03. tiga

1.1K 115 2
                                    

Pagi tiba, Aksa bangun dengan gaby yg sekarang memeluknya, wajahnya begitu damai membuat Aksa terkekeh, dengan hati hati dia memindahkan rengkuh tangan gaby dari nya lalu berjalan menuju kamar mandi.

Tak lama pintu di ketok, tanpa Aksa buka lana masuk melihat cara tidur gaby dengan menggeleng pelan, kakinya melangkah melewati ranjang membantu Aksa memakai dasinya, walau sebenarnya pemuda itu bisa sendiri.

"Biar mama bangunin gaby, kamu berangkat aja, nanti gaby katanya di jemput temen nya" Aksa nampak mengangguk dia tak mengeluarkan suara untuk menjawab ucapan lana.

"Hati hati ya" ujar lana kala usai Aksa menyaliminya.

Pemuda itu menuju garasi mengambil mobil sedan merah miliknya, dia menyukai warna yg sama, ternyata Aksa dan feren memiliki kesamaan.

Terlepas dari sifat bodoh Aksa asli tentunya.

Benar jika pria lainnya lebih dominan menyukai warna gelap seperti hitam, abu abu, atau warna yg tidak terlalu mencolok, Aksa sendiri lebih suka warna merah dan hitam.

Jadi sekolah Aksa dan gaby itu berbeda, gaby bersekolah di tempat terjadinya novel itu.

Dan peran Aksa di mulai ketika ada pertukaran pelajar untuk memperkuat 2 sekolah elite itu.

Itu terjadi di tanggal 1 bulan depan, dan itu artinya beberapa hari lagi dia akan pindah ke sekolah yg gaby tempati.

Sampai di parkiran Aksa keluar dari mobil, berjalan acuh menuju kelasnya. Sampai di kelas dia di sambut oleh warga kelas yg sepertinya begitu dekat dengan Aksa asli.

"Gue denger sahabat kecil lo balik dari Amerika, emang kapan sa? " tanya pemuda dengan jambul itu dia Rifki pemuda yg paling dekat dengan Aksa.

"Dari mana? " tanya Aksa dengan dahi berkerut.

"Oh kemarin pas nyokap lo arisan di rumah gue, gue ga sengaja denger" ujar Rifki, lama berteman dengan Aksa membuat dia sudah paham tabiat pemuda itu.

Termasuk kata kata singkatnya tentu saja.

"Ga sopan" komentar Aksa membuat Rifki mendengus sebal.

"Oh ya btw bulan depan ada perpindahan siswa sama sekolah sebelah, kira kira tahun ini siapa yg bakal di pindah ya? " tanya Rifki tiba tiba membuat Aksa tersenyum miring.

"Mau denger keajaiban?" pertanyaan aneh dari Aksa membuat Rifki menyirit.

"Gue tau siapa yg bakal di pindah bulan depan, denger" Rifki mendekatkan telinganya ke arah Aksa.

"Gue dan lo" Rifki menyirit lalu menabok lengan Aksa yg tidak membuat Aksa mengaduh kesakitan kala wajahnya berbalik menjadi datar.

"Ngadi adi lo" ujarnya tak percaya, Aksa hanya mengangkat bahunya acuh menumpukan kepalanya pada lipatan tangan tepat saat guru mengajar masuk.

Jam pulang sekolah pun tiba, Aksa dan Rifki beriringan berjalan menuju parkiran, Rifki yg mengikuti Aksa karna dia berniat menumpang, sekaligus menumpang tidur karna dia habis menghilangkan tupperware sang mama.

"Gue ikut lo balik ya" ujar Rifki kala Aksa akan masuk ke mobil miliknya.  Aksa tak menjawab pemuda itu malah menatap bertanya Rifki.

"Setelah 1 hari lo demam lo sekarang lelet banget ya" Aksa tak menimpali ucapan Rifki, pemuda itu masuk begitu saja dan langsung menyalakan mobil.

Melihat hal itu membuat Rifki buru buru ikut masuk ke kursi samping kemudian untuk menebeng.

"Gue ilangin tupperware mama semalem bisa bisa gue di gorok kalo pulang, untuk sementara gue nginep di rumah lo sampe mama lupa ya" jelas Rifki membuat Aksa terkekeh kecil. Bahkan itu sukses membuat Rifki melongo.

"Ceroboh" Aksa melempar tupperware berwarna biru, itu milik Rifki yg ternyata tertinggal di mobil nya.

"Lo masih demam ya sa? " tanya Rifki dengan memasukan tupperware itu ke tasnya.

"Enggak, mungkin otak lo yg mulai oleng" sahut Aksa dengan fokus mengendarai mobilnya.

"Bodo ah" gumam Rifki.

Walau tupperware itu ketemu, tak mengurungkan niat Rifki untuk menginap di rumah Aksa, karna ia sudah meminta ijin dengan mamanya, bisa bisa dia ketahuan kalau dirinya sempat menghilangkan tupperware milik mamanya itu.

"Tumben sa kamar lo bersih, emang nyokap lo di rumah? " pernyataan itu membuat Aksa berbalik langsung menatap Rifki.

"Maksud lo? " nampak kerutan di dahi Rifki kala mendengar pertanyaan dari aksa.

"Iya lo demam bukan nya karna mereka ga perhatian sama lo, dan gue liat kamar lo rapi emang nyokap lo di rumah? Biasanya juga mereka sibuk kan? "

Fakta baru yg baru saja Aksa ketahui membuat dia tak tau harus merespon apa.

"Ganti bajumu" suruh Aksa membuat Rifki beranjak mengambil baju yg pemuda itu sodorkan tadi.

Selepas berganti baju Aksa maupun Rifki di landa kebosanan, sesekali Aksa menguap, awalnya Rifki terkejut, tapi melihat tingkah baru Aksa yg seperti mengupil bahkan bergumam tak jelas dalam 2 jam membuatnya mulai terbiasa.

"Kemana kuy, gue gabud" ajak Aksa membuat Rifki mendongak.

"Cih kemana aksajio yg dingin, datar, dan ga banyak omong heh? " sindir Rifki membuat Aksa terkekeh.

"Itu artinya lo belum tau gue" ujar nya berdiri mengambil kunci mobilnya.

"Kemana? " tanya Rifki mengikuti langkah Aksa yg menuruni tangga.

"Cari angin" sahut Aksa acuh.

"Angin di cari, di sini juga ada angin" itu bukan lah suara Rifki, hal itu membuat Aksa berhenti menatap seorang pria paruh baya yg menatapnya dengan tersenyum lembut.

"Demam mu sudah turun? " tanya nya, dia dion papa Aksa.

"Menurut papa? " tanya balik Aksa dengan nada datar, kuncinya ia lempar ke Rifki lalu berjalan dengan tangan di masukan saku melewati dion begitu saja.

"Ada yg ingin papa bicarakan Aksa" ujar dion membuat Aksa berbalik.

"Ayolah papa, Aksa butuh udara segar" rengekan Aksa membuat Rifki melongo, sedangkan dion terlihat terkekeh ringan

"Iya iya, hati hati boy" Aksa mengangguk menarik kerah baju Rifki yg masih melongo.

"Buset, kecekik woy" teriak Rifki membuat Aksa melepas tarikan nya.

"Ke cafe, setir" nampak Rifki berdecak kesal dengan menggerutu pelan.

"Sama bokapnya manja nya minta ampun sampe gue pikir mau kiamat, giliran sama gue? Datar banget kaya tembok" gumam Rifki di sepanjang kegiatan nya berjalan ke arah mobil Aksa.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now