31 - T R E I N T A Y U N O

Start from the beginning
                                    

"Apa kau tidak ingin menandai Jaemin, Jen? Jika kau bisa menandainya, kau-"

"Maka aku akan memiliki kekuatan yang sangat besar." Potong Jeno cepat, lantas ia mendengus muak, " aku sudah mendengarnya berkali-kali, kek. Apa pentingnya hal itu? Apa aku tidak cukup kuat untuk membalaskan dendam orang tuaku? Kenapa pula aku harus menandai Jaemin? Aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi."

Tuan Lee menghela nafas, sedikit membenarkan posisi duduknya dan menatap lurus tepat pada sepasang onyx milik cucunya, "Queen Omega juga memiliki kekuatan yang tidak kalah besarnya dengan Elder. Apabila kau bisa menandai Jaemin, maka kau bisa menggunakan kekuatanmu sepenuhnya. Dan Jaemin juga akan patuh padamu. Hal itu akan semakin mempermudahkanmu, Jeno. Karena Jaemin tidak akan melawan atau balik menyerangmu."

"Aku tidak butuh Jaemin, kek. Aku bisa mengatasinya seorang diri." Jawab Jeno lugas, ia balas tatap pada sepasang manik gelap milik sang kakek yang mulai terlihat redup binarnya karena termakan usia. "Sebegitu bencinya kah kau pada Jaemin? Mate mu sendiri?" Tanya sang kakek dengan lembut.

Jeno mengangguk mantap, tidak ada keraguan disana. "Ya, aku tidak pernah sebenci ini pada seseorang. Keluarganya sudah turut serta membohongiku selama bertahun-tahun dan menjadi dalang atas kematian kedua orang tuaku. Jadi, kakek, aku tidak akan sudi untuk berhubungan dengan Jaemin lagi. Mau dia melawan atau menyerang balik padaku, aku tinggal melenyapkannya saja, kan?"

Tuan Lee terdiam, menciptakan keheningan untuk beberapa saat sebelum menyunggingkan seulas senyum tipis dan anggukan kecil beberapa kali. Oh, ini akan sedikit sulit.

Nampaknya ia harus melakukan sesuatu.

Waktu terasa berjalan begitu cepat dan sudah tidak terhitung pula seberapa lama Jaemin dan Jeno menjadi sosok asing seperti ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu terasa berjalan begitu cepat dan sudah tidak terhitung pula seberapa lama Jaemin dan Jeno menjadi sosok asing seperti ini. Berkali-kali Jaemin berusaha mendekat, begitupula dengan Jeno yang akan mendorongnya menjauh. Hanya ada tatapan penuh kebencian yang selalu Jeno layangkan padanya, namun tak jarang pula sebuah perhatian-perhatian kecil Jeno berikan padanya meskipun secara tidak langsung.

Jaemin menyadari itu, jika perasaan itu masih ada. Jauh di dalam sana, di hati sang Alpha yang sudah mengeras layaknya batu. Masih ada cinta yang bersembunyi di balik kebencian Jeno padanya.

Sedangkan di sisi lain, Mark yang baru saja meninggalkan halaman sekolah dan menuju ke parkiran dimana mobilnya itu berada dibuat keheranan ketika melihat Jaemin yang berdiri seorang diri di depan sekolah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, sudah tidak ada murid-murid yang tersisa karena memang bel pulang sudah berbunyi sejak 30 menit yang lalu. Dan Mark harus terlambat pulang karena ada urusan dengan wali kelasnya.

Dengan sedikit berlari, Mark pun menghampiri Jaemin yang nampaknya belum menyadari keberadaannya. Dalam hati ia merutuki kecerobohan lelaki Na itu karena menunggu di depan sekolah seorang diri, yang berarti tidak ada yang menjaganya.

"Na Jaemin!" Serunya, sang pemilik nama pun menoleh dan melempar senyum simpul pada kekasih dari sahabatnya itu. "Oh, Mark? Kau belum pulang?"

"Aku baru saja ada urusan. Kenapa kau sendirian disini? Sopirmu belum menjemput?" Sebuah gelengan dari Jaemin adalah jawaban yang Mark dapatkan. "Aku sudah menghubungi sopirku sejak tadi, tapi ponselnya tidak aktif. Dan sekarang ponselku mati karena kehabisan daya." Jelas Jaemin sembari menunjukkan layar ponselnya.

Nerd Alpha | NOMIN Where stories live. Discover now