapa digantung di pagar rumahku.

Rasa bosan melanda. Ingin bermain ponsel tetapi takut jika nanti ada petir, ingin terus menunggu Gentala tapi cowok itu belum kelihatan batang hidungnya, mau makan tapi sudah kenyang, mau tidur tapi nanti ketinggalan informasi. Akhirnya aku memutuskan memanggil Risha, lama-lama kasihan juga melihat cewek dengan jaket hitam tebal kesayangannya itu.

"Gentala bocah banget, astaga. Kenapa gak pulang, sih? Harus berapa lama aku mantengin rumahnya kayak orang gak ada kerjaan," gerutu Risha sambil mengusap wajahnya yang mungkin sangat bosan juga menunggu selama itu tetapi tidak ada hasilnya.

"Hujannya udah sedikit reda, ya? Aku mau nyalain HP."

"Gak apa-apa, Ren."

"Kamu tau siapa aja temennya Kak Erlin?" tanyaku berharap Risha mengenalnya. Kalau tanya ke Mauren, tentu dia tidak akan mengenal.

"Kan ada empat, Kak Erlin, Kak Diana, sama yang dua gak tau--" Risha kembali mengingat teman satu circle Kak Erlin yang pernah menyalonkan diri di OSIS bersamanya.

"--kalau gak salah sama Kak Revina atau Revika gitu, Ay. Pokoknya gak jauh dari nama itu."

"Mereka kelas 12 IPS 3, kan? Kamu ada kenalan di sana?" tanyaku lagi, tetapi kali ini Risha tidak memiliki kenalan di sana.

Bermodalkan mencari lewat followers Instagram resmi sekolah yang lebih sedikit daripada Instagram OSIS, aku mulai mencermati satu persatu akun Instagram kelas IPA dan IPS dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Hal ini memang sangat lama, aku membutuhkan waktu cukup banyak untuk mengetahui username Instagram kelasnya Kak Erlin. Tetapi sedikit dipermudah dengan adanya format angkatan di setiap akun IG kelas, misalnya (@abcde_23).

Dari sana juga aku kembali mencari IG pribadi Kak Erlin dan ke-tiga temannya. Melihat salah satu dari mereka yang IG nya tidak di private, senyum merekah di bibirku. Beruntungnya juga di sana tertera akun kedua Kak Regina. Meskipun di private, kali ini aku nekat mengikutinya menggunakan akun yang pinjam dari Risha.

Bukan hal yang singkat untuk menunggu dikonfirmasi oleh Kak Regina, was-was kalau nanti akan ditolak. Mengingat ini akun keduanya. Aku sengaja tidak mengikuti semuanya, nanti bisa jadi bahan gosip akun ku ini. Setelah menunggu, akhirnya dikonfirmasi. Aku langsung melihat beberapa pengikutnya dan akun yang diikuti. Hingga pada akhirnya aku menemukan akun kak Erlin yang digembok. Aku mendesah frustrasi melihatnya.

"Aku udah nemuin IG nya Kak Erlin yang second account, tapi digembok. Diikuti atau enggak?" tanyaku meminta persetujuan kepada mereka berdua.

FATAMORGANA [HIATUS]Where stories live. Discover now