CHAPTER 27

153 7 0
                                    

INJUSTICE

"Mengapa di kehidupan yang hanya sekali ini aku melihat keluargaku hancur?"

✿✿✿

Sorotan mata tak lekas memandangi layar ponsel. Dari layar ponsel itu menampilkan sebuah foto yang ia ambil beberapa jam lalu, saat ia berjalan melewati koridor. Foto itu diambil ketika Adrian memberikan parsel kepada Yunita. Bahkan ia tak sengaja mendengar perbincangan Adrian yang menyuruh Yunita untuk memberikan parsel itu kepada Risa.

Ia pun terkejut saat itu. Ia tidak pernah menduga teman kelasnya diam-diam menaruh perhatian kepada Risa yang dikenal sebagai musuhnya. Bahkan saat upacara tadi pun Adrian rela meninggalkan barisannya untuk menuju UKS.

Ia berpikir sejenak seraya memandang kosong layar ponselnya. Barangkali ia sedang mempertimbangkan baik dan buruk rencana yang akan ia lakukan. Ia berencana untuk mengirimkan foto itu kepada seseorang yang menyuruhnya menjadi mata-mata Adrian. Iya, siapa lagi jika bukan Risa.

Saat ia membuka kontak Risa dan bermaksud mengirimkan foto, dengan tangkas tangan seseorang merampas ponsel dari genggamannya. Ia terlihat begitu terkejut mengetahui orang itu adalah Mika, temannya Risa.

Mika beralih sejenak melihat layar ponsel. Layar itu menampilkan ruang obrolannya bersama Risa. Karena itu pula Mika mengetahui sudah banyak yang Cecep laporkan kepada Risa tentang keseharian Adrian. "Lo dibayar berapa buat jadi mata-mata Risa?"

Perasaan gugup dan takut telah menyelimuti sukmanya. Ia tidak tahu harus menjawab apa karena sudah tertangkap basah.

"Jawab, Cevin," tegas Mika berdiri di hadapannya.

Mika membuka galeri yang sebelumnya dibuka oleh Cecep. Barangkali ia menemukan informasi terbaru. Saat itu juga Mika terkejut melihat foto Adrian yang memberikan parsel kepada Yunita. Ia memandang lekat parsel itu karena mengenalinya. Parsel itu sama persis dengan parsel Risa di UKS.

"Jadi... beneran Adrian yang kasih parsel itu?" tanya Mika memastikan. Ia tampak tak percaya.

Cecep mengangguk lambat seraya membenarkan posisi kaca matanya. "Iya."

Mika terduduk lemas di sebelah Cecep. Ia sangat malu telah salah berucap kepada kedua temannya, terutama kepada Risa. Ia telah mengejek bahkan mengecilkan harapan Risa. Setelah itu Mika kembali memandangi ponsel. Ia bermaksud menghapus foto itu sebelum Cecep mengirimkannya kepada Risa. Ia tidak ingin Risa mengetahuinya.

"Jangan kasih tau Risa kalo Adrian yang kasih parsel," pesan Mika mengembalikan ponsel Cecep.

"Kenapa lo nggak setuju Risa sama Adrian?"

"Lo belum tau seberapa jahatnya Adrian," pungkas Mika bergegas menuju kelasnya. Sebentar lagi waktu istirahat akan berakhir.

Cecep termenung memandang layar ponselnya. Rupanya ia masih belum mengerti maksud ucapan Mika. Ucapan itu memang banyak kejanggalan, seolah Mika telah mengetahui semua kehidupan Adrian. Setelah itu Cecep mengalihkan pandangan pada seorang siswi yang melintasi koridor. Siswi itu baru saja keluar dari kantor guru.

Garis wajah yang dimiliki siswi itu sudah tergambar lama dalam ingatannya. Ia mengenal siswi itu. Pentolan kelas IPA-2 yang seringkali membuat masalah, siapa lagi jika bukan Risa. Ia berjalan dengan menunjukkan raut wajah kesal. Sepertinya ia habis dimarahi guru saat di kantor.

She's Dating a Cold BoyWhere stories live. Discover now