11. Operasi

4.2K 184 0
                                    

♡♡♡♡♡

Atmosfer di tenda operasi masih sama seperti tadi, menegangkan.

"Bertahanlah, Dev." Kira menatap wajah Devka yang sudah pucat. "Ayo kita mulai, Mess."

Willo memberikan Mess kepada Kira. Perasaan Kira sekarang campur aduk. Rasa takut yang paling dominan sekarang. Dia menarik nafas panjang sebelum merobek luka yang ada di perut Devka.

Darah mengalir keluar dari sana saat pisau bedah itu tertusuk untuk merobek. Sebenarnya Devka hanya membutuhkan operasi kecil. Sekedar untuk mengambil peluru, itu saja. Tapi ini begitu menegangkan bagi Kira. Dia seperti merasa ini adalah operasi pertamanya. Mungkin, karena dirinya sudah lumayan lama tidak melakukan operasi.

Selama operasi berlangsung, Kira terus meyakinkan dirinya bahwa dia bisa. Dia bisa melakukannya. Sesekali Willo mengelap keringat yang ada di dahi Kira. Sudah beberapa operasi yang dirinya lakukan, tapi untuk yang ini yang paling menegangkan dan membuat dirinya takut.

Terlihat satu peluru yang tidak terlalu dalam dari pemukaan perlahan Kira mengambilnya dan menarik peluru itu keluar. Sekitar beberapa menit operasi berlangsung, akhirnya Kira bisa bernafas lega. Tubuhnya lemas seperti tidak ada beban lagi di punggungnya.

"Kira?" Elly berdiri di samping Willo, ternyata dia memperhatikan Kira sejak tadi. "Lo gapapa?"

Kira kembali mengangkat kepalanya yang sempat terunduk. "Gapapa."

Sekitar satu jam berlalu setelah operasi selesai. Devka kini sudah dalam keadaan baik-baik saja. Tinggal menunggu polisi itu siuman dari efek obat bius.

"Perut gue lapar." Willo memegangi perutnya. Selesai operasi membuatnya merasa lapar. "Lo nggak lapar?" Matanya berahli menatap Kira yang berdiri di samping ranjang tempat Devka terbaring.

"Engga. Kalian aja yang makan. Gue di sini aja, jagain pasien."

Willo dan Elly saling pandang. Mereka tahu betul Kira tidak akan beranjak dari sana sampai polisi itu siuman. "Ok." Elly berkata sebelum melangkah keluar dari sana di ikuti Willo.

Wajah Devka yang terpasang masker oksigen masih terlihat tampan. Sekarang wanita itu hanya menunggu polisi itu siuman. Kira menjatuhkan bokongnya di kursi yang sudah di sediakan di sana. Matanya masih menatap wajah Devka, seakan takut jika polisi itu siuman dia memandang arah lain.

"Hai, Pak Polisi. Apa kabar? Kenapa bisa tertembak, sih? Kenapa harus lo yang tertembak? Pertemuan pertama kita kenapa jadi gini, sih? Gue nggak suka lo terluka." Kira kembali meneteskan air mata.

Dia juga beberapa menit sekali memeriksa luka Devka. Tanpa sadar hari sudah gelap, Polisi itu sama seperti sebelumnya. Tidak menunjukan adanya pergerakan akan siuman.

°~°~°~°~°

Kira benar-benar tidak beranjak dari sana. Dia juga melewatkan makan malam bersama yang lain. Seorang wanita memasuki tenda tempat Devka terbaring.

"Nih." Fawnia menyodorkan semangkuk Indomie kuah kesukaan sahabatnya. Karena tak kunjung di ambil oleh Kira, Fawnia menarik tangan Dokter bedah itu lalu meletakan semangkuk Indomie di sana. "Makan," perintahnya.

"Makasih, Faw." Kira berkata pelan. Tangannya mengaduk-ngaduk makanan tanpa ada niat untuk memasukannya ke dalam mulut. Dia tidak selera apapun.

DOCTOR ARCHITECT [END]Where stories live. Discover now