07. tujuh

1K 102 0
                                    

Di kelas Aksa sendiri memilih tidur dari pada mendengarkan guru mengajar, bukan hanya Aksa, bahkan Rifki dengan santai memainkan ponselnya, anehnya, guru tak ada yg menegur keduanya.

Aksa sendiri merasa posisinya sudah aman setelah penelitian nya dan usaha kecilnya membuahkan hasil yg begitu menguntungkan.

Aksa baru menyadari kalau ada plot twist di sini, semua bermula dari pembicaraan dengan papa nya beberapa hari lalu, Aksa sendiri merasa senang kala tau dirinya memiliki banyak koneksi tersembunyi.

Rifki sendiri mengikuti akal akalan Aksa saja, pemuda itu bahkan ikut sama santai nya dengan aksa saat ini.

"Emm... Aksa, ini pelajaran kok kamu tidur"

Aksa terganggu dengan suara lembut yg mengalun itu, memang begitu memabukan untuknya. Pemuda itu mendongak matanya bertabrakan dengan Naura.

"Bukan urusan lo" Aksa beranjak kala bel berbunyi, sedangkan Rifki yg awalnya mengamati mengangkat bahunya acuh.

"Jiiooo... Yuhuuu" teriakan dari gaby memenuhi ruangan itu, Aksa bersandar pada tembok sisi samping pintu menatap datar gaby yg terlihat mencarinya.

"Mana jio? Rifki kemana jio? " tanya gaby pada Rifki yg nampak menyirit. Lalu tertawa terbahak bahak kala menyadari gaby tidak melihat Aksa yg ada tepat di belakangnya.

"Mencari ku beby" gaby tersentak dengan spontan dia menendang tulang kering Aksa membuat pemuda itu sedikit merasa pegal.

"Eh... Maaf" sesal gaby membuat Aksa menelan ludahnya merasa gaby begitu cantik hari ini.

"Rifki kantin" singkat Aksa pemuda itu berlalu dengan kaki yg sedikit ngilu.

"Aduh jiiooo maafin aku" teriak gaby berlari mengejar Aksa namun langkahnya terhenti kala dia menabrak dada seorang pria, untung saja seseorang dapat dengan cepat menahan tubuhnya.

Gaby mendongak menatap wajah Aksa yg menatap dingin pada ervan yg menatapNya datar.

"Jio, bisa kita ke kantin? " Aksa nampak mengangguk merangkul pinggang gaby berlalu pergi menuju kantin.

Ervan merasa aneh dengan hal itu, tidak biasanya gaby menghindari nya, biasanya dia akan bergelayut manja dengan nya.

Tapi bukan nya bagus kalau gaby tidak mengikutinya? Akan lebih baik bukan untuk hubungannya dan Naura.

☁☁☁☁☁

Di kantin gaby sudah menghabiskan 2 mangkuk bakso, Aksa hanya memainkan ponselnya menunggu gaby selesai, tak lama Rifki datang dengan 2 mangkuk bakso lain nya.

"Soal yg waktu itu, lo mau kapan ambil sa? " tanya Rifki membuka obrolan.

"Nunggu. Untuk sementara kita pantau mereka dari jauh dulu, kalo keterlaluan baru gue turun tangan langsung" ujar Aksa menatap ervan dkk dengan Naura di sana.

"Terus kapan kita ke sana? Gue ga sabar liat tawanan yg udah mereka tangkep" ujar Rifki kemudian.

"Besok, tapi kita harus minta tolong salah satu dari mereka, gue mau kita aman walau berkunjung tanpa inti lain dan mereka tau" ujar Aksa membuat Rifki mengangguk.

"Darius. Gue bisa ajak dia kerja sama" ujar Rifki.

"Pulang sekolah di taman belakang aja, gue tunggu di sana" ujar Aksa lalu beranjak karna bersamaan dengan bell berbunyi.

Gaby pun membereskan makanan nya, lalu mendongak menatap Aksa dengan. Cengiran anggun miliknya.

"Udah gue bayar, ayo masuk" gaby ikut beranjak mereka ber 3 berlalu pergi Aksa dan Rifki mengantar gaby terlebih dahulu baru berlalu kembali ke kelas mereka.

☁☁☁☁☁

Bel pulang sekolah berbunyi, Aksa mulai merapikan peralatan sekolahnya, pemuda itu bersiap ke taman belakang, tapi dia akan mengabari gaby terlebih dahulu.

Pemuda itu membuka ponsel dan berdecak kesal kala ponselnya kehabisan daya, saat ini dia merutuki dirinya yg seharian ini sibuk memainkan ponselnya padahal tak terlalu penting.

"Em.. Kenapa aksa? " suara lembut naura membuat pemuda itu menoleh.

"Handphone kamu kehabisan daya? Aku punya, mau pinjam? " naura nampak menyodorkan ponselnya.

Aksa tersenyum tipis menerima ponsel itu di balas senyum manis oleh naura.

Aksa menelvon gaby memberitahu nya kalau dia akan agak telat keluar parkiran, dan menyuruh gadis itu untuk tetap berada di mobilnya sampai dia kembali.

"Terimakasih untuk pinjaman nya, naura" aksa memberi kembali ponsel naura lalu bergegas pergi.

Naura sendiri merasa detak jantungnya berpacu 2 kali lebih cepat dari biasanya, dia pikir aksa akan sangat menakutkan, tapi ternyata pemuda itu jauh dari kata menakutkan. Pantas saja gaby dapat dengan seenaknya berlaku pada pemuda itu.

Kembali ke aksa, dia menunggu hampir 5 menit di sana namun belum juga Rifki memunculkan diri. Hingga akhirnya dia mendengar suara ribut ribut yg semakin mendekat.

Di sana dia melihat rifki dan seorang pemuda, aksa tersenyum tipis di tempatnya.

"Noh noh... Liat mata lo, aksa ada di sana anjir" terlihat Rifki menunjuk dirinya membuat pemuda di sampingnya melirik sinis Rifki.

"Ada apa? " tanya aksa kala keduanya sampai di depan nya.

"Ga ada. Kenapa bos? Gue tiba tiba di suruh nemuin lo, gue kira boong tadi ni kelalawar utan" ujar darius yg mendapat pelototan dari Rifki.

"Gue berniat mau ambil alih the dark moon dari om rayyan. Gue juga udah bilang sama om rayyan, dia bilang boleh" ujar aksa membuat darius kini serius.

Fyi: om rayyan papa ervan

"Tapi ga sekarang, gue mau liat kaya apa selama ini ervan jadi pengganti om rayyan. Gue pikir ga masalah selagi dia bener ngarahin anak anak" lanjut aksa membuat darius bingung.

"Yg mau gue tanyain ke lo, gimana selama di bawah pimpinan ervan? " tanya aksa membuat pemuda itu di landa bingung.

"Sebenernya om rayyan ga tau soal ini, makanya dia bilang TDM baik baik aja. Tapi enggak seperti yg kalian liat. Sumpah gue bingung ervan terlalu acuh sama bawahan nya" darius menunduk.

"Udah ada hampir 5 orang bunuh diri tanpa ervan tau, dia cuma acuh sama itu, gue sendiri yg nyoba ngusut apa yg terjadi, semua nya karna perselisihan antara satu sama lain. TDM ga baik baik aja bang" aksa mengangguk paham.

"Apa berantakan banget? " tanya rifki membuat darius mengangguk.

"Ervan terlalu sibuk sama naura, gue sebenernya benci itu"

"Gue ngerasa ga beres sama tu cewe, kaya iblis berkedok malaikat" lanjut darius.

"Besok ajak gue ke markas, tapi jangan sampe ervan dkk tau, cukup kita dan anak anak. Anggota inti sama tu anak ga perlu, gue ga butuh" darius nampak mengangguk.

"Ya udah gue balik ya, lo mau ikut gue apa ga? " tanya aksa pada Rifki.

"Gue mau ngeliat tempat sama ni kunyuk, kan lo yg nuuruh" aksa berpikir sejenak lalu terkekeh pelan.

"Ya udah gue pergi."

Sepeninggal nya aksa, darius menepuk bahu rifki. Dengan mata yg masih menatap punggung aksa yg menghilang.

"Gue rasa dulu aksa ga bisa ngomong panjang, atau bahkan ketawa, dia beda" rifki hanya mengangkat bahuhya acuh lalu merangkul darius keluar ke parkiran.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now