8. Cerita

4K 189 0
                                    

♡♡♡♡♡

"Zelin?" Fawnia berkata.

"Hai Marva, apa kabar?"

Marva terdiam beberapa saat, matanya menatap fokus pada wanita berambut hitam legam di depannya. "Baik," jawabnya singkat.

Wanita itu tersenyum setelah mendapatkan jawaban dari Marva. Lalu menoleh ke seorang wanita di samping lelaki itu. "Hai juga, Faw. Apa kabar?"

"Baik," jawab Fawnia singkat kemudian melangkah menghampiri para Dokter yang duduj di meja makan. Bukan berniat untuk bergabung di sana, tapi Fawnia menarik Kira untuk keluar dari tenda melalui pintu belakang.

"Apa yang barusan terjadi?" Fawnia bertanya saat mereja sudah lumayan jauh dari tenda.

"Gue juga nggak tau. Tiba-tiba aja Zelin udah ada di sini. Katanya dia di suruh oleh Kak Caitlyn untuk menjadi Dokter relawan di sini," jelas Kira yang juga tidak tahu tujuan Zelin berada di sini.

Tanpa ba-bi-bu Fawnia segera mengeluarkan benda pipih dari dalam kantung jasnya, mencari nomor sang Kakak. Setelah ketemu dia langsung menelpon sang Kakak untuk menjelaskan hal ini.

"Kak, apa ini? Kenapa tiba-tiba ada Dokter tambahan?" tanya Fawnia langsung ke intinya saat panggilan itu di angkat oleh sang Kakak.

"Maksud lo dokter baru itu? Zelin?"

"Iya, siapa lagi?"

"Dia baru berkerja sekitar seminggu di sini. Dan gue memutuskan agar dia menjadi Dokter relawan juga di sana. Gue tau kalian kekurangan Dokter. Jadi nggak ada salahnya, kan?"

"Ada begitu banyak dokter di sana kenapa harus dia sih?

"Arza lebih cocok di sini. Dan dia anak emas gue. Kaliankan juga kekurangan Dokter, nggak salah dong kalau gue ngirim dia kesana."

"Salah! Bukan sekedar salah, tapi sangat salah!"

Tepat di kalimat terakhir, Fawnia memutuskan panggilannya sepihak. Dia begitu kesal dengan Caitlyn. Ada apa dengan wanita itu? Dia sudah berlagak seperti bos sekarang. Tapi memang iya sih, dia adalah bos. Tapi bukan seenaknya saja untuk mengirim Dokter ke sini yang bahkan kemampuannya saja belum di uji oleh bos itu.

"Tenang, Faw. Kita di sini tinggal 4 bulan lagi," ujar Kira menenangkan sahabatnya.

"4 bulan setengah, lebih tepatnya," balas Fawnia sembari memasukan kembali ponselnya kedalam kantung jasn. "Gue nggak habis pikir. Kakak gue kena geger otak kali, ya?."

"Lo kayak baru kenal Kakak lo aja. Dia selalu begitu kali. Hidupnya legowo dan simple. Dia tau kita kekurangan dokter di sini dan dia langsung ngirim Dokter tambahan. That's simple."

"Iyasih simple, tapi nggak Zelin juga kali."

Emosi Fawnia masih memuncak, mereka berdiam beberapa saat dalam pikiran masing-masing dan masih berposisi berdiri.

"Gue ngga tau kalau Zelin ngambil kedokteran," ujar Fawnia. Tiba-tiba saja terlintas pikiran seperti itu di kepalanya.

"Gue juga. Yang gue tau dia nunda kuliah beberapa tahun."

Ya, Fawnia juga pernah mendengar itu. Zelin sempat nunda kuliah karena masalah ekonominya. Dan tidak menyangka jika wanita itu sekarang telah menjadi seorang Dokter sama seperti mereka. Bedanya Zelin adalah Dokter umum sedangkan mereka adalah Dokter spesialis.

"Suruh dia untuk berjaga malam ini," perintah Fawnia sebelum melangkah pergi menuju tenda pasien.

Waktu istirahat telah selesai. Sekarang waktunya untuk kembali bekerja. Ada beberapa pasien yang harus di tangani hari ini.

DOCTOR ARCHITECT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang