01. satu

1.9K 133 6
                                    

Matahari berada pada sisi terindahnya, dengan di selingi cahaya kemerahan yg begitu menawan. Terlihat begitu memanjakan mata kita.

Dengan pemandangan ombak dan pasir, tanpa lupa angin yg menjadi hilir membuat siapa saja merasa begitu nyaman berada di sana terus menerus, untuk menatapi indah nya karya Tuhan ini.

"Sialan ni novel"

Suara pemuda itu sukses membuat beberapa pengunjung pantai menatapnya yg mencak mencak sendiri.

"Ga lagi lagi gue dengerin omongan tu anak, zeta sialan" teriaknya lalu pergi dengan menenteng kesal novel itu.

Sampai di vila dia melempar novelnya pada seorang pemuda lain yg tengah merebahkan diri.

"Lo kasih yg elite dikit napa" komentar nya membuat pemuda yg tadi terkejut tertawa terbahak bahak.

"Serius lo baca? Serius lo beli? Segitu gabutnya hidup lo? " ujarnya membuat pemuda tadi menatapnya datar.

"Zeta anjing" umpat nya melempar guling sampai kena pemuda itu yg tidak menghentikan tawanya.

"Lagian fer, ga biasanya lo pengen baca novel begituan? Kita lagi liburan padahal" ujar Zeta membuat pemuda yg di panggil fer itu menoleh.

"Pengen aja" ujarnya dengan menegakkan minuman soda yg entah sejak kapan sudah ada di tangan nya.

"Feren feren, lagian itu cuma novel kenapa lo baper anjir" tawa Zeta mereda pemuda itu nampak memungut novel dengan genre heppy ending itu.

Naura Sherina

Terlihat nama itu di tulis dengan begitu indah di sampul buku, judul dengan nama pemeran utama wanita bukan lagi hal baru.

Tapi bagi feren hanya menang pada sampul yg indah nama yg cantik, terlepas dari isi di dalam nya yg masih begitu berantakan.

"Cuma menang sampul sama judul, isinya enggak" komentar feren membuang sembarang kaleng soda yg telah kosong itu.

"Fer, gue balik ke kamar ya, nih bukunya gue taruh di nakas" feren hanya melirik sekilas Zeta yg fokus pada ponsel, pasti cewenya nelfon tebak feren dalam hati.

Beginilah nasib nya selama menjadi jomblo sejak lahir. Bukan nya tidak laku, hanya saja dia tidak mau ribet dengan yg namanya perempuan, dia paling enggan jika di repotkan.

Sebenarnya dia memiliki 2 teman wanita, tapi mereka bukan lah hal spesial untuknya, feren hanya menganggap nya pemuas nafsunya.

Jahat memang, tapi setelah perceraian dan masalah di keluarganya itu membuatnya begitu membenci yg namanya cinta, bahkan sampai saat ini dia benar benar menutup rapat rapat pintu hatinya.

Ceklek

Terlihat 2 orang wanita masuk dengan melemaskan tubuh mereka, feren nampak berbalik, pemuda itu tersenyum miring melihat 2 wnita itu.
"Kapan kamu kembali fer? " tanya salah satu dari keduanya yg nampak membereskan kamar yg begitu berantakan ini.

"Baru saja" sahut feren menarik wanita itu hingga menabrak dada bidang miliknya.

"Kapan kita kembali? " tanya wanita lain yg kini sibuk merebahkan diri dengan tayangan film Di ponselnya.

"Emh..." bukan sahutan yg wanita itu dapati tapi sebuah suara desahan dengan di selingi suara kecapan membuat wanita itu memutar bola matanya malas.

"Aku akan tidur terlebih dahulu" ujar gadis yg tadi merebahkan diri membiarkan kawan sepatner nya melayani feren.

"Feren emh... Bisakah awh... Pelan pelan" terlihat feren enggan menuruti ucapan wanita itu.

Dan kalian tau selanjutnya.

☁☁☁☁☁

Pagi tiba, feren nampak linglung kala melihat dirinya ada di tempat berbeda dari dia tidur, matanya menatap sekelilingnya mengamati tempat yg ia pijaki saat ini.

"Hahh... Gue paling enggan hal aneh kaya gini, jangan percaya transmigrasi fer" ujarnya pada dirinya sendiri.

Pemuda itu mencoba mencari informasi dari ruangan yg di tempatinya, matanya terpaku pada kalender yg menunjukan tanggal 27.

Lalu dia melihat ponsel di sana, meraihnya dan menyirit kala ponsel itu menggunakan sebuah sandi.

"Anjing banget" dengan menenteng ponsel itu feren melangkah ke arah cermin di kamar mandi, lalu terkejut melihat dirinya yg benar benar berbeda.

"Yeaah, semakin tak masuk akal" gumam nya menatap pantulan dirinya di cermin.

Feren memang tau tentang transmigrasi jiwa, dia berpikir kalau itu hanya lah fiksi, berulang kali bahkan dia mencoba menyadarkan diri kalau ini adalah khayalan nya, namun... Bagaimana dirinya yakin kalau di sini benar benar nyata.

Plak

Untuk kesekian kali tangan nya kembali menabok pipinya yg makin terasa sakit dan perih, bahkan terlihat memerah di sana dengan bekas tangan nya sendiri.

"Bodoh" umpatan terus saja keluar dari bibirnya.

Setelah sekian lama berpikir akhirnya dia bisa membuka kunci layar ponsel itu.

"Bodoh banget lo fer"

Dia bahkan merutuki otak cerdasnya yg tiba tiba melelet karna kejadian di luar akal ini.

Pemuda itu mengutak atik ponsel di tangan nya, lalu terkejut melihat nama pemilik ponsel tersebut, ingin rasanya dia membanting ponselnya saat ini. Namun dia masih memerlukan nya untuk mencari tau lebih dalam lagi.

Hampir 1 jam berkutat dengan ponsel mengecek tiap aplikasi bahkan sampai yg tidak terpenting dia buka.

"Di luar nalar banget" gumam nya lagi.

Brak

Untuk saat ini dia berhasil meluapkan kekesalan nya dengan melempar ponsel itu sampai pecah berkeping keping.

Apa lagi kala melihat ingatan sang pemilik tubuh yg kini di tempati jiwanya.

Aksajio devian Radhika.

Nama itu feren mengingat jelas, itu adalah tokoh antagonis pria yg menurutnya paling tolol yg pernah ada.

bagaimana tidak?

Dia mati demi menyelamatkan protagonis wanita, gila bukan? Dari pada menyelamatkan protagonis wanita, feren lebih memilih diam dan tidak akan mencampur tangan antara novel.

Bukan nya bagus?

Dia jadi aksajio, dan dia adalah antagonis pria, musuh protagonis pria. Dan bagus bukan kalau dia tidak memperebutkan protagonis wanita dengan protagonis pria.

Jadi halangan mereka hanya antagonis wanita, maybe.

transmigrasi antagonis boy (Completed)Where stories live. Discover now