Chapter 02

670 47 0
                                    

"Aku berpikir begitu, sempat, tapi aku berpikir lagi. Apa menurutmu ... kalau bukannya menyembuhkan aku malah ... membuatnya semakin terluka?" Itu jawaban Eko berikutnya.

Sang pria kali ini mengetuk-ngetuk meja seraya mengingat percakapan mereka saat itu.

"Kamu benar ... padahal kami berharap kalian bersama, kamu tahu, kalian cocok." Eko tersenyum pahit mendengarnya.

Benar, Eko merasa ia dan Valerie begitu sreg. Itu kenapa dia tak menunda. Apalagi, Valerie tak taken pada siapa pun sejauh ini, dan harusnya Eko menyadari soal hal tersebut sih.

"Wanita seperti Valerie memang serapuh itu, bagaikan barang antik berharga yang baru keluar dari peti, kamu harus memegangnya dengan hati-hati dan lembut." Mendengar itu, sejenak Eko terdiam.

Perumpamaan Adnan ....

Suara bayi menangis terdengar dari seberang telepon. "Eko, Mas tutup teleponnya, Hansel nangis. Nanti kita bicara lagi."

"A--" Panggilan diputus sepihak sebelum Eko kembali berbicara.

Eko sekarang jadi dilema karena percakapan mereka beberapa saat lalu, maju mundur, di satu sisi ia merasa ucapan Adnan ada benarnya, dia sepertinya terlalu cepat menyampaikan perasaan pada Valerie, dia tak bisa digas, harus pelan tetapi pasti dan berproses. Di sisi lain ... ia takut Valerie terluka semakin dalam. Dan saat ini pun, pasti dia masih terluka karena ungkapan cinta Eko dan Eko, masih mempersiapkan diri cara minta maaf apa yang harus disuguhkan.

Eko yang ditinggal saja agak gimana, apalagi Valerie yang ....

Eko kembali menghela napas panjang, pusing!

Sementara di satu sisi ....

"Sayang, awas!"

Suara rem mendadak terdengar, mobil berputar, pria dan wanita itu memekik panik terlebih tak ada lagi celah menghindar dari truk besar tersebut. Meski demikian, tangan pria sang pengemudi, masih sempat menekan tombol mengeluarkan air bag.

Detik terakhir berikutnya, suara hantaman keras serta pecahan kaca, hempasan itu meski berhasil ditahan air bag tetap sangat terasa efeknya sampai telinga berdenging. Sang wanita tampak selamat.

Dengan pandangan yang mulai menggelap, dia menoleh ke samping, dan melihat sang pria ... yang tertunduk tak berdaya, tubuh terjepit di antara remuk redamnya mobil, dan tak ada air bag di ssna. Darah menetes dari kepala pria tersebut.

"Sa-Sayang ...." Mata sang wanita mulai berkaca-kaca, sekuat tenaga dia mengarahkan tangan yang kaku, seluruh tubuhnya sakit. "Sayang ...." Air mata mulai luruh.

Tidak ....

Valerie menegakkan tubuhnya, terbangun dari mimpi buruk yang berhasil membuat keringat dingin mengucur serta air mata berlinangan. Wajahnya masih syok, meski seperdetik kemudian ia menghela napas, berusaha menenangkan diri, dan mengambil tisu di atas meja menyeka wajahnya sendiri.

"Hah ... bisa-bisanya aku ketiduran," gerutu wanita itu, bagaimana bisa dia terhenyak di jam kerja? Syukur saja sepertinya tak ada keadaan darurat di kondisinya seperti tadi.

Kembali, dia mengembuskan napas, teratur dan pelan mengatur konsetrasi paru-paru, dan menetralkan jantung yang berdegup tak keruan. Sekarang bukan waktunya memikirkan hal lain, fokuslah, fokuslah bekerja.

Ya, bekerja ....

Namun, tak bisa Valerie pungkiri, kejadian kali ini berhasil membangkitkan mimpi buruk yang dia alami di masa lalu. Mimpi buruk yang selalu datang di setiap ada pria menyatakan cinta. Mata wanita tersebut turun ke arah ponselnya, membukanya dan menuju ke bagian galeri.

Tampak, foto gadis cantik bersurai hitam bergelombang serta mata cokelat terang dan seorang pria tampan bermata abu-abu di sana tersenyum ke arah kamera dengan pose mesra.

"Gak seharusnya kamu merasa bersalah ketika ada seseorang yang ingin menggantikanku, Valerie."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Masuk, Mas Eko! ✅Where stories live. Discover now