8. Amira Hasna Khalda

47 20 0
                                    

Sepertinya cuaca hari ini sedang berduka hebat. Karena sejak tadi malam hujan deras tidak berhenti mengguyuri kota Jakarta. Sekarang sudah pukul 6 pagi tetapi tidak ada tanda-tanda hujan untuk reda. Apakah tidak lelah? Mana mungkin lelah ini kan atas ijin tuhan.
Jayden menghela napasnya kasar, harus sampai kapan menunggu hujan reda untuk pergi kesekolah.

Lihatlah hujan ini seperti sedang menumpahkan kesedihan nya, tidak ingin berhenti. Membuat nya hari ini terpaksa harus mengeluarkan mobil koleksi milik Riza. Walaupun mau tidak mau Jayden harus menggunakan itu, dari pada kehujanan basah dan berakhir dirumah sakit. Itu hanya akan membuat sang papah memunculkan tanduk bantengnya.

Jayden tidak mau membuang tenaganya dengan percuma. Karena nanti malam ia harus perform di kafe polis seperti biasa.

Setelah memasuki mobil Lamborghini hitam milik Riza, cowok itu dengan segera menarik gas kemudian melaju membelah jalanan yang diguyuri air hujan. Samar-samar jalanan juga dipenuhi oleh genangan air yang hampir mencapai mata kaki.

Titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan, iyah definisi hujan yang Jayden tau menurut KBBI.
Tapi menurut Jayden sendiri hujan adalah suatu karunia uhan untuk manusia. Dan hujan juga bisa menjadi sumber rezeki, lihat sekarang dari balik kaca mobilnya Jayden bisa melihat.

Sosok anak kecil mungkin usia beberapa tahun dibawahnya, tengah memegang sebuah payung kemudian anak itu memayungi seorang pria dengan yang memakai jas dari halte menuju depan kantor nya. Iya, anak itu sedang berusaha mencari uang melalui ojek payung, membuat sudut bibir cowok itu tersenyum.

Kesadaran Jayden kembali lagi saat mendengar suara klakson dari belakang. Astaga ternyata lampu sudah kembali berwarna hijau.

"Astaga Jayden baju kamu basah begini," ujar pria paruh baya yang sekarang tengah berdecak pinggang dihadapan nya.

"Kenapa tidak berteduh?"

"Terlanjur udah deket pak." Cowok itu memutar bola matanya malas, menatap kearah sekitar yang keliatan masih sepi. Padahal yang sudah menunjukkan pukul 7 lewat lima belas menit. Mungkin karena kendala hujan, mereka sulit untuk kesekolah. Tetapi guru-guru memberikan keringanan, yang datang terlambat hari ini tidak akan diberikan hukuman sampai jam 9 nanti. Karena melihat kondisi cuaca sekarang.

"Jayden oi.." Jayden tersentak kaget ketika sebuah tangan tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang. Cowok itu menoleh mendapati salah satu temannya, yaitu Alden tengah menyengir kearahnya. Cowok itu sekarang sedang memakai jas hujan.

"Nah kayak Alden nih, pake jas hujan kalo hujan," tutur seseorang tiba-tiba, membuat si pemilik nama segera menoleh.

"Iyalah pak di pake pas hujan, masa musim gugur." Alden mendengus kecil menatap pria paruh baya yang sekarang berdiri dihadapan temannya. Lagian mana ada musim gugur di Indonesia, adanya musim ghosting. Yang nambah ngeri lagi, pas lagi sayang-sayangnya ditinggalin.

"Yaudah sekarang kalian masuk, saya mau cek in anak-anak yang lain." Guru tua itu mengangguk kecil kemudian membalikkan tubuhnya berjalan menuju lobi.

Kalian ingin tau siapa pria tua yang kerjaannya setiap hari mengecek murid-murid yang datang terlambat? Ia adalah pak tresno, guru BK utusan kepala sekolah. Yang sekarang mendapat tugas memberikan sanski pada murid yang bermasalah. Contohnya datang terlambat, tidak memakai pakaian atau atribut sesuai dan juga bolos.

Guru yang sudah berkepala empat itu, masih terlihat cukup tampan itu kata Julian. Bukan karena cowok itu naksir atau bagaimana. Tetapi memang benar, pak tresno memiliki tubuh tegap layaknya seorang model bintang iklan. Juga senyum manis yang tercetak jelas bersamaan dengan lesung dipipinya. Mungkin saja banyak murid-murid perempuan yang akan naksir guru itu jika umur mereka tidak terpaut begitu jauh.

Ah sudahlah, lebih baik sekarang Jayden masuk kedalam kelas. Tetapi sebelumnya, cowok itu akan pergi ke lokernya dulu untuk mengganti seragam.

****

Setelah melewati 10 jam didalam kelas. Membuat cowok itu menghembuskan napasnya. Akhirnya pembelajaran berakhir juga. Kakinya melangkah keluar dari kelas diikuti ketiga temannya.

"Jay, markas nih." Cowok itu mengangguk kemudian memberi isyarat kepada temannya untuk segera berjalan menuju parkiran.

"Oh iya, lo belum dikasih tau?" Alisnya terangkat mendengar ucapan Julian yang berjalan disampingnya.
"Nanti kita bicarain dimarkas aja," ucapan cowok itu diangguki juga oleh Alden. Karena Julian mewanti-wanti takut terjadi sesuatu jika si ketua diberi tau sekarang. Bukan niat ingin menyembunyikan, tetapi Julian sendiri sangat amat mengenal tempramen yang Jayden miliki.

Brukk

"Ck,,sial," umpatan kecil keluar dari mulut cowok itu, ketika merasakan seseorang baru saja menyenggol bahunya.

Jayden menoleh menatap si pelaku. Untuk kesekian kalinya mata cowok itu membulat ketika tau siapa yang baru saja menabraknya.

"Lo.." Tunjuk cowok itu tepat diwajah pemilik mata abu yang sekarang berdiri dihadapannya. Gadis itu menaikan satu alisnya menatap bingung.

"Hobi banget nabrak gue."

"Maaf,," Lagi dan lagi hal itu membuat Jayden membuka mulutnya tak percaya. Setelah mengatakan satu kalimat barusan, dengan seenaknya gadis itu melenggang melewatinya. Kini Jayden memutar tubuhnya mengikuti langkah gadis itu, hingga hilang dibalik belokan koridor.

"Dia siapa sih?" Kerutan bingung tercetak jelas di kening cowok itu. Jayden ingat saat kejadian dicafe waktu itu. Dengan asalnya cowok itu menceritakan masalah hidupnya kepada gadis tadi, tanpa mengetahui namanya sampai sekarang.

"Amira Hasna Khalda." Hanya tiga kata mampu membuat tubuh Jayden mematung beberapa saat, sebelum cowok itu kemudian berbalik menatap orang yang baru saja berucap tadi.

"Lo kenal dia Cello?" Cowok itu menggeleng pelan dengan kedua tangan yang berada disakunya.

"Cuma tau."

Langsung pote dan komen gess

Two Dreams✓Where stories live. Discover now