*:..。o○ Todoroki Shouto x Reader ○o。..:*

123 20 1
                                    

❃.✮:▹ Stargazer ◃:✮.❃
☆ Todoroki Shouto x Reader ☆
★ Start ★

.
.
.

Hari ini, lebih tepatnya tadi siang Ibuku menyiramku dengan air panas. Ibu yang panik setelah menyadari perbuatannya segera menggunakan quirk es nya padaku. Sakit? Tentu. Tapi ini bukan salah Ibu, kan? Ayah sialan itu yang telah menyebabkan Ibu seperti ini.

Aku membencinya. Sungguh.

"Kau juga suka bintang?"

Hah?

Aku menoleh kearah samping. Nampak seorang gadis kecil berkulit pucat yang entah sejak kapan berada disampingku.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanyaku setengah heran.

"Soalnya daritadi, kau terus melihat bintang." jawabnya dengan senyuman.

Aku mengernyit bingung, "Bintang??"

Kedua iris [e/c]nya beralih menatap langit, dan jari telunjuknya menunjuk kearah titik kecil yang bersinar di langit malam,

"Kau tadi terus melihat itu kan? Itu namanya bintang." tuturnya.

"... Indah..." bisikku tanpa sadar.

"Benar kan?! Bintang memang indah! Terlebih lagi langit berbintang! Makanya aku menyukainya!" ujar gadis kecil itu yang mendadak nampak bersemangat.

"Langit berbintang?" beoku tak mengerti.

Dia kembali menatapku, "Kau mau melihatnya?"

"Hah?"

"Mau lihat langit berbintang?" tanyanya ulang memperjelas pertanyaannya.

Aku mengangguk kecil.

Kedua netranya berbinar cerah, "Kalau begitu, akan ku gunakan ilusi ku!"

Tubuhnya tiba-tiba saja bersinar dengan warna [f/c] cerah, begitu pula dengan kedua netranya yang bersinar dengan warna serupa.

Seketika aku terpana saat melihat binar indah di matanya. Senyumannya juga nampak begitu polos dan menawan.

Kira-kira apa yang membuatnya tersenyum senang begitu? Apalagi sambil melihat langit?

Aku mengalihkan pandanganku ikut menatap langit malam. Mataku seketika melebar begitu melihat langit malam yang tadinya nampak kelam kini jadi terang dipenuhi oleh ribuan titik kecil--bintang yang bertaburan menyinari langit.

Jadi ini yang namanya langit berbintang? Sangat indah... Saking indahnya, aku bahkan bisa merasakan kalau saat ini mataku juga sedang berbinar cerah.

--Tunggu... Tadi dia bilang ilusi kan? Apa ilusi yang kelewat indah ini adalah quirk nya?

"Apa kau menyukainya?" tanyanya pelan dengan nada yang terdengar agak sendu seperti ada kesedihan yang ia sembunyikan dibalik sinar indahnya.

Aku refleks mengangguk, "Langit berbintangnya sangat indah."

Entah mengapa matanya jadi nampak berkaca-kaca. Tak lama kemudian, dia tersenyum lembut,

"Syukurlah. Sepertinya sekarang aku bisa menyukai quirk ku." ucapnya.

Oh, ternyata memang benar kalau quirk nya ilusi.

"Kau tidak menyukai quirk mu?" tanyaku basa-basi.

Dia mengalihkan tatapannya dariku dan beralih menatap tanah yang menjadi tempat kami berpijak. Senyuman lembut itu juga kini nampak sendu di mataku.

"Dengan quirk ini, tidak banyak yang bisa ku lakukan. Kakakku meninggal di depan mataku sendiri, dan saat itu aku tak bisa melakukan apapun dengan quirk tak berguna ini. Berkat itulah, orang tuaku membuangku. Selain telah menjadi beban, aku juga telah membuat putri kesayangan mereka pergi."

Our Stories (Anime ver) Where stories live. Discover now