9. Geng Acropolis

52 18 0
                                    

Sekarang beberapa anggota Acropolis tengah berkumpul dimarkas. Bangunan yang diresmikan menjadi tempat Acropolis oleh Jayden ini tadinya adalah sebuah tempat penyimpanan bahan-bahan bangunan diperusahaan papahnya. Cowok itu meminta agar tempat ini diberikan kepadanya, dan Riza menyetujui akan hal itu. Kalian ingin tau kenapa pria tua itu bisa setuju, karena Jayden saat berada dibangku SMP semester terakhir sebelum kelulusan. Cowok itu mendapatkan juara olimpiade matematika tingkat nasional.

Jadi pantas saja Riza mau memberikan, walaupun demikian pria paruh baya itu tidak tau ternyata tempat ini dijadikan markas oleh putranya. Memang sejak awal, Jayden meminta agar semua akses yang bisa terhubung pada tempat ini dihentikan. Jayden juga meminta kepada papahnya untuk private termasuk dari Riza sendiri.

Pria itu menyetujui saja, lagi pula tempat itu sudah tidak dipakai lagi. Karena tempat penyimpanan barang-barang nya sudah pindah.

"Jadi apa yang mau lo kasih tau?" Alis Jayden terangkat menatap Julian yang berada disebrang sofa.

"Rafael ditangkap," ucapan itu membuat si ketua mengerutkan keningnya. Ditangkap, maksud Julian apa.

"Ditangkap polisi."

"AFAHHH.." Alden menggebrak meja yang berada didepannya. Cowok itu membulatkan mata tidak percaya, sampai-sampai ia sekarang sudah berdiri tegap menatap mereka.

"Lo apaan sih, harusnya yang kaget Jayden. Lagian lo udah tau soal itu pe'a," gerutu Julian menatap kesal kearah cowok berkaos navy yang sedang berdiri. Setelah beberapa detik Alden menyengir lebar, kemudian segera duduk ditempatnya kembali.

"Kalian udah tau, kenapa sembunyiin ini dari gue?"

"Gue mau ngasih tau, tapi malah suruh akting sama Lian. Mangkanya tadi gue pura-pura speechless." Alden mendengus menatap sinis kearah orang yang namanya disebut. Cowok itu sudah memalingkan wajahnya tak dari tatapan Julian.

"Kita bukan mau sembunyiin ini dari lo, Jay." Julian menarik napasnya perhalan.
"Gue tau seberapa tempramen nya lo," lanjut cowok itu menatap Jayden dengan tatapan menyesal. Cowok itu terdiam, kemudian mengangguk pelan. Jayden mengerti maksud temannya itu mungkin baik. Julian memang orang yang paling tau dan peka tentang dirinya.

"Oke, terus karena apa Rafael bisa ditangkap?"

"Geng Lion yang lapor, kalo Rafael mengedar." Jayden membulatkan matanya mendengar ucapan yang baru saja Julian katanya. Tidak mungkin, Jayden tidak percaya ini. Rafael terkenal dengan orang yang begitu, cowok cerdas, dan juga Jayden sanagt percaya padanya. Mana mungkin jika cowok itu melakukan hal demikian.

Jayden mengalihkan tatapannya dengan tangan terkepal. Ada yang salah dengan semua ini.

"Cello, tolong lo periksa semua cctv yang ada dimarkas." Cowok dengan earphone dilehernya itu mengangguk. Kemudian Cello beranjak dari duduknya, melangkahkan kaki menuju sebuah pintu hitam.

"Akan gue selesaikan dalam waktu 30 menit."

****

Masalah adalah sesuatu yang sulit dilepaskan dari setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dan setiap manusia tidak bisa lari dari hal itu, mereka harus bisa melawan dan menyelesaikannya.

"Gue gak ngelakuin apa yang dituduhkan itu Jay, gue berani bersumpah." Kedua tangannya digenggam erat oleh seseorang yang sekarang tengah berbicara itu. Rafael menggoyangkan tangannya, dengan wajah yang diselimuti ketakutan cowok itu terus saja menggeleng.

"Jay, lo percaya sama gue kan." Tatapan itu yang membuat Jayden memalingkan wajahnya. Ada guratan kecewa pada wajahnya ketika mengetahui bahwa salah satu anggota nya melakukan hal itu, tetapi saat melihat wajah teguh ini membuat tas situ hilang digantikan dengan rasa prihatin.

Rafael, cowok yang memiliki umur lebih muda satu tahun darinya. Hidup sebatang kara, dan juga harus bekerja dengan umurnya yang terbilang muda. Cowok itu berusaha keras agar bisa membiayai sekolah nya. Walaupun ia mendapat beasiswa dari SMA Merpati, tetapi masih banyak kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi.

Itulah sebabnya Rafael bergabung dalam geng ini, awalnya niat cowok itu hanya agar bisa mendapat tempat tinggal. Tetapi sekarang cowok itu memiliki tempat bersandar dan berteduh, terlebih pada sosok Jayden.

"Mereka itu fitnah gue, lo tau sendiri seberapa bencinya Leon sama lo." Wajah Rafael sudah dipenuhi oleh air matanya yang sudah jatuh sejak kedatangan Jayden. Cowok itu berani bersumpah, jika dirinya sama sekali tidak melakukan hal itu. Mana mungkin Rafael berani membuat Jayden marah. Cowok itu juga tidak akan bisa melakukannya, hal seperti itu hanya akan merugikan dirinya juga.

Ini hanya sebuah fitnah yang membuat cowok itu terlibat. Rafael sendiri heran, kenapa harus anggota lain yang terkena sasarannya. Padahal semua orang tau, yang dibenci oleh ketua Lion itu adalah Jayden.

"Tenang, gue udah dapet buktinya," ujar seseorang yang baru saja datang. Cowok dengan hoodie abu-abu itu berjalan mendekat dengan kedua tangan yang berada didalam sakunya.
Kedua orang yang duduk dikursi itu menoleh.

"Ini semua ulah Leon."

Langsung pote dan komen gess

Two Dreams✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang