Sycophant?

241 156 501
                                    

HAPPY READING💙 💛💙
____________________________________

Sudah seminggu sejak kejadian itu, Sean tetap menjalani hari-hari nya seperti biasa, tetap terlihat tenang dan baik baik saja, karena memang itu rencananya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah seminggu sejak kejadian itu, Sean tetap menjalani hari-hari nya seperti biasa, tetap terlihat tenang dan baik baik saja, karena memang itu rencananya. Tetapi tidak di mata Anza dan juga Verie, yang memang sudah mencurigai dirinya sejak lama. Memang sekilas Sean bersikap seperti biasa, namun hal itu terlihat ganjil di mata mereka berdua.

Anza dan juga Verie tak memaksa keras Sean untuk bercerita kepada mereka berdua. Karena mereka tau, bahwa Sean bisa saja tak nyaman. Mereka berdua tau persis seperti apa Sean, dia adalah tipe orang yang menyimpan semua cerita akan lebih aman daripada membaginya dengan orang lain. Terkecuali memang Sean sudah tidak sanggup menampung nya sendiri, dan membutuhkan bahu mereka untuk bersandar, serta telinga yang siap mendengarkan kapan saja. Hal itu lah yang membuat persahabatan mereka semakin erat.

Kini Sean tengah berada di atas rooftop sekolahnya, sendiri. Tentunya tanpa teman, karena memang Sean sedang membutuhkan ketenangan.

Hanya angin berhembus yang menerpa kulit, serta bisingnya para manusia yang tengah menjalankan aktivitasnya dibawah sana yang menyelamatkan Sean dari sebuah keheningan.

Waktu seakan-akan mempermainkan nya, membuat nya serasa ingin kabur dari semua permasalahan nya. Perasaan bimbang, dan gelisah menyapanya. Membuat Sean dengan berat hati memikul semua beban kehidupan.

"Hah ... "

Sean menghela nafas nya berat. Ia menunduk lemah.

"Ella."

Kesedihan merambat di setiap jengkal hatinya.

"Evan."

Bayangan bayangan itu, terus menghantuinya.

"Gue harap kalian berjodoh. Dasar pasangan uler," gumamnya pelan.

Keputusan yang sudah ia pikirkan seminggu yang lalu, benar benar menghantui nya. Dirinya bimbang, setiap kali ia berpapasan dengan Evan, dan setiap kali Evan tersenyum manis kepada nya, satu tangga keputusannya, goyah.

"Cantik."

Tubuh Sean membeku saat suara itu menyapa gendang telinganya. Hatinya berdesir saat lengan Evan melingkar erat di pinggangnya.

Sean mencoba untuk menghirup oksigen, yang entah mengapa di saat kehadiran Evan oksigen itu tersorot pergi begitu saja.

"Bisa singkirin tangan lo, ga?"

"Aku rindu, milikku," ucap Evan yang kini tengah menyembunyikan wajahnya di balik ceruk leher Sean. Menghirup aroma yang dikeluarkan oleh kekasih nya ini sebanyak banyaknya, yang tentunya tidak dimiliki oleh perempuan lain.

Tunggu aku-kamu katanya? Sejak kapan?

Hati Sean berdesir menyakitkan.

Semarah nya Sean, sekecewanya Sean dan sebenci nya Sean kepada Evan, Sean tidak akan pernah menolak pergi lelaki itu. Pertahanannya terlalu lemah jika di sangkut pautkan dengan Evan.

Sean's True LoveWhere stories live. Discover now