04. berdarah

9 3 1
                                    

Sedari tadi, seorang perempuan itu menunggu laki-laki yang tengah tertidur di kursi yang berada di teras rumahnya, sejak laki-laki itu datang kepadanya dengan membawa makanan untuknya laki-laki itu sudah kelelahan dan laki-laki itu pun tertidur.

Tangan rain Casandra tiba-tiba saja meraba meja, lalu tangannya teralihkan kepada puncak rambut laki-laki itu yang tidak lain adalah, Matteo.

dia tertidur Disana, sejak beberapa menit lalu rain memanggil namun tak kunjung didengar kan dan akhirnya rain pun mengelus rambut hitam milik laki-laki itu dan rain hanya bisa merasakan dalam hatinya kala Matteo benar-benar tidur disana.

"Teo bangun."ucap rain lembut karena hari sudah semakin sore dan Matteo harus secepatnya pulang agar perempuan itu tidak khawatir.

"Engh,"lenguhan Matteo membuat rain menjauhkan tangannya dari jangkauan rambut hitam milik laki-laki itu.

Mata Matteo sudah terbuka dengan sempurna kepalanya yang tadi berada di pangkuan tangannya kini mendongak menatap sudut demi sudut pandangannya.

Matteo sontak membelalakkan matanya saat menatap perempuan yang duduk anteng di kursi yang berada di sebelahnya.

"S-sorry gue ketiduran."ucap Matteo dirinya merasa tidak enak, lalu ia mengusap wajahnya agar tak melulu mengantuk.

Rain hanya tersenyum saja, andai Dirinya bisa melihat, kala itu ia akan melihat wajah kepanikan Matteo sekarang.

"Gak papa Teo, kamu pasti cape kan? Apalagi kamu dua hari lalu nunggu aku di rumah sakit."balasnya dirinya juga tidak enak sudah merepotkan Matteo, padahal Matteo sangat amat senang jika dirinya masih di butuhkan sampai sekarang olehnya.

Matteo menggeleng tanpa terlihat oleh rain."gue senang kalau Lo masih butuh gue, gue senang rain."ujar Matteo membuat rain mengerutkan kening nya.

"Kenapa senang?"justru rain malah balik bertanya.

"Karena gue masih di harapkan untuk di butuhkan sama Lo sampai sekarang."balas Matteo.

Rain yang tertohok dengan ucapan Matteo dirinya hanya bisa menelan ludah nya dengan susah payah.

"Apa kamu gak keberatan sama sekali kalau aku ngerepotin kamu?"lagi-lagi rain menanyakannya, tapi pikir Matteo itu tidak merepotkan nya apa bila yang meminta tolong nya adalah perempuan yang ada di hadapannya sekarang.

"Gue gak keberatan sama sekali rain, gue akan selalu ada buat Lo, gue akan selalu bahagiain Lo, gue akan selalu dukung Lo setiap saat."

Lagi-lagi rain tersenyum dengan ucapan manis dari laki-laki itu, apa laki-laki itu benar akan menjaga dan membahagiakan juga mendukung dirinya dalam setiap saat? Entahlah rain juga tidak tahu pasti.

Baru saja rain akan membuka mulutnya untuk membalas ucapannya, bibir rain tiba-tiba saja terdiam saat jari tangan laki-laki itu berada di bibirnya.

"Sama-sama untuk seribu kalinya."sambung Matteo lalu dirinya menjauhkan tangannya lagi yang tadi menutupi bibir rain dengan jarinya.

Kenapa Matteo bisa tahu pikir rain, padahal ia belum membalasnya sebait kata pun kepada Matteo, tapi mengapa Matteo sudah bisa menebaknya dengan segampang itu.

"Kok kamu bisa tau, kalau aku mau berterima kasih lagi sama kamu."ucap rain.

Matteo terkekeh dibuatnya, dia dan dirinya sudah kenal lama jadi tidak salah kan kalau dia akan tahu gimana gelagat orang yang akan meminta sesuatu atau apapun itu supaya orang terdekatnya bisa untuk peka, maka dari itu Matteo sudah hafal dengan gelagat rain.

"Tau lah, ujung-ujungnya pasti Lo akan berterimakasih sama gue."balas Matteo sedangkan rain hanya tersenyum kecil merasa lucu saja saat Matteo terlihat kesal seperti itu kepadanya.

"Yaudah iya deh, aku nyerah, kamu gak bakal pulang?"tanya rain.

Ck! Begini lah jadinya jika sudah keasikan berbicara maka Matteo pasti melupakan segalanya.

Matteo pun berdiri, lalu saat dirinya akan menuntun rain untuk masuk kedalam rumahnya karena sudah sore terhenti kala satu tetesan darah mengenai Hoodie putih milik laki-laki itu.

"Sial!"umpatnya dalam hati, bisa-bisanya darah itu kembali menetes lagi padahal ia tidak melakukan yang berat-berat bahkan ia tidak sama sekali kecapean, apa ini efek saat menjaga rain dua hari lalu ya? Entahlah yang ia perlukan sekarang adalah membersihkan darahnya.

Ia Matteo mimisan.

"Teo!"rain sedikit aneh karena suasana di terasnya hening begitu saja, apa Matteo sudah pulang? Lalu mengapa dirinya tak berpamitan kepada rain.

"E-eum rain gue ke kamar mandi bentar ya? Gue izin masuk ke rumah Lo, gak papa kan?"tanya Matteo yang merasa tidak enak, apalagi dirinya harus meninggalkan rain di luar walaupun dirinya sebentar ke kamar mandi tapi tetap saja, dirinya tidak enak.

"Oh, yaudah gak papa, kamu ke kamar mandi dulu ngih,"balas rain tanpa tahu jika Matteo dalam keadaan yang tak baik-baik saja.

Tanpa menjawab lagi, Matteo segera berlari kecil masuk kedalam kamar mandi yang berada di rumah rain, lalu ia secepatnya membersikan noda merah yang berada di Hoodie putih miliknya dan tak lupa membersihkan hidungnya yang baru saja meneteskan darah sampai mengenai Hoodie putih miliknya.

°°°

Rain kini sudah berada di dalam kamar, dirinya terdiam diri di sana dengan selimut yang sudah rapi di tubuhnya.

Semua pintu rumah nya sudah ia kunci walaupun kesusahan tapi ia tetap melakukannya, itu juga agar dirinya aman dan terhindar dari orang-orang jahat yang akan melukainya.

Entah kenapa isi pikirannya hanya tertuju kepada laki-laki yang selalu baik kepadanya, bahkan setiap hari.

"Kenapa pikiran aku ke matteo Mulu, apa dia baik-baik aja?"tanyanya pada dirinya sendiri karena di rumahnya juga sudah tidak ada siapa-siapa sejak kepulangan Matteo, rain sudah terdiam diri di dalam kamarnya.

Rain menghela nafas, lalu dirinya merebahkan tubuhnya, sebisa mungkin dirinya harus beristirahat walaupun pikirannya masih tersemat kepada laki-laki yang baru masuk ke dalam hidupannya.

°°°

Matteo hattala kini tengah merebahkan tubuh nya di atas kasur besar miliknya sejak kejadian tadi kepalanya terasa sakit saat dirinya pun membawa motornya saja hampir akan terjatuh, namun sebisa mungkin Matteo menahannya agar lebih kuat dan sampai ke rumah nya secara baik-baik saja.

Namun saat sudah di rumahnya kepalanya semakin sakit dan Matteo hanya bisa memijat kepalanya pelan.

Dirinya masih mengenakan seragam, Hoodie yang tadi dirinya pakai di simpan di meja belajarnya, pikirannya sama hal dengan rain.

Ia memikirkan bagaimana jika rain melihat darah di hidung nya di Pastikan rain akan panik padanya.

Hari ini dirinya terlalu lelah, sampai-sampai mimisan dan sakit kepalanya kembali melukai tubuh nya.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang