DUA PULUH DUA

414 101 6
                                    

Teman, ini update terakhir sebelum lebaran ya. Habis ini aku akan libur dulu dan akan kembali update nanti minggu depan--setelah cuti bersama berakhir. Jadi, pada kesempatan ini aku akan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri kepada kamu yang merayakan. Kalau aku ada kesalahan, baik yang kusengaja atau tidak, aku meminta maaf sedalam-dalamnya. Semoga kita kembali ketemu dalam keadaan hati yang lebih baik nanti.

Lebaran tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Berkumpul dengan keluarga lain yang lebih sukses dan lebih segalanya, bertemu keluarga yang bicara menyakitkan hati, menghadapi pertanyaan yang tidak menyenangnkan, bisa menjadi tekanan. Ada di antara kita yang tertekan atau depresi selama lebaran. Oleh karena itu, aku ingin mengingatkan kita semua--termasuk aku--untuk selalu berbuat baik. Kepada diri sendiri maupun kepada saudara kita. Bekali diri dengan trik membesarkan hati :-)

Hati-hati selalu saat mudik atau liburan. Jaga kesehatan selalu.

Salam, Ika--IG,FB, Tiktok, Twitter ikavihara, WhatsApp 083155861228

***

Hari ini cast di kakiku akan dilepas. Tadi malam aku sampai tidak bisa tidur saking bahagianya. Tidak sabar menanti kebebasanku. Aku sudah tidak tahan ingin membasuh kaki kananku dengan air. Risih sekali. Kakiku terasa seperti tidak tersentuh udara bebas sama sekali selama satu abad. Tidak bisa digaruk. Beberapa kali aku ingin memasukkan lidi ke dalam cast dan menggaruk kulit kakiku yang terasa gatal. Tetapi, aku tidak tahu kenapa, setiap aku akan melakukannya, ibuku selalu menangkap basah, lalu mengomeliku selama sepuluh menit ketika mengetahui niatku. Mungkin benar dugaanku dulu, ibuku punya mata di belakang kepala. Tertutup rambutnya.

"Maafkan Mama tidak bisa menemanimu ke rumah sakit hari ini, Sayang." Mama meletakkan sepiring nasi goreng di depanku. "Telanjur janji dengan Tante Mimi."

"Nggak masalah, Ma. Sali bilang dia akan mengantarku dan menemaniku." Sahabat terbaik di seluruh dunia Sali itu.

Tetapi bagaimana dengan sepupu Sali? Tidak ada kabar sama sekali sejak aku terakhir kali bertemu dan bicara dengannya. Pelan-pelan aku bisa menerima kenyataan bahwa Bangkit memang berhenti mencintaiku. Apa pun usaha yang dia lakukan, dia berhasil. Atau mungkin dia sudah punya teman wanita lain, yang membantunya melupakanku.

Aku dan Sali tidak pernah membicarakan mengenai hubunganku dengan sepupunya. Persahabatan kami kembali seperti masa dulu, sebelum Sali mengenalkanku pada Bangkit. Pengertian Sali benar-benar membuatku beberapa kali ingin menangis. Nanti aku akan mengucapkan terima kasih lagi kepada Sali. Cepat-cepat aku menyelesaikan sarapanku dan meminum teh hangat yang juga disediakan oleh Mama.

Minggu depan ibuku akan kembali ke Selandia Baru. Hidupku pasti akan semakin sepi. Tidak akan ada lagi teman mengobrol saat malam hari. Setelah Bangkit tidak lagi datang ke sini, Mama adalah satu-satunya orang yang menjagaku tetap waras. Kami membicarakan banyak hal sehingga aku bisa sedikit melupakan orang yang mematahkan hatiku.

"Sali sudah datang," kataku saat interkom di dapur berbunyi.

Satpam di bawah mengatakan temanku sudah menunggu.

Aku mengangkut tasku dan menjepit kruk di lengan kananku. "Aku berangkat ya, Ma."

"Hati-hati di jalan, Sayang." Mama mencium pipiku dan mengantarku sampai pintu. "Perlu Mama antar sampai bawah?"

"Nggak usah, Ma. Doakan ya, semua lancar hari ini."

Aku berjalan pelan menuju lift dan menekan tombol. Jadwal periksaku masih nanti pukul sembilan dan sekarang masih belum genap setengah delapan. Sali dan aku sepakat berangkat lebih awal, supaya tidak terburu-buru di jalan.

Luka di seluruh tubuhku—termasuk wajah—sudah menghilang. Tetapi kejadian itu, seorang gadis yang masih bisa dikategorikan remaja mabuk di siang bolong dan merenggut nyawa banyak orang, menyisakan kesedihan di dalam hatiku. Aku memikirkan keluarga korban meninggal. Anak-anak yang kehilangan ibunya. Suami yang kehilangan istri. Orangtua yang kehilangan anak mereka. Kalau menyimak berita, aku dan Sali pesimis hukum akan ditegakkan untuknya.

Unexpectedly in LoveWhere stories live. Discover now