15. menerima, akhir kisah

10 2 0
                                    

Kini kelima orang itu tengah panik, karena sedari tadi dokter yang memeriksa pasien yang sudah terbaring selama satu Minggu itu tak kunjung keluar juga untuk mengatakan sepatah kata satupun untuk mereka.

"Mas, aku takut."lirih tia–bundannya, seorang ibu akan merasakan hancur bila anak semata wayangnya sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu yang tenang ya,"Irhan hanya bisa menenangkan Tia.

Rain terdiam dengan pikiran-pikiran yang sudah memenuhi isi kepalanya.

Dia harus kembali.

Namun itu semua, mustahil.

Engsel pintu itu terdengar dan terbuka lebar.

Dokter kelvin menghela nafas.

"Gimana dok? Gimana keadaan anak saya?"tanya Tia.

Keheningan mulai tercipta, hawa panas dan dingin mulai menyerang disana.

Dengan sebisa mungkin Kelvin harus menyatakan ini, walaupun sesak di dadanya, namun ini adalah yang terbaik untuk mereka, karena bagaimanapun Matteo manusia baik yang sudah menahan sakitnya selama dirinya masih bertahan hidup.

Kelvin menghela nafas, lalu."maaf Bu, pak, Allah berkehendak lain, dia lebih menyayangi anak kalian, maka dari itu, dia mengambil anak kalian lebih dulu."

Deg.

Ucapan itu membuat dada Tia sakit, hatinya seperti sudah tertusuk oleh semua benda tajam, bahkan kepalanya terasa pusing, dan...

"Bun!"teriak Irhan kala Tia sudah pingsan untung saja Irhan tak kewalahan.

"Pak, secepatnya bawa ke ruangan."ucap dokter kelvin yang langsung di Angguki oleh Irhan, dan Irhan pun kini membawa Tia ke ruang kosong yang berada di rumah sakit belintang.

Sedangkan rain yang sudah mendengar itu semua terdiam mencerna semua perkataan dokter kelvin, dan...

"Matteo,"lirihnya, tubuh rain sudah terkulai lemas, ia tidak bisa apa-apa lagi

"DOK, LO BOHONG KAN! DIA KUAT DOK, DIA BISA SEMBUH BUAT KITA!"teriak Rangga dengan tangannya yang mengguncang-ngguncang pundak dokter Kelvin, sebisa mungkin Kelvin menahan tangan Rangga yang kini sudah bergetar hebat.

"Terima keadaannya ya, dia sudah bahagia."namun hanya itu yang terucap di mulut dokter Kelvin itu.

Sekuat-kuatnya manusia, akan melemah ketika dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Za, Matteo udah janji kalau besok Minggu dia mau ketemu aku, tapi apa kenyataan nya? Janji itu gak di tepati sama dia za."dengan isakan tangisnya, dengan kekuatan yang seadanya, perempuan itu sekarang hancur saat tau keadaan laki-laki itu tak baik-baik saja.

Sedangkan Aliza hanya terdiam saja, dan untuk hari ini dirinya tidak bisa mengatakan hal apapun kepada Rain.

Gerimis hujan mengudang seisi bumi, manusia-manusia yang tadinya berada di luar kini masuk ke dalam untuk berteduh sampai hujan itu mereda.

Nyatanya hujan adalah segala sesuatu yang tak bisa ia duga, hujan bisa datang kapan saja dan menghilang di waktu yang tidak tepat untuk orang yang menyukai hujan, namun sebaliknya dengan Matteo yang dirinya hari sore lalu temui dan saat sudah menjalankan pertemanan cukup lama, dia pergi dan Rain merasa kehilangan, untuk selama-lamanya.

Dan ceritanya, hanya bisa untuk di kenang.

°°°

Hari ini adalah hari di mana Matteo Hattala di makamkan.

Matteo Hattala yang kemarin memiliki penyakit leukimia kanker yang sudah memasuki stadium akhir.

Kini kelima orang itu tengah setia menemani Matteo yang sudah tertidur untuk selama-lamanya.

Jika Rain bisa melihat ini semua, maka ia akan selalu memeluk Matteo dan tak akan melepaskan nya Walaupun dengan cara apapun yang akan Matteo lakukan.

Dunia jahat, namun ada yang lebih jahat dari segalanya, ya itu penghuninya.

"Matteo, bunda sama ayah pulang dulu ya, bunda sama ayah janji bakal selalu jenguk kamu kesini."ucap Tia–bunda Matteo, dirinya kini mengelus batu nisan yang bertuliskan nama anaknya, nama yang selalu ia akan teringat di sepanjang hidupnya.

Tia pun berdiri lalu menatap suaminya itu dengan tatapan sayu.

"Kita pulang ya, istirahat."ucap Irhan yang langsung di Angguki oleh Tia.

"Sayang, kita pulang yuk?"ajak Tia kepada Rain yang mungkin saja enggan untuk pergi meninggalkan laki-laki itu.

"Nanti aja Tante, aku mau nemenin Matteo dulu."balas Rain sedangkan Tia hanya bisa pasrah dan ia mengerti dengan perasaan perempuan itu.

Tia mengode kepada kedua remaja yang kini matanya tertuju menatap rain.

"Rain, pasti Lo butuh waktu sama dia kan? Kalau gitu gue tinggal dulu, gue tunggu di parkiran."ucap Aliza dengan tangannya yang mengelus lembut pundak rain, Rain pun mengangguk mengiyakan.

Lalu keempat orang itu pergi meninggalkan rain dan rain hanya seorang diri di sana.

°°°

"Mario, Mario, kamu cosplay jadi seorang pelawak ya,"balas rain.

"Gak lah, gue gak mau jadi seorang pelawak."ujar Matteo, membuat rain mengerutkan keningnya.

"Terus apa dong?"

"Gue mau jadi kodok aja."ucap Matteo.

Suara itu masih terdengar candu oleh rain, nasehat Matteo, perhatian Matteo masih ada pada memories ingatannya.

Dirinya kini tengah merenung di kamar, saat kepulangan dari pemakaman Matteo, rain ingin menyempatkan untuk menyendiri, dia butuh waktu, dia butuh proses yang cukup lama untuk menerima semua kenyataan ini.

"Bahkan yang terlihat baik-baik saja, itu justru tak pernah baik-baik saja."

"Kamu kuat banget Teo, kamu kuat banget menahan semua segalanya."sambung rain, dirinya kini sudah kehilangan teman hari sore lalu nya.

Kebahagiaan dirinya ternyata hanya semata-mata, seakan-akan rain tidak di perbolehkan untuk memiliki kebahagiaan yang seutuhnya.

Jika waktu bisa di putar kembali, rain tidak akan pernah jauh-jauh dari Matteo hattala, Matteo Hattala yang sudah menemani dirinya dan menutupi lukanya yang selalu dirinya terima setiap saat.

Matteo itu layaknya ayah yang selalu menasehati dan memperhatikan rain Secara hati-hati, dan segala sesuatu yang di lakukan oleh Matteo adalah tempat ternyaman bagi rain Casandra.

Mungkin ini adalah jalan satu-satunya, jalan satu-satunya agar mereka berpisah, berpisah di keabadian yang abadi.

Mungkin keduanya tidak di takdirkan untuk saling bersama.

Mungkin Matteo Hattala bukan laki-laki yang tepat untuk rain Casandra.

"Aku terima akhir kisah ini Matteo, kamu akan selalu abadi dalam hidup aku."ucap rain.

Nyatanya (hilang) dan (kehilangan) memang benar adanya.

Dan rain Casandra sudah menerima ini semua Walaupun hatinya begitu sesak.

Semuanya begitu cepat ternyata.

Orang yang datang akan hilang.

Dan yang hilang akan datang kembali.

Semua yang di lakukan oleh Matteo kepadanya, itu Adalah hal baik bagi dirinya.

Rain mendapatkan pelajaran dari sosok Matteo Hattala.

Jika ingin di hargai maka sebaliknya kita harus menghargai seseorang.

Rain terluka untuk saat ini.

rain Casandra harus menerima akhir kisah ini, dengan seikhlas-ikhlasnya.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant