12. Dua belas

674 61 0
                                    

☁☁☁☁☁

"Aksa kamu ga papa? " suara indah itu mengalun di telinga aksa kala baru saja memasuki kamarnya.

Pemuda itu menggeleng, merasa enggan menatap wajah sendu gadis itu. Gaby, gadis dengan rambut acak acakan itu menatap sendu aksa.

Sejak kejadian kejadian itu, gaby sesekali bermimpi buruk, dan aksa yakini gadis itu habis memimpikan hal buruk. Aksa berbalik menatap gaby setelah menormalkan detak jantungnya.

"Tidur" satu kata yg aksa ucapkan ternyata berefek besar bagi gaby.

Gadis itu yg awalnya berdiri langsung jatuh terduduk dengan mata kosong, aksa? Dia merasa dia yg salah dan tidak bisa menjaga gaby, pemuda itu keluar tanpa sepatah kata meninggalkan gaby yg kini menangis pilu.

Di tambah dengan rasa kecewa yg gaby rasakan, bukan menenangkan. aksa? Pemuda yg dia taksir sejak kecil malah mengabaikan nya.

Gaby berpikir kalau alur novel kembali, bahkan gadis itu akhirnya menumbuhkan sebuah trauma.

☁☁☁☁☁

5 bulan kemudian.

Gaby sama sekali tidak pergi dari kamar aksa sejak hari itu, makan minum, dan kebutuhan lain nya, selalu lana siapkan. Lana sendiri dia hanya bisa diam melihat gaby hanya termenung di atas kasur dengan seprei putih itu.

5 bulan ini aksa sama sekali tak menemuinya, gaby masih menjalani terapi, untuk memulihkan mentalnya yg sempat saling tumpang tindih.

"Sayang waktunya makan ayoo" lana berjalan menaruh nampan itu di atas nakas memperhatikan setiap inci tubuh gadis utu yg terlihat berantakan.

"Kamu ga tidur lagi hmm?" Gaby menoleh tersenyum tipis pada lana.

"Mimpi buruk lagi? " bukan menjawab dia malah memainkan jarinya.

Lana merasa hatinya nyeri melihat gadis itu, dia selalu berbicara namun gaby hanya menanggapinya dengan tersenyum tipis menunduk atau kembali menatap kosong pintu.

"Mau ketemu aksa?" Gaby menoleh menerima suapan lana namun bibirnya masih diam.

Hanya matanya saja yg menatap penuh harap pada wanita itu, lana tersenyum lembut, mencoba mengalihkan mata yg memburam karna tertutup air yg siap tumpah.

"Habiskan ya. Tante pergi dulu" gaby membiarkan mangkuk itu ada di pangkuan nya menatap balkon kembali kosong.

Tak lama pintu kembali terbuka, menampakan seorang gadis dengan drees marun nya, dia mendekat duduk di hadapan gaby yg kini menatapnya.

"Kamu belum makan? Aku padahal udah sembuh dari 3 bulan lalu. Kapan kamu sembuh gab?" Suara lembut itu mengalun, gaby tersenyum.

"Sakit" untuk pertama kalinya gaby bersuara dengan mata menatap kosong mangkuk bubur itu.

"Aku sakit dan gila" gadis itu menatap gaby dengan terkejut. Ini kali pertama setelah kejadian itu 5 bulan lalu.

5 bulan lalu.

Setelah kejadian sedikit memacu ardelina di sebuah gedung, ternyata besoknya ervan dkk tidak menyerah. Mereka kembali menculik gaby dan naura. Ervan dkk dengan kejam menyiksa kedua gadis itu.

Mereka mendapat luka di seluruh tubuhnya, mental keduanya terguncang hebat, apa lagi melihat bagaimana ervan menghabisi beberapa targetnya di depan mata kedua gadis itu.

Ervan adalah devinisi antagonis sebenarnya. Pemuda itu kini mendekam di penjara setelah bergelut dengan aksa kala pemuda itu mendapatkan lokasi gaby dan naura.

Bahkan aksa sempat di rumah sakit 1 minggu, namun aksa merasa gagal menjaga gaby, gadis itu benar benar berantakan.

Itu lah mengapa aksa tak mengunjungi gaby sekali pun gaby sejak kepulangan nya dari rumah sakit. Dia merasa marah pada dirinya sampai aksa sendiri mengurung diri di apartemen.

"Gab... Kamu ga gila, kamu hanya sakit" naura gadis dengan gaun marun itu bersuara tegas.

"Aku gila dan aku sakit, itu kenapa aksa ga mau nemui aku" naura diam.

"Aksa engga mau ketemu aku yg gila, dia... Dia malu"geram, gaby terus bergumam membuat naura menyentak gadis itu untuk menatap nya.

"Kamu ga bisa gitu, aksa ga nemuin kamu karna dia takut. Takut ga bisa jaga kamu, dia takut akan jadi hal lebih parah kalau kamu tetap di dekatnya. Kamu tau kejadian kejadian 5 bulan lalu itu karna dia" dengan lantang naura bersuara.

"Dia ada di apartemen nya. Sendiri, mengurung takut bertemu dengan semua orang" nada naura mulai lembut.

"Kamu harus sembuh, aksa membutuhkan mu, bukan hanya kamu tapi dia juga, aksajio.. Dia butuh kamu buat dia percaya kalo kamu baik baik aja walau di dekatnya" ujar naura lembut dengan tersenyum manis.

"Dia?... Takut? " naura mengangguk mendengar ucapan gadis itu.

"Hiks... " naura menghela nafasnya jengah, bukan nya tenang gaby malah menangis.

"Kenapa jadi banyak yg kena gangguan mental sih" gerutu naura membiarkan gaby menangis.

"Lo juga salah satunya nau" suara dari azka yg baru masuk membuat naura dan gaby menoleh.

Walau kondisi gaby tidak baik, gaby masih dapat mengenali pemuda itu azka bukan aksanya.

☁☁☁☁☁

Di tempat lain aksa ada bersama rifki, pemuda itu benar benar frustasi menghadapi aksa yg benar benar membuatnya ingin melempar pemuda itu keluar dari balkon lantai 7 kamar nya itu.

"Sa... Lo harus sembuh, gaby butuh lo di sana" untuk kesekian kalinya aksa menggeleng dengan menatap kosong figura gaby.

"Gue... Gue gagal jaga dia, gue gagal buat dia bahagia" racau aksa untuk kesekian kalinya.

"Aksa lo ga bisa gini terus. Lo ga bisa salahin diri lo terus dia... GABY PERLU LO" dengan kesal rifki membuang figura gaby ke tong sampah membuat aksa murka.

Pemuda itu bangkit hendak membogem rifki namun darius datang mencegahnya.

"Lo gila? Lo ga bisa jaga dia? Iya gue akui lo gila, lo ga bisa jaga dia, lo lemah" darius menatap tajam rifki yg terus berbicara dengan gagah.

"Sadar bro... Kalau lo ngerasa lo salah harusnya lo tebus bukan malah ngurung diri di kamar kaya gini. Bego kok di pelihara" ujar rifki dengan gumaman di akhir kalimat nya.

"Udah rif lo malah memperkeruh suasana" lerai darius.

"Gue berteman lama sama ni anak, gue tau dia ga akan sadar sebelum mati dua kali" aksa mendongak.

"Udah! Gue udah ngerasain mati sekali, dan lo mau gue mati untuk ke 2 kalinya? "

darius memijat pangkal hidungnya merasa pusing.

"Udah... Kan bisa di omongin baik baik" tak bosan pemuda bermata sipit itu melerai mereka.

"Lo denger kan sa. Dokter mela bilang apa? " tanya darius pada aksa yg mulai tenang.

"Dia minta lo lupain kejadian itu dan bangkit, di sana gaby juga butuh dukungan lo.. Gitu" sela rifki yg memainkan ponselnya di sofa.

Tatapan tajam darius membuat rifki mendengus sebal, aksa sendiri masih menatap sinis sahabatnya itu.

"Jadi.... "

"Pergi deh gue cape"

Kali ini bukan rifki yg ingin melenyapkan aksa tapi juga darius, pemuda itu pasrah menarik rifki keluar dengan kasar menbuat pemuda itu berontak terasa tercekik.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now