09. ujian

6 3 5
                                    

Saat sudah mengantarkan perempuan itu laki-laki itu pun Segera pulang karena hari semakin bertambah malam.

Rain kini tengah berjalan untuk menuju kamarnya dengan hati-hati.

BRAK

suara itu sangat terdengar jelas oleh rain, dia menyenggol sesuatu, tapi apa?

Ia pun meraba seluruh barang yang berada di dekatnya, ternyata lemari kecil yang selalu ada sesuatu Yang terpajang di sana terjatuh karena dirinya.

"Ayah,"ucap rain sebisa mungkin ia berjongkok dan meraba figura yang berisikan foto ayahnya, figura itu hancur, belahan kaca nya kini berserakan dimana-mana.

Dan rain?

"Awsh,"ringisnya kesakitan karena jari jemarinya sedikit tertusuk oleh Belahan kaca, bahkan lukanya sudah keluar tanpa terlihat oleh rain.

Sebisa mungkin ia mengambil foto tersebut.

Dan foto itu kini sudah berada di genggamannya.

"Ayah, maaf."

Rain menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena sudah menghancurkan figura yang berisik foto ayah kandungnya.

Ia pun lalu berdiri dan membawa foto ayahnya ke dalam kamarnya, belahan kaca? Dirinya besok akan meminta bantuan kepada Aliza, karena sekarang jari jemarinya yang mengenai behalan kaca itu terasa ngilu untuk nya.

Saat kejadian beberapa menit lalu, kini rain pun sudah merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, ia masih memikirkan kejadian dimana dirinya tidak sengaja menyenggol figura yang berisikan Poto ayahnya, karena kantuk mata nya sudah tak tertahan, rain pun terlelap dalam tidurnya.

°°°

Keesokan paginya Aliza sudah berada di rumah rain dan membersihkan semua belahan kaca yang berserakan di lantai, Aliza begitu panik saat ke adaan ruang tengah rumah temannya ini mendapati belahan kaca yang berserakan dimana-mana.

Saat dirinya akan membersihkan belahan kaca itu, terlebih dahulu dirinya menanyakan bagaimana kejadian sehingga bisa seperti ini, lalu rain pun menjelaskan dari awal sampai akhir dan Aliza hanya menjawab dengan seadanya lalu dirinya dengan cepat membersihkan kaca yang sudah berserakan itu.

"Lo beneran gak papa?"tanya Aliza kini keduanya berada di ruang tengah.

Rain pun menggeleng."aku gak papa kok za,"balas rain, membuat Aliza mengangguk mengiyakan.

"Lain kali, hati-hati ya? untung yang luka cuman jari Lo doang, kalau lebih Gimana coba rain."baru saja Aliza mengobati jari rain dengan Betadine lalu menutupinya dengan plester membuat rain sedikit tenang dan tidak merasa perih di bagian jarinya.

"Iya, nanti aku bakal lebih hati-hati lagi kok,"ujar rain.

"Janji?"

"Janji,"balas rain, Aliza pun membalas dengan senyuman tanpa terlihat oleh rain.

°°°

"APA PAK, UJIAN?!"serentak siswa-siswi, mereka semua kaget bukan main, mengapa mendadak seperti ini? Bahkan semua siswa-siswi belum mempersiapkan diri masing-masing untuk mengikuti ujian, apalagi ujian harian membuat mereka goyah dan ingin secepatnya keluar dari kelasnya ini.

"Buset pak, sat set banget deh hidup bapak ini."ucap Rangga tanpa berdosa, membuat pak Eric membulatkan matanya, menatap tajam ke arah rangga-muridnya itu.

"Kamu mau membantah bapak, Rangga?"tanya pak Eric.

Sedangkan Rangga cengengesan tidak jelas."b-bukan nya mau ngeban-"

"Terus apa kalau gak nge bantah."potong pak Eric tak Sabaran.

"Astaghfirullah, bapak pms kah?"ujar Matteo yang sedari tadi diam, tanpa di duga ucapannya itu membuat siswa-siswi di kelas sana menahan tawanya pelan.

Dan sekarang pak Eric sudah di jadikan olok-olok oleh mereka tanpa berdosa atau pun bersalah.

"Apa yang kamu bilang Matteo?"

"Biasalah pak, si terong ini emang suka ngada-ngada mulutnya."ucapan itu bukan di lontarkan oleh Matteo, melainkan teman nya-rangga.

"Diem kamu Rangga!"

"Sekarang kerjakan ujian harian, jika tidak bapak akan kurangi nilai kalian semua!"sambung pak Eric, sontak mereka semua yang mendengarkannya langsung terdiam membisu, pasalnya ucapan yang selalu di lontarkan oleh pak Eric selalu tak main-main, jika nilai mereka anjlok, maka kedua orang tua mereka pasti akan memarahinya habis-habisan.

Matteo dan Rangga juga teman-teman lainnya kini beralih fokus pada kertas HVS itu yang sudah banyak dengan rangkuman materi yang harus di isi.

°°°

"Serius Lo semalem makan di rumah Matteo?"tanya Aliza.

Hari sudah semakin sore namun Aliza masih tetap berada di rumah untuk menemani rain agar perempuan itu tak selalu kesepian lagian dirinya tidak sibuk sama sekali bahkan homeschooling nya hanya berkisar tiga hari, maka dari itu, Aliza bisa membagikan waktunya untuk berdua bersama rain dan mengobrol hal random.

"Iya, semalem dia ngajak aku."balas rain.

"Terus gimana reaksi orang tua nya, apa mereka menerima Lo?"lagi-lagi Aliza kepo kepada temannya ini.

Rain tersenyum tipis."mereka Nerima aku kok, dan mereka baik banget sama aku, sama seperti Matteo."balas rain dan Alhamdulillah nya, Aliza bersyukur karena masih ada orang yang mengerti dengan keadaan rain, temannya.

"Syukur deh rain, gue ikut seneng."ujar Aliza yang langsung di Angguki oleh rain.

"Kamu udah makan? Ini pasti udah sore ya?"ucap rain, rain hanya bisa merasakan keadaan di sekitarnya.

"Belum sih hehe, iya rain udah sore."balas Aliza.

Rain menghela nafas."aku masakin mie mau?"tanya rain kepada Aliza, membuat Aliza membinarkan matanya sangat indah.

"Kalau soal mie sih gue gak bakal nolak rain."ujar Aliza tanpa malu.

"Yaudah aku Buatin dulu ya, kamu tunggu di sini."saat akan beranjak dari tempat duduknya pergelangan tangan rain sudah lebih dulu di cekal oleh Aliza.

"Biar gue aja, gue rebus dua, satu buat Lo, satu lagi buat gue, Lo mening diem aja di sini duduk manis disini biar gue yang nyiapin semuanya."Aliza tak mau melihat kejadian itu terulang lagi di mana temannya saat itu mengenai air panas ke tangannya membuat Dirinya takut untuk menghadapi seorang Matteo yang pemarah untuk kedua kalinya, ia tidak mau itu terulang lagi.

"Biar aku aja za,"kekeh rain, namun Aliza menggeleng cepat.

"No, udah Lo jangan keras kepala nanti yang ada kejadian waktu itu terulang lagi, bisa-bisa gue di marahin sama cowok Lo itu."sarkas Aliza.

Tidak Aliza, tidak Rangga, selalu menyebutnya 'cewek lo' atau bahkan 'cowok lo' padahal keduanya tidak berpacaran, gemas saja saat Aliza mengatakan itu kepada rain sebaliknya Rangga yang mengatakan itu kepada matteo.

Kalau kalian pikir mereka berpacaran, mereka tidak sama sekali, karena berpacaran hanya buang waktu.

Mereka mengatakan hal itu, hanya gemas saja kepada dua remaja yang selalu bersama dan bersetia untuk saling bersama.

"Ih! lagian itu bukan salah kamu kok."balas rain.

"Tetep aja, udah ah, gue buat mie dulu."

°°°

RAIN [sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang