06. enam

1K 107 0
                                    

Akhirnya hari baru kembali tiba, Aksa selesai mandi dan bersiap untuk ke sekolah barunya, pemuda itu nampak menuruni tangga dengan menatap ponsel sesekali menyirit entah karna apa.

Dari bawah lana nampak melihat putranya turun dengan begitu tampan, dia yakin kalau Aksa memiliki pacar, tapi dia hanya berharap gaby lah istri Aksa.

"Hay boy. Semangat bener pagi buta udah siap" ujar lana dengan terkekeh kecil.

Aksa melempar senyum tipisnya, lalu berjalan memasukan ponsel ke saku, dan mendudukan diri di salah satu kursi di sana.

"Tumben, ga perlu di bangunin" suara bas milik dion membuat lana kembali menyuarakan Kekehannya, Aksa sendiri memilih diam, enggan merusak mood baiknya saat ini.

"Udah pa jangan di godain anaknya kasian dia" Aksa berdecak keras membuat tawa lana dan dion mengudara.

"Oya, papa dengar kamu jadi murid pertukaran pelajar sama SMA sebelah? " tanya dion dengan mengambil gelas minumnya, Aksa mengangguk untuk menyahuti.

"Hanya kamu? "

"Dengan Rifki"

"Oh papa dengar di sana ada gadis cantik yg katanya begitu menggemaskan? Apa kamu sudah menemuinya? " Aksa mendongak ke arah dion seketika lalu otaknya tertuju satu nama yaitu Naura.

"Ouh, maksut papa Naura? " tanya Aksa membuat dion mengangguk.

"Wah kalian berteman? " Aksa menggeleng membuat kerutan di dahi dion.

Lana menggeleng pelan melihat interaksi keduanya, walau begitu hatinya tetap mencoba membuat yakin jika Aksa tak akan memilih gadis itu. Karna mendengar namanya lana merasa perasaan tak enak.

"Kenapa? " pertanyaan dari dion membuat Aksa menghentikan makan nya.

"Untuk ku dia terlalu lemah sebagai wanita, aku juga tidak suka, dia terus saja menumpahkan kuah bakso pada gaby entah secara sengaja atau tidak, tapi selalu terjadi setiap harinya" ujar Aksa membuat dion mengangguk.

"Papa setuju, tidak ada yg boleh menyakiti anak gadis papa, gimana gaby? Dia ga papa? " Aksa kembali menggeleng lalu melanjutkan makanya.

"Nanti kamu jemput gaby ya, dia bilang dia ga bisa berangkat karna mobilnya mogok, ga jauh kok dari sini" ujar lana setelah membuka ponselnya.

Aksa mengangguk tidak masalah bukan memberi tumpangan padanya, Aksa sendiri merasa nyaman di sisi gadis itu.

☁☁☁☁☁

Selesai makan, Aksa langsung melesat menjemput gaby, dari sisi kiri, Aksa dapat melihat seorang gadis tengah mencak mencak di sebelah mobilnya membuat senyum ter ukir di bibirnya.
"Dengan nyonya radhika?" Tanya Aksa membuat gaby mendengus sebal.

"Bukan" cetus nya membuat Aksa terkekeh.

"Oh berarti saya salah orang, apa anda melihat calon istri saya di sini? " gaby mengeram kesal melempar tasnya dari kaca mobil membuat Aksa benar benar tertawa.

"Mana saya tau istri anda, saya bukan cenaya" Aksa masih menatap gaby yg masuk dan duduk dengan nyaman di sampingnya.

Aksa mulai menjalankan mobil dengan tersenyum tipis.

"Mau tau ga apa yg akan terjadi pagi ini? " tanya Aksa membuat gaby menoleh sepenuhnya ke pemuda itu.

"Apa? "

"Setelah turun dan lo jalan ke koridor, lo bakal jatuh karna tabrakan sama cewe kemarin siapa? Naura? Terus lo bakal kena tampar ervan di kira nyari gara gara." Ujar Aksa membuat gaby menyirit tak suka dan sedikit tak percaya.

"Ga percaya" sanggah gaby membuat Aksa terkekeh.

"Liat aja nanti"

Mobil mulai memasuki area parkiran, gaby turun begitu saja, dia berjalan menuju koridoe, sedangkan Aksa berjalan di belakang dengan mengawasi pergerakan gaby.

Tepat saat di Koridor, gaby di tabrak seseorang dengan begitu keras membuatnya terjatuh, gaby langsung berdiri dengan memarahi si penabrak, tapi setelah melihat pelaku, gaby terdiam.

Tak lama kemudian ervan dkk datang, pemuda itu langsung menampae gaby membuat gadis itu kembali terkejut untuk ke dua kalinya, fokusnya bukan lagi pada ervan namamu maupun rasa sakit akibat tamparan pemuda itu.

Tapi tentang ucapan Aksa beberapa waktu lalu, gadis itu berbalik menatap Aksa yg tersenyum miring pada gaby yg terlihat matanya berkaca kaca karna perih di pipinya.

Aksa akhirnya mendekat mengelus pipi merah gaby lalu menarik gadis itu.

"Lain kali tangan nya jangan ikut ya bro, nyokap lo kecewa liat ini" ujar Aksa sebelum pergi.

Pemuda itu bahkan sempat melempar sebuah kertas pada salah satu teman ervan, yakni dion.

'3 luka artinya 3 nyawa.

Tenang masih di pantau kok'

Begitu isinya membuat dion merasa itu tidak lah penting. Pemuda itu membuang kertas itu sembarangan lalu menatap ervan yg mencemaskan Naura.

Aksa di hampiri Rifki saat ini, pemuda itu nampak mencak mencak karna sendiri tadi tak menemukan Aksa, dan malah pemuda itu ada di UKS sekarang.

Aksa hanya diam fokus mengompres luka yg ada di pipi gaby, sedangkan gaby hanya diam memikirkan kenapa Aksa tau kejadian yg akan terjadi, seolah dia tau semuanya, apakah benar Aksa seorang cenayang? Itulah pikiran nya.

"Jio, kamu bisa tau apa yg akan terjadi sama aku dari mana? " tanya gaby tiba tiba.

"Insting" sahutnya

"Apa? Gimana gab? " Rifki yg mendengar tak terlalu jelas tadi bertanya kembali pada gaby.

"Tadi dia bilang apa yg akan terjadi sama gue setelah turun dari mobil dan jalan ke koridor, dan semua yg dia ucapin itu bener bener kewujud" ujar gaby membuat Rifki terkejut.

"Gue juga pernah bukan cuma 1 kali bahkan, 2 kali gue liat secara langsung prediksi seorang Aksa" sahut Rifki membuat Aksa menggelengkan kepalanya pelan.

"Udah masuk kelas, drama pagi ini udah selesai" ujar Aksa membantu gaby turun.

Aksa dan Rifki mengantar gaby sampai di kelasnya, baru setelahnya kembali ke kelas keduanya, mereka mengobrol di sepanjang jalan, tidak! Tepatnya beradu mulut antara Rifki dan gaby sedangkan Aksa yg ada di antara keduanya hanya menghela nafasnya berulang kali.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now