01. Awal

36 11 16
                                    

Semua orang ingin memiliki kebahagiaan bersama orang terdekatnya namun seorang perempuan yang kini tengah duduk santai di teras rumahnya hanya terdiam meratapi nasibnya yang benar-benar sudah hancur bagaikan puzzle yang susah untuk di susun kembali agar menyatu lagi.

Kini Perempuan itu hanya mengetuk-ngetuk tongkat nya, tatapannya hanya menyorot kedepan tanpa mengalihkan pandangannya.

Rain Casandra—perempuan tuna netra karena kecelakaan nya dua bulan lalu sehingga perempuan itu mengalami kebutaan.

Yang dulunya bercahaya kini di gantikan dengan kegelapan, rain menerima kenyataan nya, rain menerima semua cobaan yang selalu di hadapi dengan kesabaran.

Kita hanya butuh kapasitas untuk selalu bersabar, namun kesabaran juga pasti ada batasnya kan?

"RAIN!"

Rain sudah tahu dengan teriakan itu, teriakan yang selalu menggema di setiap harinya bahkan dirinya hanya bisa tersenyum saat seseorang itu sudah memanggil dirinya dengan cara berteriak.

"Nih, makan, gue bawain bubur ayam untuk hari ini, spesial buat Lo."hebohnya, Rain yang hanya bisa mendengar tanpa melihat hanya tersenyum tipis dengan tingkah kehebohan seseorang yang kini sudah duduk di kursi sebelah rain.

"Makasih Matteo, makasih untuk semuanya."balas rain, mata seseorang itu kini sudah menatap mata cantiknya, mata cantik perempuan itu yang tidak bisa melihat apa-apa andai saja perempuan itu bisa melihat ketampanannya mungkin seseorang itu akan salting karena ulahnya, ulah rain Casandra.

Matteo hattalalaki-laki tampan yang kini selalu menjadi sandaran keluh kesah nya untuk rain Casandra seorang gadis tuna netra yang mungkin saja hanya bisa memiliki kebahagiaan setipis tissue yang hanya sesaat.

"Sama-sama di makan ya, gue suapin."ujarnya lalu dirinya pun mengambil bubur ayam nya mengunakan sendok plastik berwarna putih yang sudah berada di dalamnya.

Tidak ingin berlama-lama perempuan itu hanya mengangguk saja mengiyakan apa yang Matteo ucapkan asalkan itu hal baik untuk nya.

Satu suapan bubur sudah masuk kedalam mulut perempuan itu, sedangkan rain hanya menikmati bubur ayam yang menurut nya sangat enak.

"Enak?"tanya Matteo yang langsung di Angguki Semangat oleh rain.

Matteo tersenyum lalu ia mengelus puncak rambut rain dengan lembut."jangan sedih terus ya, gue akan bikin Lo bahagia sebisa gue."sambung Matteo membuat rain terpaku akan hal kata-kata yang sudah di lontarkan oleh Matteo.

"Matteo, terimakasih lagi untuk kedua kalinya."karena kata-kata itu lah yang rain punya, untuk membalas kebaikan Matteo setiap harinya.

"Sama-sama lagi, untuk beribu kalinya."balas Matteo dengan kekehannya.

Sedangkan rain hanya tersenyum simpul, rain selalu bahagia ketika Matteo datang menghampirinya atau membutuhkannya sosok dirinya untuk bercerita tentang kehidupannya masing-masing.

Matteo dan rain hanya dua insan yang bertemu di pantai sore hari lalu dan satu bulan lalu, jadi tak heran jika keduanya tidak pernah gugup satu sama lain saat berbicara dan sekarang sudah menuju ke empat bulan mereka sudah semakin dekat layaknya dua insan yang sudah berpacaran.

Dan keduanya pun kembali beraktivitas, dimana Matteo sibuk menyuapi rain dan rain hanya diam dengan tatapan kosong ke arah depan.

°°°

Kini laki-laki dengan seragam sekolahnya tengah menyempatkan waktu untuk pergi ke rumah perempuan yang sudah masuk ke dalam hidupnya selama keduanya sudah berteman baik hampir empat bulan ini.

"Tumben gak ada di teras,"gumam Matteo, pintunya saja masih tertutup rapat, biasanya perempuan itu sudah berada di teras dan duduk manis di sana namun sekarang mengapa tidak?

Entahlah, Matteo pun secepatnya turun dari motornya dan bergegas berjalan menuju teras lalu mengetuk pintunya pelan.

"Rain!"

"Ini gue bawain makanan lagi buat Lo."

"Rain lo ada di dalam kan?!"ucapnya tak sabaran.

Biasanya perempuan itu langsung membuka pintunya saat ada tamu atau bahkan orang terdekatnya,tapi kenapa sekarang tidak? Apa perempuan itu masih tidur pikir Matteo.

Ia berusaha berpikir positif bisa saja rain tengah berada di kamar mandi, kalaupun rain tidur dia tidak akan mengganggunya dan dia akan menyimpan makanannya di meja yang berada di teras rumah milik rain.

Namun perempuan yang Dirinya panggil tak kunjung datang juga, dirinya kini sudah menandakan kekhawatiran yang mendalam, ia takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan di dalam rumahnya, kalau dirinya masuk ke dalam tanpa ada yang mengizinkan, pasti orang-orang yang berada di sini akan berpikir yang tidak-tidak maka ia hanya diam tanpa bereaksi sedikit pun.

Matteo pun berbalik, lalu."astaghfirullah!"sentak matteo saat mengenali seseorang dihadapannya.

Sedangkan perempuan yang kini berada di hadapannya hanya terdiam.

Jika rain melihat reaksi Matteo yang kaget karena ulahnya di pastikan senyuman dari bibirnya akan terukir begitu saja, namun Matteo tau gimana ke adaan perempuan didekatnya.

Matteo menghela nafas."ngangetin lo!"ucap Matteo dengan jantung yang berdegup kencang, sedangkan rain yang kini ada di hadapannya hanya terkekeh mendengar perkataan Matteo.

"lagian ngapain kamu ngedor-ngedor pintu, orang aku ada di belakang rumah."balas rain, di belakang rumahnya ia hanya bisa mendengarkan ketukan pintu.

Matteo menghela nafas saat melihat perempuan yang sudah berteman lama dengan nya, lalu."kalau ada di belakang rumah, kenapa gak nyaut."dirinya sekarang tengah menahan kesal, bisa-bisanya perempuan itu tidak menyaut sedangkan dirinya berteriak seperti orang yang sudah kehilangan sesuatu karena sudah ada yang merampoknya.

"Mungkin kedap suara, hhe."kekehan rain yang tak bermutu sama sekali, tak mau menunggu lama Matteo segera mencekal tangan rain lembut dan menarik rain menuju kursi yang berada di teras lalu rain pun duduk disana.

"Nih gue bawain makan, Lo kemarin minta bubur kacang ijo kan, tuh gue udah beliin buat Lo."ucap Matteo dirinya mengeluarkan dua cup bubur kacang ijo dan menyimpannya di atas meja.

"Ma–"

"Sama-sama."potong matteo cepat karena dirinya sedikit lelah dengan jawaban yang selalu di lontarkan oleh seorang perempuan bernama rain Casandra.

"Belum juga selesai ngomong, udah di potong aja, dasar Mario!"kesal rain.

"Heh! Nama gue Matteo bukan Mario, Lo kira gue game di sebutin Mario."tak mau kalah Matteo pun ikutan kesal kepada rain.

Kalau keduanya bertemu sudah di pastikan akan menyapa lembut atau bahkan menyapa kasar karena kekesalannya yang menyatu.

"Teo, gak sekolah?"tanya rain sembaring menyimpan tongkat nya ke arah kaki kursi.

"Sekolah, gue kesini cuman nganterin bubur kacang ijo aja, abis tuh gue pergi ke sekolah."balasnya, sedangkan Rain hanya ber 'oh' ria.

Matteo menatap wajah perempuan itu, lalu."cantik."ucapnya dengan sadar.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora