03. hukuman

15 4 1
                                    

Aliza sudah menceritakan semuanya, dari awal sampai akhir membuat laki-laki itu mengangguk paham. Memang perempuan itu sangat keras kepala padahal Aliza ingin membantunya untuk menyimpan air panas itu di meja makannya, namun rain bersi keras menolaknya karena dirinya tak mau merepotkan Aliza yang baru saja tiba di Jakarta.

Engsel pintu itu terdengar oleh Matteo dan Aliza, lalu seorang dokter yang masih berumur tiga puluh tahun keluar dari ruangannya.

"Keluarga nya pasien?"tanyanya membuat Aliza menoleh menatap Matteo yang sama ikut menoleh.

Tanpa ragu Matteo mengangguk mengiyakan."iya dok, kita keluarganya."balas Matteo, lalu dokter itu tersenyum tipis.

"Pasien baik-baik saja dan tidak terluka begitu parah, hanya saja harus di jaga dengan baik ya dek."ucapnya membuat Matteo mengangguk.

"Ya sudah, kalian boleh menjenguk asal tidak menganggu pasien."ujar dokter itu.

"Baik dok terimakasih."bersamaan dengan itu Matteo dan Aliza segera memasuki ruangan yang di sana terdapat rain sedang terbaring di brankar.

°°°

Pagi hari ini dengan cahaya matahari menyinari setiap inci jendela itu sedikit memasuki ruangan berwarna serba putih dan perempuan yang masih terbaring itu, belum mengetahui keberadaan nya.

"Aku dimana."gumam nya, Rain sudah bisa merasakan jika ruangan ini sangat sepi dan tak ada siapa-siapa disana.

Apa Aliza sudah pulang dan perempuan itu meninggalkan rain di dapur, tapi entahlah mungkin Aliza membeli obat untuknya karena dirinya juga baru mengalami kecelakaan di tangannya akibat air panas yang lolos begitu saja.

Dret.

Suara pintu itu membuat rain terdiam diri.

Mata Matteo menatap ke arah perempuan yang sedari malam dirinya khawatirkan.

"Rain,"tanpa lama dirinya mendekati perempuan itu dengan mengusap puncak rambut nya dengan sayang.

"Ada yang sakit? Mau gue panggilin dokter?"tanyanya beruntun.

Rain terdiam mencerna perkataan laki-laki yang berada di sebelahnya sekarang, lalu."loh, aku di rumah sakit?! Kenapa kamu bawa aku ke rumah sakit?"tanya rain.

Matteo menghela nafas."Lo pingsan tadi, jadi gue bawa kerumah sakit aja."balas Matteo.

"Rain kalau ada orang yang mau ngebantuin Lo, Lo jangan nolak, jadi gini kan akibatnya."sambung Matteo sedikit jengah karena perempuan itu selalu keras kepala.

"Iya, aku minta maaf."pasrah rain karena dirinya tidak ingin memperdebatkannya yang ada nanti berkepanjangan.

Matteo hanya menghela nafas, dan tak lama kemudian Matteo pun duduk lalu dirinya membuka plastik hitam yang berisi nasi goreng, untuk sarapan dirinya dan perempuan yang ada didekatnya.

"Kamu bawa apa?"tanya rain penasaran, karena suara plastik yang menyeruak.

"Nasi goreng."

Rain hanya ber 'oh' ria, saja.

"Buat siapa?"tanya rain.

"Buat gue."tanpa rasa berdosa Matteo melontarkan kata-kata nya itu kepada rain.

Sedangkan rain hanya ber 'oh' ria ia pikir untuknya tapi nasi goreng itu hanya untuk Matteo seorang.

"Aaa... buka mulutnya lebar-lebar."ucap Matteo layaknya ibu-ibu yang akan menyuapi anaknya.

"Katanya itu nasi goreng punya kamu."balas nya dengan wajah cemberut, rain kesal.

"Iya sih, tadinya ini punya gue, tapi Lo lebih membutuhkan, jadi gue kasih ke Lo."balas Matteo asal jeplak.

"Matteo!"kesal rain.

"Bercanda, ayo Aaa... buka mulutnya lebar-lebar, pesawat nya bakal terbang."goda Matteo agar rain membuka mulutnya.

Berlahan tapi pasti nasi goreng itu sudah berada penuh dalam mulut rain.

Membuat Matteo tersenyum senang di buatnya.

°°°

Setelah dua hari menunggu rain di rumah sakit kini rain sudah di perbolehkan pulang dan rain kembali beristirahat di rumahnya tanpa melakukan apapun karena sudah di larang oleh dokter begitu pun juga di larang oleh Matteo, teman posesif nya.

Kini Matteo tengah berada di kelasnya, rasa kantuknya terasa saat dirinya berada di kelas, jam pelajaran masih berlangsung dan guru yang tengah mengajarinya belum menyadari bahwa satu muridnya itu sudah terlelap kedalam mimpi indahnya.

"Oke, paham sampai sini."ucap pak eric—guru di sekolah SMA kencana, semua mengangguk serentak.

Pak Eric merasa ada yang kurang, lalu dirinya sedikit berjinjit menatap bangku di barisan kedua.

"Matteo!"

Tanpa lama, pak Eric pun berjalan mendekati bangku Matteo.

PRAK

"WOI! ADA APA?!"

"Matteo!"

Sontak Matteo membelalakkan matanya. Mampus."e-eh bapak, k-kenapa pak?"tanya Matteo dengan bodohnya.

"Kenapa-kenapa, seharusnya bapak yang tanya, kenapa kamu tidur di kelas hah?!"balas pak Eric.

Matteo menggaruk lehernya yang tidak gatal itu, lalu."m-maaf pak."ujar Matteo.

"Maaf-maaf, sekarang bapak hukum kamu, berdiri di lapangan sampai jam pelajaran selesai."

Namun Matteo hanya bisa pasrah menerima hukumannya, toh dia juga salah mengapa tidur di kelas coba.

°°°

"Kasian hidup Lo yo."ucap Rangga Sebastian—teman sekelas Matteo kini keduanya sudah berada di parkiran karena jam pelajaran sudah selesai beberapa menit lalu.

"Diem Lo!"Sarkas Matteo karena dirinya tidak terima di ejek seperti itu oleh temannya, apalagi teman sekelasnya.

"Yo, lagian kok bisa Lo tidur di kelas, kayak gue dong kalau mau tidur, lari ke belakang sekolah aja."ujar Rangga, sesat kamu.

"Sesat lo."balas matteo, tentu saja Matteo tidak akan bermain cara itu, lagian Matteo niat bersekolah untuk berilmu agar bisa menjadi orang yang sukses bukan seperti temannya satu ini yang hobi bolos, Rangga juga pernah bolos dua Minggu dan itu menjadi kemarahan pak Eric namun Rangga tetap lah Rangga tak bisa di ubah dalam sifatnya.

Rangga tertawa pelan, lalu."nongkrong dulu gak?"tanya Rangga sedangkan Matteo berpikir sejenak dirinya sudah lama juga tak main dengan Rangga bahkan di sekolahnya saja jarang, saat di jam-jam istirahatnya mereka sering terpisah jadi tidak salah kan jika dua remaja itu nongkrong bersama lagi.

"Pengen sih, tapi masa 'iya pake baju seragam."

Rangga menatap malas ke arah Matteo, lalu."gak papa kali sebentar doang."balas Rangga.

"Iya emang sih, tapi gue gak enak lah."ujar Matteo kepada Rangga.

"Enakin aja."balas Rangga ngasal.

"Pala Lo enakin."sarkas Matteo.

Sedangkan Rangga hanya mengacuhkan Matteo lalu dirinya mengambil motor yang berada di parkiran SMA kencana.

Dan di susul oleh Matteo yang sama melakukan hal itu seperti Rangga.

Tring

Saat Rangga akan menyalakan motornya, tiba-tiba saja handphone nya berdering, di saku celananya.

Mamah♡

Pulang buruan, anter mamah ke pasar.

"Ck!"kesal Rangga lalu dirinya menyimpan kembali handphonenya di saku celana seragam nya.

"Nongkrong nya di cancel dulu, mamah gue nyuruh pulang cepat."ucap Rangga.

"Oke."Balas Matteo cepat, ia juga merasakan lelah ditubuhnya.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Where stories live. Discover now