30. Kandang Singa

2.2K 103 0
                                    

♡♡♡♡♡♡


Matahari telah tergelincir ke barat. Wanita yang terbaring di ranjang telah tertidur pulas. Terlihat jelas dia kelelahan hari ini. Marva masih di sana memandanginya. Masih belum puas untuk memandang wajah cantik wanita itu yang tertidur.

Lagi asyik memandangi wajah Fawnia, tiba-tiba saja Devka datang dengan membawa sebox ayam yang dia beli saat jalan menuju ke sini. Niatnya untuk memberikan ayam itu kepada Fawnia buyat sudah, karena wanita itu telah tidur.

Alhasil, Devka meletakannya saja di nakas samping Fawnia. Siapa tahu wanita itu akan kebangun dini hari dan merasa lapar. Marva mengajak Devka untuk ke kantin. Arsitek itu ternyata belum makan malam.

Pas sekali saat itu Devka juga menunggu Kira selesai bekerja. Kedua lelaki itu kini telah berada di kantin untuk mengisi perut. Dan tidak lama kemudian, wanita yang di tunggu oleh Devka menghampiri mereka, dia telah selesai dengan pekerjaannya.

"Pak Agih! Indomie goreng 1! Pedes!" Kira berteriak kepada Pak Agih, koki terbaik kantin rumah sakit.

"Okeh!" Pak Agih menjawab.

"Indomie terus." Devka menegur sembari menarik batang hidung Kira.

"Biarin." Kira menjatuhkan bokongnya di samping Devka.

Ingin sekali Marva menghilang sekarang juga. Lebih baik dirinya memandang arah lain daripada memandang ke depan. Lihatlah, hanya diringa yang seperti nyamuk tersesat di sini.

"Oh iya, Marv. Seseorang yang menembak Fawnia waktu itu masih belum di temukan. Tapi gue ada rekaman cctv yang terlihat jelas kalau dia cewek." Kira mengeluarkan benda pipih dari kantung jasnya.

"Lo dapat dari mana?" Marva bertanya penasaran.

"Dari Jigel."

"Kok dia nggak ngasih tau gue."

"Nggak sempat. Hari itu dia buru-buru katanya, jadi cuma bisa ngasih tau gue habis tuh pergi. Keliatannya dia sibuk banget, ya?"

"Dia lagi bangun rumah impian gue." Marva membatin.

"Nih." Kira memutarkan vidio rekaman cctv itu, menunjukannya ke hadapan Marva.

Vidio itu di putar lalu di pause di tengah. Kira menunjukan lengan, lekukan tubuh yang hanya terlihat sampai dada karena terhalang oleh pintu mobil. Buah dadanya yang berbentuk, juga jari yang terbungkus sarung tangan memegang pistol. Itu terlihat jelas sekali bahwa pelaku adalah seorang wanita.

Marva terdiam mengamati. Dia telah mencurigai seseorang. "Di mana Zelin?"

"Dia ngambil cuti." Kira menjawab.

"Cuti? Cuti buat apa?"

"Gue kurang tau, Marv. Gue juga tau dari Elly."

Suara helahan nafas berat meluncur dari mulut Marva. Wanita itu terlihat mencurigakan baginya.

"Lo menuduh Zelin pelakunya?" Devka menebak cepat. Polisi itu bisa membaca gerak-gerik Marva saat menanyakan soal itu.

Marva terdiam.

"Lo nggak bisa nuduh gitu aja, lo harus punya bukti. Nggak bisa lo nuduh tanpa bukti kayak gitu." Devka memperingatkan. Nada suaranya terdengar serius.

"Dev, Fawnia nggam punya musuh. Cuma hanya ada orang yang nggak suka sama dia. Siapa lagi orang itu kalau bukan Zelin?" Marva tetap berpegang teguh pada logikanya.

"Tetap aja lo nggak bisa nuduh seenaknya." Devka berkata tegas.

"Devka benar, Marva. Kita harus cari tau dulu sebelum menuduh." Kira menenangkan kedua lelaki itu.

DOCTOR ARCHITECT [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin