16. enam belas

352 35 0
                                    

Pagi tiba, mentari mulai memunculkan sinarnya, gaby dan aksa sampai di sekolah tepat waktu, keduanya melangkah di mana di sana ada azka naura dan rifki, tak lupa darius di sana.

"Ayok masuk" ajak gaby antusias menarik naura.

Nampak azka sedikit menjauh dari gadis itu, begitupun rifki yg berjalan di belakang bersama darius.

"Muka lo kucel banget, ga mandi ya? " tebak aksa melihat wajah masam kakak kembar nya

"Enak aja... Gue mandi kembang 7 rupa tiap pagi asal lo tau" sahut azka dengan sewot.

Darius yg mendengar tertawa di samping rifki yg hanya diam menatap punggung naura.

"Pantes bau mayat" sahutan itu membuat aksa ikut terkekeh pelan, sedangkan azka bersiap melempar tasnya.

Namun tak jadi kala mendengar suara benda jatuh di depan sana. Dapat mereka lihat naura memungut buku buku yg berserakan begitu juga gaby.

"Sorry ya... Gue ga sengaja" suara gaby membuat aksa maju melihat lebih jelas di depan sana.

Seorang gadis dengan wajah imut itu mengangguk pelan dengan membawa buku yg lumayan banyak.

"Ga papa kok, aku juga kurang ati ati" ujarnya dengan nada suara lembut persis seperti naura.

Di sela gaby yg meminta maaf naura nampak memberi respon tak suka pada gadis di depan nya itu, begitu gadis itu pergi naura berjalan lebih dulu walau pelan.

"Tungguin atuh" gaby kembali menarik naura yg nampak memamerkan cengiran nya.

☁☁☁☁☁

Bel istirahat berbunyi, sendari keluar kelas naura tak henti berada tak jauh dari azka, hal itu membuat rifki selalu mengibarkan bendera perang pada azka lewat tatapan nya

"Ka... Icip punya kamu donk" azka menggeleng melahap sisa bakso dengan cepat membuat naura nampak memanyunkan bibirnya.

"Ck... Pelit banget sih lo, pantes jomblo mulu. Nih nau punya gue aja" sahut rifki menyodorkan mangkuk bakso yg berisi masih utuh karna belum tersentuh.

Naura menggeleng sedangkan azka masih menatap sinis rifki.

"Aku makan punya sendiri aja deh. Thank you ki" ujar naura membuat rifki mengangguk kaku.

"Gue duluan ya... Bye" rifki beranjak meninggalkan meja menyisahkan tanda tanya bagi mereka.

"Gue susul dulu ya" aksa berdiri di angguki gaby.

"Kemana? " tanya azka kala melihat aksa berdiri.

"Kayang" sahutan asal dari aksa membuat azka berdecak sebal.

"Gue pergi" azka ikut berdiri mengejar aksa. Hingga tersisa naura yg mengaduk baksonya dan gaby yg nampak melirik naura yg terlihat sedih.

"Lo kenapa? " naura mendongak lalu menggeleng, memberi senyum andalan nya.

"Gue sahabat lo, atau kita masih bermusuhan? " pertanyaan dari gaby membuat naura tersentak.

"Kamu apaan sih gab. Setelah semua yg kita lewati? Kejadian itu? Trauma itu? Kamu gila nanya hal itu lagi" naura spontan berdiri merasa marah pada gaby.

Dirinya pun tak tau kenapa dia begitu sensitif hari ini. Gaby yg melihatnya mencoba menenangkan naura.

"Gue cuma nanya ra... Lo emosian banget, ada yg di pikirin? "

naura nampak lebih tenang kali ini, dia duduk dengan memijat kepalanya yg pening.

"Ra... Ada yg lo pikirin? Lo bisa cerita sama gue"

"Aku bingung gab... Aku sendiri ga tau sama perasaan aku." naura berucap dengan nada bergetar.

"Aku suka sama azka. Tapi aku merasa rifki ingin berada lebih dekat lagi sama aku. Aku takut nyakitin dia" lanjutnya.

Gaby menatap naura dengan senyum tipisnya. Dia menarik naura sampai taman naura hanya mengikuti kemana gaby pergi.

"Lo liat bunga itu" naura menurut menatap bunga yg di tunjuk jari milik gaby.

"Apa yg ada di pikiran lo saat ini? " naura menoleh pada gaby mendengar pertanyaan itu.

"Cantik"

Gaby menarik untuk lebih dekat dengan bunga itu, tersenyum manis menggenggam tangan naura yg lembut.

"Dia cantik, menawan, penuh warna" gaby berusap dengan mata terpejam.

"Menurut lo apa yg bakal lo lakuin kalo bunga itu azka? "

Kali ini naura terdiam menatap bunga itu dalam.

"Petik dan aku bawa pulang buat di pandang tiap hari apa lagi? " gaby terkekeh pelan mendengar jawaban naura.

"Sayang... Ga semua hal yg indah harus kamu miliki... Kalo kamu petik bunga, kamu bawa pulang ke rumah, esok pagi bunga itu akan layu, lama kelamaan akan mati, kelopak cantiknya mulai gugur, lalu hilang di terpa angin" gaby berucap namun naura masih tak mengerti apa maksud gadis di depannya itu.

"Tapi kamu bilang anggap bunga itu azka kan? " pertanyaan naura membuat gaby menjentikan jari nya tepat di depan naura.
"Kamu hanya mengagumi azka. Naura... Coba ikut gue, tutup mata lo.... "

Naura menurut dia menutup matanya dengan mendengar ucapan naura.

"Tanya sama hati lo... " suara gaby menggema di telinganya.

"Siapa... Yg ada di sana"

Angin menerpa wajah naura, membuat gadis itu merasa rambutnya berterbangan.

"Sstt... Jangan takut, gue di sini"

"Nau... Lo ga papa?"

"Naura... Heyy tenang, ini gue rifki... Beby"

"Auh... Lo suka banget main kasar ya"

"Makan dulu ya... Gue bukan orang jahat nau, gue rifki"

Suara suara rifki memenuhi gendang telinganya. Membuat spontan naura membuka mata menatap gaby yg menatapnya bingung.

"Udah nemu jawaban nya? " dengan sedikit ragu nauta mengangguk pelan.

"Gue harap, lo tau apa yg akan lo lakuin setelah ini, gue ga mau kalo kita terpecah cuma gara gara 2 orang yg menyukai 1 hati.. "

"Yok masuk" gaby menggandeng naura menuju kelasnya.

Setelah gaby masuk kelas, naura berjalan ke kelasnya dengan pikiran penuh dengan ucapan gaby, dan bayangan rifki, termasuk kejadian di kantin baru saja.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now