Breakup

184 74 381
                                    

HAPPY READING 💙💛💙
____________________________________

HAPPY READING 💙💛💙____________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Benar kata orang, cinta tidak harus memiliki selamanya. Tetapi apakah yang aku rasakan ini cinta?
-Sean

Disinilah kini Sean dan juga Lingga berada, di dalam ruang guru, lebih tepatnya di meja Keller sembari berhadapan langsung dengan beliau.

"Kalian tau apa kesalahan kalian? Sehingga saya memanggil kalian sendiri kesini?"

Sean dan Lingga masih mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Sean pribadi dirinya gemetar ketakutan jika berhadapan langsung dengan Keller, tetapi jika Lingga? Pria itu diam saja bukan karena takut, lebih tepatnya malas jika berhubungan dengan guru matematika nya itu.

"Sepertinya kalian tidak sadar ya?" Keller menatap wajah Sean dan Lingga bergantian. "sebenarnya kesalahan kalian banyak, banyak sekali—"

"Apanya yang banyak? Kesalahan kita cuma satu di sekolah ini, karena telat dateng dan masuk lewat pintu belakang tadi pagi—" Lingga menggantung kalimatnya, manik matanya menatap tajam ke depan.

Sean yang sedari tadi hanya bisa mendengar perkataan Lingga hanya bisa menggelengkan kepala antara tak percaya dan tak mengerti. "Lingga ini keliatan dendam banget kayanya ya," batin Sean yang mulai merasa ngeri.

"—Sisanya? Mungkin itu ibu yang merasa iri dan dendam sendiri."

Merasa tersinggung, Keller melotot kan mata nya tak percaya. Dengan amarah yang meluap, Keller menggebrak meja dengan keras, lalu berdiri menyamakan tinggi badan nya dengan Lingga. Memancarkan tatapan penuh kebencian kepada Lingga, Keller menunjuk tepat di depan wajah Lingga

"Beraninya kamu!" Keller membuang nafas kasar. Tidak, dirinya tidak boleh menunjukkan jati diri di depan Sean sekarang. Sialan, menahan emosi tidak semudah yang dirinya bayangkan.

Lingga berdecih pelan, ternyata memancing emosinya sedikit menyenangkan.

"Kamu, dan kamu!" Keller menujuk ke arah Lingga dan Sean bergantian, "Sebagai hukuman atas kenakalan kalian tadi pagi. Kalian harus keluar dari pelajaran saya hari ini untuk membersihkan sampah di area sekolah ini, sampai bersih!"

•••

"Lo abis ngapain si? Sampe berurusan sama Bu Meller?"

Bukannya membalas, Sean malah duduk lesehan di tanah. Maklum kelelahan sehabis menjadi pemulung sekolah.

Anza datang memberikan satu pack tisu, "Lap keringet lo, atau mau numpang mandi aja di toilet?" ucapnya asal.

"Halah yang bener aja." Sean mengambil satu lembar tisu, kemudian mengelap wajahnya. "Aduh besti, tolong kipasin cecan satu ini dong."

Merasa jengkel dengan tingkah Sean, Verie langsung memberikan kipas elektrik mini nya kepada Sean. "Nih nih ambil, cepet cerita!" desaknya.

Anza menarik Sean untuk duduk di sebuah kursi, supaya dirinya tidak terlihat seperti gembel yang duduk lesehan di tanah tanpa sebuah alas. Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, tisu untuk mengelap keringat nya, kipas elektrik, barulah Sean menceritakan semua kejadiannya kepada Anza dan Verie sembari memakan coklat, dimulai ketika dirinya dan Lingga telat hingga memutuskan untuk memanjat pagar belakang sekolah, hingga Keller yang ternyata melihat semuanya dari awal sampe akhir. Karena itulah Sean dan Lingga berakhir mengumpulkan berbagai jenis sampah yang berserakan di area sekolah disaat jam pelajaran Keller mengajar di kelasnya.

Sean's True LoveWhere stories live. Discover now