17. Jatuh

2.9K 146 0
                                    

♡♡♡♡♡


Tidak ada kehadiran Fawnia di rumah sakit Kasena membuat Kira kelelahan bekerja. Sekarang wanita itu telah terbaring lemah di atas kasur kamarnya. Dia berniat untuk beristirahat sebantar. Namun, belum lama ia berbaring, ternyata sudah ada panggilan telpon dari Elly.

Elly menyuruh Kira untuk segera turun, karena ada pasien yang baru saja datang. Kamar dirinya dan Fawnia ada di lantai dua. Tidak lupa dengan sumpahnya sebagai seorang Dokter, dengan sisah tenaganya Kira mencoba bangkit, melangkah keluar dari kamar.

Berjalan dengan pelan sesekali tertatih-tatih akibat tubuhnya yang terasa lemas dan tidak bertenaga. Sampai di depan tangga, Kira sedikit oleng. Tangan cepat memegang gagang tangga untuk menahan tubuhnya agar tetap berdiri tegak.

Rasanya seperti berputar. Pandangannya mulai buram. Detik setelah Kira tidak bisa melihat apa-apa. Gelap. Kira tidak sadarkan diri. Tubuhnya jatuh berputar sampai ke bordes tangga. Di waktu yang bersamaan, Elly masih terus menelpon Kira, karena Dokter itu tidak kunjung datang.

"Kira, mana sih?" Elly beberapa kali menelponnya, namun tidak di jawab oleh Kira.

Karena kesal dan tidak tahan menunggu lebih lama lagi. Akhirnya Elly memutuskan untuk menghampiri Kira ke kamarnya. Namun, tiba-tiba rasa kesalnya itu hilang saat melihat Kira yang sudah terlungkup di bordes tangga.

"KIRA!!"

°~°~°~°~°

Mobil jeep wrangler baru saja tiba di area parkir rumah sakit Kasena. Hari sudah gelap, Fawnia dan Marva baru kembali dari membeli perabotan rumah sakit.

"Langsung istirahat, ya." Marva tersenyum.

"Fawnia! Fawnia!" Elly berteriak berlari ke arah mereka yang baru saja turun dari mobil.

"Ada apa, El?" Fawnia kebingungan karena Elly terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.

Elly mencoba untuk mengatur kembali nafasnya yang terengah-engah. "Kira jatuh dari tangga!"

Fawnia membelalak. "Di mana dia sekarang?"

"Di kamarnya." Elly masih mengatur nafasnya.

Sedangkan Fawnia sudah berlari menuju kamar Kira. Bahkan Marva sampai tertinggal jauh. Sesampainya di lantai 2, Fawnia langsung berlari secepat angin menuju kamarnya. Bahkan dia tidak memberi jeda pada kakinya yang kelelahan sehabis naik tangga. Karena saat ini yang dirinya pedulikan adalah Kira, sahabatnya.

Psikiater itu langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk terlebih dahulu. "Kira!!"

Fawnia mematung, dirinya terkejut saat melihat Zelin telah berada di kamarnya, sembari mengobati luka yang ada di kening Kira dan di dengkul kakinya.

"Dari mana aja lo?" Zelin bertanya dengan nada suara tidak bersahabat.

"Gue habis beli Furniture rumah sakit." Fawnia menjawab juga ikut dengan nada suara tidak bersahabat.

Zelin membereskan alat-alatnya karena sudah selesai mengobati Kira. "Beli Furniture atau pacaran?" Zelin berkata sebelum melangkah keluar dari kamar itu. Nada suaranya terdengar jelas tidak suka.

Mendengarnya mampu membuat Fawnia emosi. Ingin sekali dia menjambak rambut Zelin sekarang juga. Namun, saat dia ingin melangkah, Kira sudah lebih dulu menahan lengannya dan menggeleng seperti berkata. "Jangan."

Fawnia manghela nafas, mencoba untuk mengontrol emosinya. "Lo gapapa?" Menjatuhkan bokongnya di bibir kasur samping Kira.

Perlahan Kira mengobah posisinga menjadi duduk. "Gapapa, gue cuma kelelahan aja tadi."

DOCTOR ARCHITECT [END]Where stories live. Discover now