14. Matteo, sembuh buat aku ya

7 2 5
                                    

Seorang laki-laki yang masih mengunakan baju seragam itu tersenyum getir dengan tangannya Yang mengepal kuat.

"Kenapa Lo gak bilang Yo! Andai Lo bilang semua ini gak bakal terjadi."lirihnya.

Dan Rangga masih tidak menyangka dengan semua ini, jika ini sebuah kisah mimpi, maka tolong bangunkan lah.

°°°

"Sampai deh."ucap seorang perempuan yang tidak lain adalah–aliza.

Kini Aliza bersama rain tengah mendatangi rumah sakit untuk menjenguk nenek Aliza yang tengah sakit, dan tepatnya Aliza mengajak rain agar rain tidak sendirian di rumahnya.

"Sus, ruangan atas nama nenek Kamila, dimana ya?"tanya Aliza yang kini tengah berpapasan dengan dokter yang berada di rumah sakit belintang.

Karena suster itu tengah membawa catatan dan di sana sudah tersematkan nama nenek Aliza.

"Nenek Kamila ada di ruangan 02,"balas suster itu, dan Aliza pun langsung menyetujuinya.

"Kalau begitu makasih ya dok."ujar Aliza, suster itu pun mengangguk dan melenggang pergi dari hadapan mereka berdua.

Sesampainya di ruangan 02 Aliza dan rain secepatnya masuk dan disana sudah terdapat nenek Kamila yang sedang terbaring di brankar.

"Nek, gimana kabarnya?"tanya Aliza sedangkan nenek Kamila hanya tersenyum tipis.

Rain baru mengetahui tentang ini tadi, karena Aliza baru saja menceritakan semuanya, padahal nenek Kamila sudah satu Minggu lebih disini.

"Nek cepet sehat kembali."ucap rain yang langsung di Angguki oleh nenek Kamila.

Aliza dan rain menemani nenek Kamila yang kini tengah terbaring lemas di brankar.

°°°

Rasanya begitu hampa jika tidak ada orang terdekatnya disini, apalagi di ujian harian terakhirnya, sosok temannya tidak berada di kelasnya, padahal kemarin keduanya akan menyelesaikan ujian namun sayang nya keadaan tidak sesuai dengan kenyataan.

Rangga tersenyum hambar."ini ujian terakhir Yo, dan Lo masih koma."

°°°

Kini Rangga kembali lagi ke rumah sakit untuk melihat keadaan temannya, kedua orang tua Matteo, akhir-akhir ini selalu berada di sisi Matteo untuk menemaninya.

"Gimana tan, ada perkembangan?"tanya Rangga kini dirinya sudah berada di ruang rawat tempat Matteo berada, sedangkan Tia hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Rangga hanya menghela nafas dengan semua ini, semua yang tengah terjadi sekarang.

Karena tak mau ada kesedihan Rangga pun keluar dari ruangan itu dan duduk di kursi besi yang berjejer di rumah sakit belintang.

"Nenek kamu udah bener-bener sehat kan?"tanya rain di sela-sela berjalanannya, kini rain dan Aliza tengah berada di lorong rumah sakit, dan keduanya akan pulang karena menjenguk nenek Kamila hanya sebentar saja.

"Udah kok tenang aja, lagian nanti ibu gue kesana."balas Aliza yang langsung di Angguki oleh rain.

Aliza melihat-lihat kesana, kemari dan matanya tertuju kepada laki-laki yang dulu pernah ada bersama Matteo.

"Itu cowok yang sama Matteo kan,"gumam Aliza, tanpa berpikir panjang Aliza pun berjalan menuju laki-laki itu dengan menuntun rain.

"Halo, Lo cowok yang dulu pernah ada di rumah rain bareng Matteo kan?"tanya Aliza dan Aliza masih ingat dengan itu Semua.

Rangga yang tadi diam kini beranjak dari duduknya.

"I-iya kenapa emang?"ucap Rangga Sebastian–temannya Matteo Hattala.

Aliza menggeleng."Lo lagi jenguk siapa disini?"Aliza dengan perilaku penasarannya.

Deg.

"L-lagi jeng–"

Belum saja rangga melanjutkan perkataannya terhenti kala kedua orang tua Matteo keluar dari ruangan itu.

"Rain."

Deg.

Dan rain mengenali suaranya itu.

"T-tante."ucap rain gugup.

Aliza berpikir sejenak, jadi ini orang tuanya Matteo? Lalu untuk apa di sini, apa ada orang yang tengah sakit tapi siapa?

"Tante lagi jenguk siapa?"tanya rain, dengan keberaniannya.

Tia menoleh kepada irhan–suaminya, jika perempuan ini bisa melihatnya akan di pastikan tau dengan semua keadaannya.

Tia menghela nafas, lalu."duduk sayang."ucap Tia lalu kedua perempuan itu duduk di kursi Yang berada di sana.

"Rain, Tante boleh ngomong sesuatu sama kamu tentang Matteo."

Deg.

"M-maksud t-tante apa ya?"tanya rain dirinya tidak mengerti dengan arah pembicaraan Tia.

Kedua kalinya Tia menghela nafas, ini terlalu berat untuk di katanya tapi mau bagaimana lagi, rain pun harus tau dengan semuanya, Semuanya yang terjadi sekarang.

"Sayang Tante tau ini berat bagi kamu, tapi kamu harus kuat ya."

Hati rain berdesir hebat kala Tia mengatakan hal seperti itu.

"Selama ini, Matteo menyembunyikan hal yang serius kepada kita, bahkan kepada kamu juga mungkin, karena Tante baru mengetahuinya kemarin."sambung Tia.

"Matteo sakit rain, dia koma, dia punya penyakit leukimia kanker dan sekarang sudah memasuki stadium akhir."ujar Irhan karena Tia tidak bisa melanjutkan ini semua, jujur saja dirinya masih tidak terima dengan semua ini.

Deg.

"Gak, gak mungkin Tante, ini pasti bohong kan? Bilang kalau ini semua cuman akal-akalan Tante sama om! bilang Tan?! bilang kalau ini cuman akal-akalan Tante sama om, supaya om sama Tante bisa jauhin aku karena aku buta kan Tan?!"ucap rain, nyatanya ucapan itu sama sekali tidak sesuai dengan harapan Tia dan Irhan.

"Sayang, Tante sama sekali gak bermaksud seperti itu, Tante juga baru tau kemarin kalau Matteo memiliki penyakit mematikan seperti ini dari dokter."ucap Tia dengan menenangkan perempuan yang kini tengah berada di hadapannya sekarang.

"Za, ini gak bener kan za?"tanya rain kepada Aliza dan Aliza hanya diam tanpa membuka suara sedikitpun.

"Kenapa kamu gak cerita soal ini sama aku Teo,"

"Dan aku gak mau kehilangan lagi untuk kedua kalinya."sambung rain.

Hatinya hancur, dulu laki-laki yang di temuin hari sore lalu kini terbaring di brankar, dulu yang sering membeli atau bahkan memberikan makanan kini tak sadarkan diri, dan itu bisa membuat hati rain lemah apalagi Matteo sebaik itu kepadanya dan dia tidak ingin hilangan nya lagi.

"Tante, om, yang Sabar ya, kita hanya perlu berdoa untuk saat ini."ucap Aliza yang langsung di Angguki oleh Tia juga Irhan.

"Tante apa rain boleh temui Matteo?"tanya Rain yang langsung di Angguki oleh Tia.

"Boleh, yu sama-sama."balas Tia, rain dan Rangga juga Aliza mengangguk lalu kelima orang itu memasuki ruangan rawat Matteo.

°°°

Jika dirinya bisa melihat bisa di pastikan dirinya akan menatap penuh wajah laki-laki itu, namun dirinya hanya bisa menggenggam tangan nya dan merasakan kehangatannya.

"Matteo, sembuh buat aku ya."

Nyatanya hanya itu yang bisa di lontarkan oleh rain, hanya itu yang di rasakan oleh rain sekarang.

Mustahil jika Matteo kembali kepadanya bukan?

°°°

RAIN [sudah Terbit]Där berättelser lever. Upptäck nu