02. dua

1.3K 115 1
                                    

Saat ini aksajio berjalan jalan di mansion mewah milik orangtuanya. Dia menyusuri tiap lorong tiap pintu bahkan dapur sekalipun.

Rasa penasaran yg dia punya membuatnya mengeksplor ke seluruh penjuru mansion itu, walau banyak tatapan aneh dari maid dan para bodyguard aksa tak memperdulikan nya.

"Bosen banget, ga ada HP" gumam nya meraup kasar wajahnya.

Akhirnya dia kembali ke kamar nya, berdiri selama 30 menit di depan kaca full body yg dari ingatan miliknya kalau itu di berikan mamanya.

Tepatnya, mama pemilik tubuh yg feren tempati, emmm... Tapi dia aksa sekarang? Jadi itu juga mamanya?

Tak mau ambil pusing aksa nampak mendudukan diri di balkon kamarnya, matanya menatap para orang orang yg berlalu lalang di depan mansion nya, tepat di jalan depan.

"Aksajio... Tadi mama ketemu gaby, dia nanyain kamu, katanya mau kesini, udah sampe? " tanya seorang wanita membuat aksa menoleh ke belakang mendapati sosok wanita begitu cantik di umurnya yg tak lagi muda.

"Siapa gaby? " tanya aksa dengan alis menyirit.

Wanita itu, lana, mama aksa nampak memperhentikan kegiatan nya yg tengah merapikan tempat tidur aksa.

"Ouh... Kamu belum dapat kabar kalau gaby pulang dari Amerika? Gabriella celiana diningrat? " aksa nampak tersentak mendengar nama itu.

Itu nama antagonis wanita, dia baru sadar kalau ada plot di mana menjelaskan kalau antagonis wanita adalah sahabat kecil antagonis pria.

"Ouh... Bukan nya harusnya dia datang lusa? " tanya aksa mendekat ke arah lana.

"Iya, Fredrik dan luna mempercepat kepulangan gaby, ya karna dia membuat masalah lagi tentunya" ujar lana dengan terkekeh pelan.

"Sudah kamu tidak mau bersiap menemui nya hmm? " terlihat gelengan dari kepala aksa membuat lana menyirit.

"Kenapa? "

"Handphone" aksa menunjuk handphone yg sudah pecah berkeping keping di lantai membuat lana melirik tajam aksa yg menunduk.

"Belilah, mama akan bilang dengan papa mu" aksa nampak mengangguk kala merasakan tangan lana mengelus lembut kepala nya, senyum tipis terukir begitu saja.

Rasanya aneh kala dia tersenyum, seolah bibirnya kaku, bahkan pipinya terasa pegal walau hanya menarik bibirnya sedikit.

"Ya sudah mama pergi ke kantor papa, kalau mau kemana mana hati hati ya sa" lagi lagi aksa hanya mengangguk.

Lana memahami hal itu, aksa dari dulu memang pendiam, berbicara seadanya dan terkesan tak perduli, tapi lana merasa aneh dengan aksa sekarang, dia melihat senyum tipis di bibir pemuda itu, bahkan menyahuti pertanyaan nya yg biasanya dia hanya mendengarkan saja.

Setelah kepergian lana aksa kembali menatap langit dari balkon, senyum nya terukir begitu saja walau terasa sedikit pegal pada area pipi tak membuatnya melunturkan senyum nya.

Matanya menoleh ke bawah, melihat lana tengah bercengkrama dengan gadis cantik dengan stile anggun miliknya, begitu menawan dan memanjakan matanya.

Aksa sempat terpana sebentar lalu menyirit kala gadis itu melangkah masuk dengan riang, setelah bercipika cipiki dengan lana.

Aksa memperhatikan mobil lana yg mulai menghilang dari pandangan nya, lalu terasa sebuah tangan memeluk perutnya dengan amat kencang.

"Jio... Dari kapan kamu mengganti parfum? " tanya nya membuat Aksa berbalik.

"Lupa" sahutnya dengan melepas pelukan gadis itu.

"Jio, kamu masih ingat aku kan? " Aksa mengangguk, sepertinya dia tau kalau gadis cantik di depan nya itu adalah Gabriel.

"Kamu kenapa sih? Kok jadi dingin gitu?" Aksa hanya diam memandang wajah anggun gaby.

"Tanya sama dirimu dulu, sejak kapan kamu suka berbuat ulah? " tanya Aksa yg berlaku duduk di ranjang dengan memainkan ponsel gaby yg dia curi.

"Kamu tau semuanya? " gadis itu bertanya dengan lesu, Aksa hanya menggeleng.

Dia merasakan rasa aneh, apa lagi melihat wajah lesu gadis itu, rasanya dia juga merasakan apa yg gadis itu rasakan. Entah kenapa namun lagi lagi Aksa menepis rasa itu.

"Aku hanya ingin pulang menemuimu, papi sama mami nolak jadi aku buat ulah dan jadi aku di kirim kembali ke indo" ujarnya membuat Aksa hanya mengangguk.

"Besok mulai sekolah? " tanya Aksa seolah bibirnya berbicara sendiri.

Gaby nampak mengangguk antusias lalu duduk di samping pemuda itu, merebut ponselnya lalu kembali memberikan nya setelah di Utak atik oleh jari lentiknya.

"Ini, aku akan mendaftar di sini, katanya di sana ada most wentend boy yg terkenal dingin, aku pernah liat fotonya, dia ganteng banget" ujar  gaby menerawang luas.

Aksa hanya menatapi foto sekolah yg akan di tempati gaby, lalu mengusak rambut gadis itu dengan tersenyum tipis.

"Belajar dulu baru kenal cinta" ujar nya membuat gaby menggeleng kekeuh.

"Belajar itu urusan belakang, tapi kalo cinta itu nomer satu" ujarnya dengan terkekeh pelan.

"Terserah lo aja" pungkas Aksa jengah dengan sikap keras kepala antagonis wanita satu ini.

Benar, antagonis pasti memiliki watak keras kepala, karna itu sudah menjadi ciri khas seorang antagonis, begitupun dengan dirinya, dia sadar kalau dia pun sama keras kepalanya dengan gaby.

"Malem ini aku tidur sini ya" ujar gaby, dengan nada seperti pernyataan bukan pertanyaan.

"Terserah, tapi kalau terjadi sesuatu sama lo gue ga tanggung jawab" gaby hanya mengangguk meng iyakan.

Dan benar malam nya gaby benar benar tidur di satu ranjang dengan nya, apa lagi dia memakai dress tidur di atas lutut berwarna ungu. Benar benar membuat Aksa mengumpat pelan.

Namun anehnya, walau bersama dengan nya dia bisa menahan nafsunya, ini tidak biasa bagi aksa, bahkan saat menjadi feren, sekali pun belum pernah dapat menahan hasratnya.

Tangan nya menyentuh tangan gaby yg ada di atas perut gadis itu, rasa hangat yg belum pernah dia rasakan membuatnya sedikit menarik kedua sudut bibirnya. Dia menatap wajah damai gaby, seketika nafsunya hilang begitu saja. Dan berakhir Aksa tidur dengan memeluk gaby.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now