37. Hari Yang Di Tunggu

3K 107 2
                                    

♡♡♡♡♡♡

Matahari telah keluar dari persembunyiannya. Kini, Fawnia berada di bandara bersama Kira yang akan menjadi temannya pulang.

"4 bulan." Fawnia berkata kepada Marva yang telah selesai memeriksa kembali barang-barangnya.

"4 sampai 6 bulan, Sayang."

"4 bulan!" Fawnia menekan nada suaranya.

Marva menghela nafas sembari memperlihatkan senyum hangatnya. "Iya, 4 bulan."

Fawnia memeluk lelaki yang menyandang status kekasihnya itu. Bahkan Marva belum merentangkan tangannya tapi Fawnia sudah lebih dulu memeluknya. Fawnia mencium aroma parfum Marva berkali-kali. Sebelum dia tidak akan bisa mencium aroma ini selama 4 bulan kedepan.

Marva mengelus punggung Fawnia, berniat memberinya ketenangan. Wanita itu semakin mengeratkan pelukannya.

"Udah?" Marva bertanya.

Fawnia mendusel-dusel wajahnya di bahu Marva. "Belum.."

Cukup lama mereka berpelukan. Tapi ini di bandara, ada banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Perlahan Marva melepaskan pelukannya dari kekasihnya itu. Di lihatnya mata Fawnia telah berkaca-kaca.

"Udah dong, Sayang. Jangan nangis lagi.. aku sedih ngeliatnya." Marva sedikit membungkukan badannya agar tinggi mereka setara. Kedua tangan berurat itu mengusap pelan air mata yang membasahi pipi Fawnia.

Fawnia sudah berusaha semaksimal mungkin dari tadi agar tidak menangis. Tapi tidak bisa. Dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

"Aku janji. Hanya 4 bulan." Marva berkata mantap. Perlahan tangan berurat itu menyisir rambut Fawnia ke belakang telinga. Menyingkirkan rambut-rambut yang menghalangi wajah cantiknya. Bibir hangat milik Marva kini menempel di kening Fawnia. Marva menciumnya lama, menyalurkan rasa sayangnya di sana. "Aku pergi ya?"

Untuk menjawab saja Fawnia kesusahan. Dia hanya bisa menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Kira! Gue pergi." Marva berteriak kepada Kira yang berdiri tidak jauh mereka.

"Iya!" Kira tersenyum sekilas.

Marva tersenyum hangat menatap kekasihnya lagi. Padahal dalam hati lelaki itu sudah menangis lebih parah daripada Fawnia. Tangannya menarik koper, lalu melangkah masuk kedalam ruang boarding.

"Hati-hati!" Fawnia berteriak.

"Iya!" Marva menoleh sekilas. Masih berusaha memperlihatkan senyumnya.

Dua insan yang saling mencintai itu kini berpisah kembali. Akankah Tuhan mempertemukan mereka kembali?

°~°~°~°~°

Hari demi hari Fawnia menjalankam aktivitasnya tanpa ada sosok Marva. Bahkan Fawnia sampai lupa hari sanking pikirannya hanya di penuhi oleh Marva. Dia memang tidak memikirkan lelaki itu saat bekerja atau saat sibuk.

Namun, saat dirinya sedang nyantai. Contohnya saat makan siang di kantin seperti sekarang ini. Fawnia kembali di ingatkan dengan Marva. Padahal 2 bulan telah berlalu.

DOCTOR ARCHITECT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang