02. khawatir

20 5 8
                                    

Sudah tiga hari laki-laki itu tidak lagi menemui rain, tapi rain menyadarinya bahwa laki-laki itu memiliki kesibukannya Secara pribadi dan tidak selalu dirinya yang harus di prioritaskan.

"Ayah, aku kangen sama ayah."kini rain berdiam diri di sofa yang berada di ruang tengah rumahnya, rumahnya begitu hampa karena orang tersayangnya sudah meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya, bahkan ibu kandungnya juga mungkin sudah tak menganggap seorang anak pada dirinya.

"Ibu juga, kenapa ibu gak kembali pulang, aku sendiri disini, aku takut Bu."sia-sia ia menahan tangisannya tetap saja luruh di kedua pipinya.

Rain yang tidak sekolah, rain perempuan tuna netra yang ingin bahagia, rain perempuan yang sudah tidak memiliki siapa-siapa selain laki-laki itu yang selalu menemaninya di kala dirinya sedang terluka oleh keadaan.

"Ayah, ibu, aku mau kenalin laki-laki baik sama kalian."

"Dia namanya Matteo hattala, dia baik Banget sama aku, kadang aku suka panggil dia dengan sebutan 'mario tapi dia suka kesel kalau aku sebut dia dengan nama itu padahal bagus kan yah, Bu?"walaupun tak ada yang menjawab perkataannya dirinya senantiasa untuk memperkenalkan sosok laki-laki yang sudah baik kepadanya, kepada rain Casandra perempuan tuna netra.

"Ayah tenang aja ya, dia cowok baik-baik kok."rain tahu karena saat ayahnya masih ada ayahnya sering kali berpesan kepada anak gadisnya.

"Sayang, ayah minta sama kamu, jangan bergaul terlalu bebas ya, ingat pesan ayah dan kalau mau berteman ingat batasan."

Perkataan itu masih menjadi memories bagi rain karena dirinya tau semua apa yang ayahnya larang, itu juga untuk kebaikan dirinya dan untuk mejaga dirinya dari orang-orang yang Mengincar diri nya.

Terkadang manusia ingin melakukannya namun lari dari pertanggung jawaban, maka dari itu ayah rain selalu berpesan seperti itu kepadanya.

"Rara!"

Lamunan rain buyar karena suara itu memecahkannya dalam waktu sekejap.

"Kamu, kamu udah pulang."ia sangat tau betul dengan suaranya itu, seseorang itu adalah teman satu kompleks nya, apa temannya itu sudah pulang? Ini bukan mimpi kan? Padahal temannya sudah lama berada dibandung.

Aliza keanara-perempuan cantik, memiliki kulit putih bersih, ia juga perempuan baik yang sudah setia menemani rain dan Aliza tidak pernah mempermasalahkan pertemanan.

Saat masih ada Aliza disini rain selalu di bully oleh remaja-remaja kompleks karena rain tidak bisa melihat, melainkan buta. Disitulah Aliza tidak terima karena temannya di hina di caci maki seperti itu, memang seseorang yang jauh dari kata sempurna selalu di abaikan oleh orang-orang yang sangat sempurna, dan disitulah Aliza menegurnya dengan memberi pelajaran agar mereka tak semana-mena kepada rain karena dirinya juga bisa merasakan bagaimana sakitnya ketika menjadi rain.

"Udah dong, nih gue bawa oleh-oleh khas Bandung, buat lo."ucap Aliza sambil memberikan tas kecil kedalam pangkuan rain.

"Eh? Gak usah repot-repot kali, pake beliin oleh-oleh buat aku lagi."balas rain dirinya merasa tidak enak karena ia seperti mengharapkan sesuatu dari Aliza padahal rain sama sekali tidak ingin di beri apapun oleh temannya.

Aliza menghela nafas, temannya masih seperti dulu,  dan Aliza senang di buatnya."rain, rain, gue gak merasa di repotin kok, gue juga kesini kan niatnya mau kasih oleh-oleh buat Lo, sambil nemuin Lo juga."balas Aliza jujur, memang dirinya kesini untuk menemui dan memberi oleh-oleh kepada temannya yang selalu baik kepadanya hingga saat ini.

"Makasih Liza, makasih udah baik sama aku."ujar rain, tangannya meraba-raba kesana-kemari namun tangannya tak kunjung mendekati tubuh Aliza, Aliza hanya terkekeh saat mendapati rain bertingkah seperti itu.

Aliza yang mengerti dengan pergerakan tangannya yang belum sampai padanya ia pun segera mengambil alih kedua tangannya lalu ia pun memeluk membuat rain kaget bukan main.

"Pelukan hangat untuk bestie gue yang dirindukan."ucapnya membuat senyum Rain melebar tanda dirinya bahagia karena kini dirinya tengah berada di dekapan temannya, temannya yang sudah lama menjadi tempat keluh kesahnya.

"Pelukan hangat untuk bestie aku yang udah ninggalin aku."balas rain membuat Aliza tertawa puas, bisa-bisa nya rain kesal kepadanya padahal cuman lima bulan di Bandung Tapi yang di rasakan oleh rain seperti lima tahun di tinggalkan oleh temannya ini, teman yang selalu berbagi cerita dengan tawa.

Rain ikut tertawa, tawa puas itu di lontarkan oleh kedua manusia yang tengah merindukan satu sama lain, dan keduanya masih berpelukan menyalurkan rindunya yang menggebu-gebu.

°°°

Kini seorang laki-laki itu tengah berbaring di kasurnya, ia masih membayangkan betapa malunya dirinya saat empat hari lalu dimana ia tengah keceplosan mengatakan hal yang seharusnya tidak untuk di sampaikan.

"Cantik."

"Agh sial! Ngapa coba gue harus keceplosan, matteo, Matteo."umpatnya, ia merasa malu saat itu apalagi hanya di balas dengan tawaan oleh rain dan bisa-bisanya mulutnya itu melesat kemana-mana.

Tring

Suara handphone itu membuat Matteo terbangun dari tidurnya, lalu ia pun mengambil handphone yang berada di saku celana seragamnya, ya, Matteo masih mengenakan baju seragam dan belum beranjak kedalam kamar mandi karena merasa enggan.

"Aliza,"gumam Matteo dengan mengerutkan keningnya karena tak biasanya seorang Aliza teman dekat rain menelpon, bukannya dia ada di Bandung? Lantas untuk apa menelpon dirinya yang berada di Jakarta, namun ia tetap membalas, siapa tau ada hal penting yang ingin di bicarakan oleh perempuan itu.

"Iya za Kenapa?"

"Teo, rain, rain kena air panas dan dia juga pingsan."ucap Aliza dengan kepanikannya.

Matteo yang mendengar itu sontak beranjak dari kasurnya."APA? KOK BISA?!"nadanya sedikit meninggi menandakan bahwa ia menahan ke khawatirannya.

"Mening Lo kesini dulu dan gue bakal jel-"belum sempat Aliza mengatakan semuanya, telponnya itu sudah di matikan oleh Matteo, mungkin Matteo akan bergegas langsung kesana.

"Jangan bikin gue khawatir rain."gumam nya kini Matteo sudah berada di jalan untuk mendatangi rumah rain dan juga melihat kondisi perempuan itu.

°°°

Sekarang matteo dan Aliza tengah berada di ruang tunggu, kini Rain sudah berada di rumah sakit, tadi Matteo sempat menghubungi ambulance rumah sakit terdekat dan saat itu juga motor Matteo dan ambulance itu berpapasan dijalan maka dari itu Matteo segera membawa rain ke rumah sakit.

"Ceritain,"ucap Matteo dingin, Aliza sekarang seperti orang yang di salahkan padahal dirinya ingin membantu, namun temannya itu sangat keras kepala.

"Jadi."ia pun mulai menceritakan semuanya.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Where stories live. Discover now