06. apotik

6 2 5
                                    

Rumah yang bernuansa Eropa itu kini tengah memperlihatkan ketiga seseorang yang tengah berada di ruang makan, ketiganya sedang melaksanakan makan malam bersama.

"Gimana sekolah kamu? Ta."ucap seseorang paruh baya yang kini sedang mempersiapkan makanannya untuk dua orang yang sudah duduk dengan santai di sana.

Seseorang itu menoleh, menatap perempuan itu yang tengah sibuk menyiapkan makanan untuk dirinya dan untuk orang yang ada di hadapannya.

"Seperti biasa Bun."ucap Matteo hattala, kini Matteo tengah makan malam bersama kedua orang tuanya.

Seorang laki-laki yang masih mengenakan jas hitam itu nya menoleh, menatap anak semata wayangnya.

"Waktu itu ada panggilan dari kepala sekolah, kalau kamu kena hukuman, apa bener Hatta?"tanya ayahnya, karena dua Minggu lalu ada sebuah pesan dari kepala sekolah kala Matteo di hukum karena tidur di kelas.

"Iya bener kok yah, aku ketiduran di kelas, jadi aku dapet hukuman."balas Matteo dengan kepala yang menunduk, sedangkan ayahnya hanya menghela nafas, untung saja ini bukan perihal masalah besar kalau pun memang iya masalah besar bisa-bisa ayah Matteo marah besar kepada Matteo, kepada anak semata wayangnya.

Tia—bundanya Matteo hanya menghela nafas dengan mata yang tertuju menatap ke arah ke dua laki-laki itu.

Saat Tia sudah mempersiapkan Semuanya, ia pun ikut duduk kini Tia berhadapan dengan suami dan anaknya.

"Lain kali, jangan begitu lagi ya, nanti di hukum lagi kalau kamu selalu berbuat salah, apalagi di jam pelajaran."sambung Tia, mendapat persetujuan juga dari suaminya.

Matteo mengangguk mengiyakan, lalu."iya Bun, Matteo gak bakal kayak gitu lagi."balas matteo yang langsung di Angguki oleh Tia.

"Yasudah, kalau gitu di lanjut makannya."ucap Tia yang langsung di Angguki oleh Matteo juga irhanayahnya Matteo juga suami dari Tia.

Keluarga harmonis itu melanjutkan aktivitasnya hanya keheningan Yang terdapat juga dentingan sendok dan garpu yang beradu.

°°°

"Tara! Seblak buatan chef Aliza udah datang!"heboh Aliza lalu dirinya pun duduk di sofa yang berada di ruang tengah.

Sedangkan rain hanya tersenyum mendengar temannya yang begitu antusias.

"Nih, gue suapin ya, Lo harus coba, kalau ini benar-benar enak, karena buatan gue."dengan cepat Aliza pun mengambil seblak nya yang baru saja di buat olehnya, untuk rain, untuk temannya.

Rain sudah membuka mulutnya untuk menerima suapan pertama dari temannya ini.

Rasa pedas, enak, menyatu dalam mulutnya, kini ia sedang merasakan campuran seblak itu, sedangkan Aliza terdiam menunggu jawaban yang akan di lontarkan oleh mulut rain.

"Gimana?"tanya Aliza takutnya seblak yang ia buat tidak enak saat sudah di lahap oleh rain yang ada di hadapannya sekarang.

Rain berpikir sejenak, sedangkan Aliza sudah di buat panik oleh rain karena jawabannya itu tak kunjung di lontarkan juga.

Tiba-tiba saja rain mengangguk, dengan wajah yang bersemu merah karena merasakan kepedasannya yang begitu nikmat dengan campuran seblak buatan Aliza.

"AKH!"Aliza teriak histeris saat mendapatkan jawaban yang di luar perkiraan, ternyata seblak buatan aliza sangat enak sehingga rain menyukainya.

"Makasih-makasih, hatur thanks you."dramatis Aliza membuat rain tertawa pelan.

"Tapi za,"balas rain membuat Aliza terdiam, kenapa? Kenapa rain terasa canggung? Apa dirinya terlalu senang sehingga rain terganggu, tapi yang bener saja, masa ia temannya seperti itu, bahkan rain selalu senang Dengan teriakan heboh yang selalu di lontarkan oleh Aliza.

"AKU KEPEDESAN!"teriak rain mampu membuat Aliza kaget bukan main, mampus, kenapa ia tidak mempermasalahkan level kepedesan nya.

"Aduh! Tunggu, gue ambil minum dulu."dengan cepat Aliza pun berlari ke arah dapur untuk mengambil satu gelas air putih, gawat kan kalau terjadi apa-apa pada temannya, apalagi temannya tengah berada di naungan laki-laki yang selalu dekat dengan perempuan itu.

°°°

Matteo hattala kini tengah berada di apotik bersama temannya—rangga.

"Lo mau beli apa?"tanya Rangga dengan wajah datarnya, ia bego apa bagaimana? sudah di pastikan dirinya ke apotik untuk membeli obat, lalu Rangga? Sudahlah, memang temannya ini sangat bego.

"Beli cireng, ya beli obat lah!"kesal Matteo, memiliki teman seperti ini harus memiliki kesabaran sebesar bumi.

Sedangkan Rangga hanya tertawa pelan.

Lalu seseorang yang masih muda itu berjalan mendekati Matteo dengan membawa satu kantong plastik yang sudah menyediakan obat yang sudah lengkap.

"Ini obatnya."ucapnya sembari memberikan satu kantong plastik itu kepada Matteo, lalu Matteo pun menerimanya.

"Jadi harganya berapa kak?"tanya Matteo, seseorang itu melihat catatan harganya, lalu menatap kembali ke arah Matteo.

"Harganya lima puluh empat ribu."balas seseorang itu dan Matteo memberikan satu lebar uang bernilai seratus ribu.

"Kembaliannya ambil aja."ujar Matteo.

"Ya ampun, Kalau gitu terimakasih."balas seseorang itu yang langsung di Angguki oleh Matteo, Matteo pun langsung berjalan ke luar apotik itu bersama Rangga yang mengikutinya di sebelahnya.

"Cewek Lo sakit apa?"tanya Rangga di sela-sela perjalanannya.

"Gak tau."balas Matteo tak jelas.

"Buset."sarkas Rangga.

Karena tak mau lama-lama kedua remaja itu menghampiri parkiran untuk menaiki motornya dan melanjutkan perjalanannya menuju rumah perempuan yang kini tengah menahan kesakitan.

°°°

Aliza tengah cemas, karena sedari tadi temannya menahan sakit di perutnya, apalagi saat tadi dirinya menelpon Matteo dirinya tengah di buat jantungan karena Matteo sedikit memarahi dirinya.

"M-maafin gue, gue gak liat level pedasnya tadi."ucap Aliza dirinya sangat merasa bersalah yang begitu dalam.

Dengan cepat Rain menggeleng."ini bukan salah kamu kok, tadi aku 'kan minta terus-terusan sama kamu, jadi bukan sepenuhnya salah kamu."balas rain Jujur saja saat tadi rain lah yang meminta agar Aliza menyuapi seblak itu karena dirinya juga harus menghargai buatan orang kan? Kalau tidak mungkin itu sama aja dirinya tidak menghargai pemberiannya.

"T-tapi kan Lo ke–"

"Stt! Aku udah membaik kok,"Balas rain, walaupun rain sudah mengakuinya seperti itu, tapi tetap saja Aliza masih merasa tidak enak.

"RAIN!"

sontak mata Aliza menatap ke arah pintu rumah milik rain yang sudah terbuka dengan lebar, laki-laki itu datang dengan tergesa-gesa, dirinya pun langsung berlari menghampiri perempuan yang mungkin saja kini tengah menahan sakit di perutnya.

Matteo pun berjongkok, melihat wajah sayu rain membuat dirinya khawatir kepada sosok nya.

Lalu Matteo pun berdiri lagi, sorot matanya kini menatap tajam ke arah Aliza yang sudah menjadi sasarannya.

"Lo bener-bener ya Liza!"sarkas Matteo dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Where stories live. Discover now