12. Kucing

4K 179 0
                                    

♡♡♡♡♡

Akibat menggantikan jadwal berjaga Kira, Fawnia sampai berjaga hingga tubuh. Dan sekarang dia telah tepar tertidur pulas di tendanya, padahal jam sudah menunjukan pukul 11 siang.

Tidak apa-apa bagi Marva, karena itu sudah menjadi resikonya telah jatuh cinta pada seorang Dokter. Marva menyuruh Jigel untuk memasakan sesuatu untuk Fawnia. Dan sebagai sahabat yang baik, si gendut itu menurut. Tidak, lebih tepatnya di kasih sogokan terlebih dahulu.

Jigel mehidangkan masakannya di piring yang tersedia. Ayam sambel ijo beserta nasi kini terlihat sangat lezat di atas piring.

"Nih." Jigel memberikan piring itu kepada Marva yang menunggunya di meja makan.

"Wow." Marva takjub melihatnya. "Makasih, bro."

"Udah sana lo, keburu dingin ntar," perintah Jigel. Sebenarnya dia sudah risih dengan lelaki itu yang menunggunya di sini tanpa sabar.

Marva melangkah menuju tenda kekasihnya dengan bibir terukir senyuman. Tepat di depan tenda, Marva sedikit mengintip untuk memastikan apakah waktunya pas untuk masuk. Takut jika ada privasi seseorang yang telah di lihatnya.

Di rasa aman, lelaki itupun melangkah masuk. Melihat seorang wanita kini tengah tertidur pulas di tanjangnya. Marva meletakan piring itu di atas nakas, kemudian berahli kepada Fawnia. Di tatapnya wajah cantik wanita itu penuh dengan kekaguman. Wajah Fawnia tampak sangat lelah. Perlahan Marva merapikan rambut yang mengenai wajah cantik kekasihnya.

Marva membungkukan tubuhnya, mendaratkan bibirnya tepat di kening Fawnia. Dia memberikan kecupan singkat di sana.

Lalu setelahnya, barulah Marva membangunkan wanita itu. "Faw," sembari mengelus pelan puncuk kepalanya. "Faw, bangun, udah siang loh ini."

Merasa ada yang telah mengganggu tidurnya membuat Fawnia perlahan membuka mata untuk melihat siapa orang yang sudah berani membangunkannya.

"Makan dulu yuk." Marva berkata saat mata indah itu memandanginya.

Dengan ngantuk yang berat, Fawnia mengangguk pelan. Marva membantu Fawnia untuk memposisikan tubuhnya menjadi duduk. Setelah mamastikan Fawnia nyaman, barulah Marva meraih piring yang dia taruh di atas nakas tadi.

Meletakannya di hadapan Fawnia. "Makan dulu, habis itu mandi, setelah itu kita jalan-jalan."

Fawnia mengangguk pelan dengan nyawa yang belum terkumpul semua. Apa ini hanya perasaan Fawnia saja atau memang Marva sudah seperti layaknya Suami kepadanya?

"Enak?" Marva bertanya saat Fawnia memasukan suapan pertama kedalam mulutnya.

Matanya membulat sempurna. Jujur ini enak sekali. "Enak banget!"

Melihat Fawnia yang begitu bahagianya hanya dengan makanan sederhana itu membuat Marva mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Dia mengambil kursi di sudut ujung, lalu meletakannya di samping Fawnia. Dia ingin melihat wanita itu makan sampai habis.

"Lo ngapain?" Fawnia bertanya kebingungan menatap Marva yang duduk di sebelahnya sambil memandang dirinya. Hal itu membuat Fawnia tidak fokus makan.

"Menurut lo?" Bukannya menjawab Marva malah bertanya baik dengan bibir yang terukir senyum jail.

Fawnia tertawa kecil. "Ngapian sih di sini? Nunggu gua selesai makan?"

DOCTOR ARCHITECT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang