2. SMA Merpati

101 25 5
                                    

Genggaman tangannya semakin erat memegang tas ransel yang tersampir dibahunya. Setelah menghela napasnya, kedua kaki itu kembali melangkah menuju gedung bertingkat yang berdiri tegak di depannya.

SMA Merpati, sekolah yang begitu mewah sekali bisa terlihat dari luar nya saja. Bangunan bertingkat yang begitu luas. Dengan banyaknya tumbuhan hijau yang tumbuh didepan halaman sekolah itu. Parkiran yang begitu luas, lihat saja jejeran mobil dan motor mewah terparkir disana.

Kakinya terus melangkah menyusuri koridor kelas, dengan tatapan yang terus menatap kedepan. Banyak pasang mata yang menatap kearahnya, tetapi ia hiraukan. Gadis itu sendiri tau maksud dari tatapan orang-orang itu.

"Astaga mimpinya ketinggian."
"Mana bisa anak SMA jadi kayak gitu."

Gelak tawa terdengar disepanjang langkah kakinya berjalan. Gadis itu memejamkan mata menahan gejolak rasa yang begitu nyeri dihatinya. Kata-kata itu selalu saja ia dapatkan ketika dirinya baru saja mengaplod.

Tangannya terkepal, dengan perasaan dongkal kaki kecilnya melangkah cepat. Rasanya ingin sekali ia cepat masuk kedalam kelas.

"Semalem gue dapet notifnya, pas liat deskripsi nya aja gue males banget baca," ujar seseorang yang berada didalam sana. Langkah kakinya terhenti ketika ia baru saja menapaki kelasnya.

Ah tidak, rasanya sekarang gadis itu ingin sekali pulang. Mendekam di dalam kamar, dengan laptop dan juga beberapa camilan kesukaannya.
Dari pada disini, mendengar ocehan dan cercaan yang mengarah padanya. Gadis itu mengerti, pasti mereka tengah membicarakan dirinya. Karena semalam baru saja gadis itu menyelesaikan part berikutnya.

"Amira, gue udah baca part yang baru lo upload semalem." Suara itu, membuat nya menoleh. Mendapati gadis dengan rambut sebahunya tengah menatap dirinya dengan mata terbinar.

Amira Hasna Khalda, siswi kelas 12 semester terakhir. Gadis berambut coklat dengan mata abu yang membuat dirinya berbeda dari teman sekelasnya. Memiliki tubuh yang terbilang kurang tinggi tetapi tidak berisi. Gadis yang sekarang tengah menggenggam tali ranselnya dengan begitu kuat.

"Penasaran deh kel--" Alisnya terangkat menatap bingung kearah Amira. Gadis itu melengos begitu saja melewati dirinya.

"Ra, gue lagi ngomong sama lo," ujar gadis berambut sebahu itu. Kemudian kakinya segera melangkah mendekat kearah Amira.

Panggil saja Kencana, atau Cana. Indah Kencana lebih tepatnya. Gadis berambut sebahu dengan tinggi lumayan dari Amira. Ia adalah teman Amira sejak masuk sekolah menengah akhir ini. Gadis yang begitu hiperaktif dan banyak bicara. Memang berbanding terbalik dengan Amira. Tetapi hal itu tidak membuat Kencana menyerah, ia akan membuat Amira merasakan rasanya berada dikehidupan seperti nya. Walaupun Kencana tau itu sulit sekali.

"Gue tau." Tanpa menoleh Amira bergerak menaruh tas ransel di kaitan meja yang berada di samping. Kemudian segera mengeluarkan buku catatan miliknya. Mengambil pulpen warna purple favorit nya. Tangannya juga bergerak mengambil buku tebal yang ia taruh dibawah laci meja.
Kamus lengkap kedokteran, itulah yang tertulis diatas cover buku ditangan Amira.

"Padahal Ra, gue mau ngobrol sama lo soal cerita yang semalem lu upload." Kencana mengambil duduk disampingnya gadis itu, menopang dagunya menggunakan tangan sebelah kanan. Kedua matanya fokus menatap kearah Amira yang sekarang tengah membaca buku tebal itu ditangannya.

"Belajar dulu."

"Tapi masih lama kok bel masuk." Gadis itu merenggut, membuat Amira memejamkan matanya. Kemudian gadis itu menghela napas kemudian menoleh kearah Kencana.

"Yaudah, apa?" Amira menggeser sedikit buku diatas mejanya. Kemudian gadis itu menaruh purple diatas buku tersebut.

"Gue suka banget sama cerita yang lo tulis, penasaran nih kelanjutan nya gimana," ujar gadis itu dengan heboh. Tangannya memegang bahu Amira, sedikit menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu.

"Tapi, lo doang yang excited." Amira kembali membuka bukunya. Kemudian tangannya bergerak mencoret-coret pulpen diatas buku catatan yang kosong.

Kencana menghela napasnya pelan. Menatap sendu kearah gadis disampingnya. Wajah cantik itu sudah tidak menerbitkan senyum manisnya lagi, setelah kejadian 2 tahun lalu. Senyum manis yang menyebabkan bulan sabit dimata abu itu telah hilang sekarang, Kencana sungguh merindukannya.

"Amira, apa gak ada niatan buat ngasih tau tentang mimpi lo?"

****

Suasa gaduh terdengar didalam kelas 12 MIPA 4, sudah pasti tau siapa pelaku penyebab kebisingan itu. Geng Acropolis, si ketua yang begitu rusuh dan juga banyak tingkah itu pelaku utamanya. Kelas hari ini sedang jamkos, dikarenakan guru matematika nya sedang absen. Suatu kebanggaan bagi geng inti Acropolis jika pak Messi tidak masuk. Jadi mereka bisa menghabiskan waktu dengan bersenang-senang dikelas. Mengingat waktu mereka disini juga sebentar lagi.

"Sumpah demi apapun seneng nya kebangetan pak Messi gak masuk," celetuk salah seorang diantara kumpulan para cowok dibarisan belakang. Kini mereka sedang berkumpul memainkan game diponselnya.

"Gue bosen, kantin aja yuk," ajak cowok dengan jaket hitam yang melekat ditubuhnya. Padahal hari ini cuaca begitu panas, tetapi heran kenapa Jayden memakai jaket seperti ini dikelas.

"Ayo, aus juga nih gue," kata Alden yang sekarang tengah mengelus tenggorokan nya. Seperti cowok itu begitu kelihatan aus sekali, karena sejak pagi Alden belum minum sama sekali. Kenapa? Karena cowok itu tidak biasa sarapan pagi. Mangkanya hanya untuk meminum segelas air putih saja tidak bisa. Memang tidak baik, tapi itu kebiasaannya.

Keempat pemuda itu berjalan di koridor yang mengarah kekantin. Terlihat sepi, karena semua siswa sedang berada dikelas mengikuti pembelajaran.

"Panas banget cuaca hari ini, lo gak gerah Jay?" Cowok yang merasa disebut itu menggelengkan kepalanya. Berjalan dengan santai sambil memasukkan kedua tangannya disaku.

Brukk

"Awshh,," ringisan kecil bersamaan dengan seseorang yang terjatuh terdengar ditelinga mereka. Mata mereka semua membulat melihat pemandangan didepannya, kecuali Cello cowok itu hanya memutar bola matanya.

"Ini bidadari yang gue maksud kemaren."

Langsung pote dan komen gess

Two Dreams✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum