2. Pulang

8.7K 327 1
                                    

♡♡♡♡♡

Ciuman itu masih berlanjut hingga terlintas sebuah ingatan masalalu di kepala Fawnia. Sebuah ingatan yang membuatnya pergi agar tidak mengingat lelaki ini. Mengingat hal itu, Fawnia memberhentikan ciumannya tiba-tiba. Matanya kini menatap lekat lelaki di depannya dengan tatapan kecewa, tidak seperti tatapan sebelumnya.

"Maaf, tapi gue nggak punya perasaan apapun sama lo." Fawnia berkata tegas kemudian bangkit dari sana lalu melangkah pergi.

"Faw, Faw! Fawnia!!" Marva berteriak. Tapi sama sekali tidak di hiraukan oleh Fawnia. Wanita itu terus melangkah masuk ke dalam rumah sakit tanpa menoleh sedikitpun.

Marva menyisir rambutnya frustasi. Ada apa dengan Fawnia? Kenapa tiba-tiba sifatnya berubah hanya dalam beberapa saat.

Fawnia melangkah cepat. Dia buru-buru untuk sampai ke mobilnya. Saat sudah di dalam mobil, barulah dia bisa merasa lega. Rasa sesak dan sakit menjadi satu di dadanya. Fawnia menurunkan sedikit kursi mobilnya agar nyaman untuk di sandarkan.

Dengan hati-hati Fawnia menyentuh bibirnya, menyentuh bibir atas dan bawah secara bergantian. Seperti masih tidak menyangka bahwa bibir Marva pernah mendarat di bibirnya beberapa saat yang lalu. First kiss miliknya telah di ambil oleh Marva setelah 29 tahun dia jaga baik-baik. Begitupun sebaliknya, first kiss Marva juga telah di ambil olehnya.

Fawnia menggelengkan kepalanya cepat mencoba untuk membuang ingatan yang terjadi di taman rumah sakit tadi. Wanita itu kembali memposisikan kursinya seperti semula, kemudian menghidupkan mesin mobil dan pergi dari sana.

Sepertinya dia butuh istirahat untuk melupakan apa yang telah terjadi hari ini.

°~°~°~°~°

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam dini hari. Kira yang selalu lapar tengah malam kini berjalan menuju kantin untuk membeli makanan. Kantin rumah sakit Aneska buka 24 jam dan Indomie selalu menjadi menu incaran Kira.

Dia melangkah keluar dari lift dengan pandangan mata ke arah ponsel yang dia pegang. Sanking fokusnya, dia sampai tidak sengaja menabrak seseorang.

"Woi! Kalau jalan pake mata dong!!" sembur Kira tanpa melihat orang yang menabraknya. Padahal sebenarnya dialah yang telah menabrak orang itu.

Seseorang yang menabraknya, mengambil ponselnya yang sudah tergeletak di lantai. "Maaf, saya nggak sengaja."

Kini mereka saling pandang.

"Marva," ucap Kira. Senyum hangat dia perlihatkan. "Bukannya lo harusnya ada di kamar? Kenapa ada di sini?" Kekesalannya seketika hilang saat mengetahui siapa orang yang dia tabrak.

"Iya, ini mau balik ke kamar," ujar Marva sembari memberikan ponsel milik Kira.

"Lo apa kabar?" Kira bertanya sebagai teman satu SMA yang sudah lama tidak bertemu.

Marva tersenyum simpul, "baik." 

"Syukur deh." Kira mengangguk. Tiba-tiba saja perutnya berbunyi, dia sudah kelaparan. "Marv, gue ke kantin dulu ya. Lapar soalnya," tangannya mengusap perut.

"Boleh gue ikut?" tanya Marva sedikit ragu. Lagian dia juga bosan berada di kamar terus sendirian.

"Of course." Kira menjawab semangat. Dia tidak merasa terganggung dengan Marva yang ikut bergabung dengannya. Ya, sekalian mehilangkan rasa rindu antar teman SMA bukan menjadi masalah.

DOCTOR ARCHITECT [END]Where stories live. Discover now