16. Api

3.2K 152 2
                                    

♡♡♡♡♡

Hari ini para Dokter dan Suster harus berkerja lebih ekstra. Karena Fawnia akan berada di tempat rehab sampai jam makan siang. Wanita itu sudah selesai bersiap, dan sekarang sedang duduk di salah satu kursi panjang lorong rumah sakit. Menunggu Marva yang sedang bersiap juga.

"Udah siap?" Marva bertanya melangkah menghampirinya.

"Udah."

Tanpa berlama-lama mereka pun berjalan menuju mobil jeep wrangler hitam milik Marva. Sekarang tempat parkir mobil sudah bukan lagi di area yang jauh dari bangunan rumah sakit. Karena sekarang halaman depan bangunan rumah sakit ini sudah bisa menjadi tempat parkir. Sudah tidak ada lagi pasir atau bebatuan yang berserakan, dan sudah tidak ada lagi tenda-tenda di sana.

Selama 1 bulan terakhir ini. Bangunan rumah sakit banyak sekali yang berubah. Sembari menyetir, sesekali Marva melirik Fawnia yang berada di sampingnya. Wanita itu terlihat menatap keluar jendela. Menikmati perjalanan menuju tempat rehab.

"Lo capek?" Marva bertanya. Sekedar basa-basi karena suasana di dalam mobil terlalu sepi.

Fawnia menoleh sekilas. "Masih pagi, mana mungkin capek."

Setelah itu suasana mobil kembali hening, tidak ada yang bersuara sama sekali.

15 menit menempuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai di tempat rehab. Fawnia melepaskan seatbeltnya lalu turun dari mobil. Namun, dengan cepat Marva lebih dulu menahan lengannya.

"Nanti gue jemput jam 1 boleh?" Marva bertanya.

"Cepat banget." Fawnia menjawab terkejut. Itu terlalu cepat, bukannya lelaki itu masih banyak pekerjaan.

"Ya.. gapapa kan?"

Alis Fawnia terangkat satu menyelidiki. Sebenarnya tidak apa-apa, dia juga bosan di tempat rehab terlalu lama. "Ok," jawabnya singkat kemudian turun dari mobil.

°~°~°~°~°

Semua mesin para pekerja telah di matikan. Waktunya makan siang. Di saat semua orang makan di ruang makan. Marva hanya meminum satu kaleng minuman ber-energy untuk mengembalikan karena habis bekerja. Lelaki itu duduk di kursi lorong rumah sakit.

"Woi!" sentak Jigel membuat Marva terkejut.

"Apa sih?"

"Kenapa tuh muka masam gitu. Perasaan tadi pagi happy-happy aja."

"Anak kecil nggak boleh ikut campur."

"Dih! Geli gue." Awalnya Jigel akan meninggalkan Marva setelah dia menjailinya. Namun, entah kenapa kakinya enggan untuk melangkah masuk ke ruang makan.

Sahabatnya itu seperti banyak pikiran. Dia tidak boleh meninggalkannya seperti ini. Jigel memutuskan untuk duduk di samping Marva.

"Kenapa sih lo? Ada masalah?" Kali ini Jigel bertanya dengan nada suara bersahabat.

"Zelin, ngejar gua." Marva meneguk minuman berenergy-nya.

"Terus?" Jigel bertanya tidak mengerti.

"Gue harus gimana biar dia nggak ngejar gue terus. Padahal gue udah pernah nolak dia waktu SMA. Tapi–"

DOCTOR ARCHITECT [END]Where stories live. Discover now