05. taman pelangi

8 3 6
                                    

Minggu, di mana semua orang berlibur dari segala hal yang sudah di lalui oleh mereka semua dengan rasa lelah, namun kelelahan itu tak membuat mereka langsung menyerah begitu saja, karena mengapai cita-cita yang diinginkan membutuhkan proses yang lumayan panjang.

Hari ini Matteo hattala membawa jalan-jalan perempuan yang selalu dirinya temanin.

"Kita mau kemana? tumben kamu ngajak aku keluar."ucap rain Casandra perempuan yang sudah membuat Matteo nyaman saat berada di dekat nya.

Matteo hanya tersenyum, lalu."udah ikut aja,"balas Matteo kini dirinya tengah menuntun rain agar Rain tidak menginjak apapun yang nantinya akan mencelakai perempuan itu, dengan pelan tapi pasti Matteo menuntun rain dengan senang hati.

Sedangkan rain hanya mengangguk saja, mengikuti Matteo yang tengah membawa dirinya.

Sesampainya di tempat tujuan Matteo mendudukkan rain di kursi kayu yang berada di taman pelangi, taman yang penuh dengan orang-orang yang tengah berlibur di sana.

"Kok rame, kamu bawa aku kemana?"lagi-lagi Rain di buat penasaran, andaikan ia bisa melihat mungkin saja dirinya akan memandang setiap sudut taman dengan penuh kegembiraan namun sayangnya ia tak sesempurna seperti orang lain, tapi dirinya masih bersyukur karena dirinya masih bisa di kasih untuk berjalan.

"Taman pelangi,"balas Matteo membuat rain tersenyum lebar dirinya sangat senang jika Matteo sudah membawa dirinya ke tempat yang penuh dengan orang-orang.

Matteo melihat sisi kanan dan kiri di sana terlihat semua orang yang tengah bergembira dan anak kecil yang tengah memainkan bola juga lain-lainnya andai mata perempuan yang ada di sebelahnya bisa melihat mungkin saja perempuan itu saat ini akan melihat indahnya dunia.

"Lo suka keramaian?"tanya Matteo karena dirinya merasa tidak enak kala dirinya membawa ke tempat yang sangat ramai di penuhi banyak orang.

Rain mengangguk, ia lalu menyimpan tongkat nya di dekat kursi Kayunya.

"Suka kok, lagian kalau aku di rumah terus rasanya bosen, karena kan rumah aku selalu sepi terus,"lirih rain dan Matteo merasa tidak enak akan satu hal karena sudah menanyakan seperti itu, memang rain sudah di tinggalkan oleh kedua orangtuanya, ayahnya meninggal karena penyakitnya sedangkan ibunya Hilang tanpa tahu dan kini ibu kandung rain tak tau berada di mana dirinya tinggal.

Andai saja waktu bisa di putar kembali mungkin seorang rain akan memiliki kebahagiaan, kebahagiaan yang belum di dapatkan sepenuhnya olehnya, mungkin ini yang terbaik untuk rain, tapi Matteo tidak tega melihat Rain dengan keadaan seperti ini.

"Kan disini udah ada gue, jadi jangan pernah merasa kesepian, oke."balas Matteo yang langsung di Angguki oleh rain, ini yang rain suka dengan laki-laki yang ada di sebelahnya, baginya Matteo adalah motivasi dirinya semasa dirinya berkeluh kesah kepadanya, maka dari itu ia nyaman saat berada di dekat Matteo.

"Eum, rain, tunggu bentar ya,"ucap Matteo.

"Mau kemana?"cegah rain karena dirinya sudah berpikir Matteo akan meninggalkan dan tak akan kembali kepadanya pikir rain karena dirinya takut jika tidak bersama seseorang laki-laki yang bernama Matteo.

"Bentar, gue gak bakal tinggalin Lo kok."tanpa menunggu balasan dari perempuan itu. Matteo segera berlari kecil menghampiri gerobak es krim.

Lalu dirinya memesan dua cup es krim dengan rasa coklat favorit keduanya.

"Terimakasih pak, ambil aja kembaliannya."ucap Matteo ke seorang pedagang es krim yang berada di taman pelangi.

Seorang paruh baya itu mengangguk."terimakasih dek, terimakasih atas kebaikannya."balas seorang paruh baya itu, Matteo memberikan uang lima puluh ribu sedangkan es krim itu hanya lima ribuan saja maka ada sisa empat puluh ribu untuk di kembalikan namun Matteo malah memberikan uang nya lebih untuknya, maka dari itu seorang paruh baya itu berterimakasih kepada remaja laki-laki itu.

Matteo mengangguk dan tersenyum."sama-sama pak."ujar Matteo karena sudah tidak ada perkataan lagi yang akan dilontarkan oleh keduanya, Matteo segera menghampiri rain yang kini tengah menunggu di kursi kayu yang tak jauh darinya.

Lalu saat sudah sampai Matteo pun segera duduk di kursi kayu itu dan mengambil tangan mungil rain, sontak saja rain di buat kaget oleh perilaku Matteo terhadapnya.

"Eh,"dan kini rain sudah merasakan dingin di tangannya itu, Matteo memberikan apa kepadanya?

"Es krim coklat untuk orang cantik yang gak pernah nyerah."ucap Matteo membuat rain mengulum senyumnya, rasa bahagia itu seketika kembali dimana Matteo mempersilahkan dirinya untuk memakan es krim, dulu sama sekali tidak di perbolehkan oleh Matteo, mungkin saja Matteo sedang baik kepadanya jadi Matteo membelikan es krim untuk nya.

"Bisa aja, eum, makasih Matteo, aku seneng karena kamu izinin aku makan es krim."balas rain.

Matteo pun mengangguk."iya sama-sama, asalkan jangan keseringan ya,"peringat Matteo.

"Siap pak bos!"

Matteo hanya terkekeh melihat tingkah laku rain yang seperti ini, Rain bahagia, Matteo pun ikut bahagia.

°°°

Lama bermain dengan Matteo di taman pelangi, rain kini sudah merebahkan tubuhnya karena tubuhnya terasa ngilu mungkin dirinya tidak pernah main, padahal tadi Matteo membawa motor tapi tetap saja rasa cape dari tubuh rain sangat begitu terasa.

Tapi semua itu sudah terbayar oleh kebahagiaan, kebahagiaan karena dirinya di buat tertawa oleh Matteo juga di izinkan untuk memakan es krim oleh Matteo.

"Ayah, Matteo baik banget sama aku, ayah pasti Seneng aku tadi ketawa terus karena cowok itu, ayah harus percaya dia orang baik, dia gak pernah jahat sama aku, selama beberapa bulan ini, Matteo selalu menjadi sosok seperti ayah layaknya menyayangi anaknya, dan aku senang ayah, aku senang mengenalnya."ucap rain walaupun tidak ada yang mendengarkannya tapi Rain tetap menceritakan semua isi hatinya.

Rain menunduk, dia terasa hampa saat orang terdekat nya yang selalu menemaninya hanya Matteo dan Aliza saja, tapi dia masih beruntung memiliki dua orang itu karena kasih sayang mereka begitu dalam pada dirinya.

Ia ingin sekali melihat wajah kedua orang itu, tapi ia sudah menerima kenyataan yang mungkin saja tak bisa untuk di capai.

Setetes air mata terjatuh ke selimut berwarna putihnya itu, ia menangis, ia selalu seperti ini di kala malam hari, jika malam sudah menguasai dunia di Pastikan semua orang akan memikirkan hal-hal yang rindukannya atau di takutin nya.

Sesabar-sabarnya manusia pasti ada batasnya, sehancur-hancurnya manusia pasti ada yang menenangkannya.

Dan yang di rasakan oleh Rain sekarang hanya butuh ketenangan dan Sandaran ternyaman untuknya.

°°°

RAIN [sudah Terbit]Where stories live. Discover now