Remember

2.4K 232 57
                                    


Clary sedang memeriksa beberapa berkas yang diberikan Dave saat seseorang mengetuk pintu kamarnya, ーralatー, pintu kamar Zayn.

Clary menyingkirkan map-map itu dibawah bantal sejenak lalu berkata dengan santai. "Ya masuk"

Pintu terbuka, sosok itu menyulurkan kepalanya terlebih dahulu menatap Clary. Lalu muncul sepenuhnya dan menampakkan seorang Niall Horan dengan wajah polosnya tersenyum pada Clary didepan pintu.

Niall tahu umur gadis itu lebih mudah setahun darinya, namun si pirang itu tetap berusaha untuk terlihat ramah.

Dengan pintu yang masih terbuka, laki-laki itu menyeret kakinya mendekati Clary. "Makan malam sudah siap" Ucapnya. Clary yang menyadarinya langsung bangkit dari tempat tidur.

"Astaga. Maafkan aku, apa Harry yang memasak makan malamnya?" Niall mengangguk. "Kau kelihatannya tidak bisa diganggu"

"Ah jangan begitu" Sela gadis itu dan berdiri merapihkan rambutnya. "Aku terlihat seperti tuan rumah sekarang. Maafkan aku" berdiri menghadap cermin besar di dinding. Membelakangi Niall.

Dari cermin, Gadis itu bisa melihat Niall tersenyum sesaat dan kemudian menjelajahi setiap sudut ruangan itu dengan pandangannya.

"Apa Dave sudah pulang?" Tanya Clary. "Sepertinya Belum. Aku belum melihatnya dirumah"

"Omong-omong, apa kau nyaman tidur disini?" Ujar Niall basa-basi sambil menunggu Clary membereskan rambut pirang yang sebelas-duabelas dengan punyanya itu.

Clary mengangguk pelan. "Ini lebih dari cukup. Rupanya temanmu itu ternyata penyuka seni ya?" Dagu gadis itu menunjuk beberapa lukisan di dinding.

Niall tersenyum. "Ya, begitulah Zayn". Kini Clary sudah siap dengan rambutnya dan berbalik menghadap Niall. "Kau sepertinya sangat merindukannya"

Laki-laki itu berdecak. "Kau bercanda? Tentu saja aku melindukan laki-laki arab itu!" Niall bergerak dua langkah menatap senduh ke figuta foto Zayn di sisi Dinding sebelah kanan.

Clary giliran tersenyum mendengar ucapan Niall. "Zayn dari Arab?" Tanyanya. Niall menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Zayn sebenarnya hanya bocah kecil dari Bradfrod yang berdarah campuran Inggris-Pakistan. Panggilan si arab itu sudah melekat padanya sejak pertama kali kami berlima menghabiskan waktu bersama"

Satu alis Clary terangkat saat mendengar Niall menyebutkan Bradfrod. Jadi Zayn dari Bradfrod?' Batinnya dalam hati.

"Dia satu-satunya yang mau mengerti perasaanku disaat yang lainnya selalu mengomel karna selera makanku yang banyak ini" Niall terkekeh.

Tapi sebelum Clary banyak merespon lagi, Suara khas Louis yang memanggil mereka berdua terdengar jelas dari lantai bawah.

"Sebaiknya kita turun, tidak enak kalau masakan Harry harus dipanaskan lagi"

Clary tersenyum menangguk.

"Eh, kau punya itu juga?"

Gadis itu menoleh kearah yang ditunjuk Niall. Laptop apple usangnya yang sudah berumur lebih dari 3 tahun.

"Boleh aku pinjam sebentar?" Clary hendak bertanya 'untuk apa' namun Niall lebih dulu berujar

"Punyaku rusak, Punya Liam sedang diservis akibat jus yang aku tumpahkan diatas keyboard nya sebulan yang lalu, Harry jadi tidak mau meminjamkanku laptopnya sejak kejadian itu. Dan Louis sepertinya tidak ingin orang lain mengutak-ngatik barangnya"

Clary terdiam menunggu laki-laki itu melanjutkan kata-katanya lagi. "Disini ada WiFi gratis. Kecepatannya bahkan melebihi jaringan 3G sekalipun (?). Aku hanya ingin browsing sebentar. Boleh kan?"

STRONG [One Direction after Zayn left] Where stories live. Discover now