CHAPTER 6

1K 80 72
                                    

TRUST

"Jangan mudah mempercayai perkataan orang lain sebelum kamu membuktikan sendiri perkataan itu benar adanya."

✿✿✿

Sejumlah suara muncul dari berbagai sudut. Begitu bising. Tak heran semua orang berbondong-bondong ke tempat ini usai bel istirahat berkumandang, karena hanya di sinilah mereka bisa mengisi energi dengan makan dan minum. Risa, Helen dan Mika berperan andil memenuhi kantin sekolah. Mereka menempati kursi paling pojok karena hanya tempat itu yang kosong.

Sembari menunggu pesanan bakso, mereka sama-sama memperhatikan seseorang yang berada tak jauh dari posisi mereka. Seseorang yang mengisi tempat sendirian tanpa ditemani siapa pun. Cowok itu tengah menyantap sepotong roti isi dan susu seraya memandang layar ponsel.

Bukan menjadi hal aneh lagi bagi orang-orang yang melihatnya. Tak ada yang berani duduk di sebelahnya, bahkan untuk bertegur sapa pun mereka perlu berpikir dua kali. Tak ada alasan untuk membencinya. Adrian memang dikenal dengan makhluk anti-sosial. Wajah datar yang ia miliki pun mendukungnya menjadi sosok yang dingin.

Risa beralih sejenak memandang kedua temannya. Wajahnya sedikit lebih maju. "Adrian emang begitu ya orangnya?" bisiknya.

Helen memiringkan kepala, melempar tatapan bingung. "Apanya, Sa?"

"Sendirian kek gitu."

"Iya." Mika menganggukkan kepala.

"Sejak kapan?"

"Gue taunya dari awal masuk SMP karena gue dulu satu sekolah sama dia."

"Gila. Nolepnya nggak hilang sampai sekarang," celetuk Helen.

Risa kembali memandang Adrian. Pandangan itu cukup lama hingga ia perlu menggunakan tangannya untuk menopang dagu. Ia tengah berpikir. Bukankah kebanyakan cowok yang dianugerahi paras tampan sangat mudah untuk populer? Tentu dengan popularitasnya ia bisa memiliki banyak teman. Bahkan mudah baginya menarik perhatian anak gadis yang tergila-gila dengan visual dimilikinya.

Beberapa gadis belia tentu pernah terpikat dengan wajah rupawan Adrian. Akan tetapi, mengingat kepribadian yang dimilikinya tentu menjadi nilai negatif sehingga mereka lebih memilih untuk mengagumi dari jauh. Mereka tak ingin membuatnya terusik. Menurut gosip yang beredar, Adrian tak segan untuk murka dan melakukan kekerasan kepada mereka yang telah mengusik hidupnya.

Tanpa diduga Adrian melirik ketiga cewek yang tengah memperhatikannya. Saat itu mereka serempak mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Raut wajah mereka terlihat gusar. Tentu saja mereka terkejut dengan yang dilakukan Adrian secara tiba-tiba.

Sorotan mata tajam dari Adrian membuat suasana mencekam. Kebetulan makanan yang mereka pesan tiba di waktu yang tepat sehingga bisa mengalihkan perhatian Adrian. Ketiganya menyantap seporsi bakso dengan tangan gemetar ketika memegang sendok dan garpu.

"Jangan takut toh, Neng. Bakso yang besar itu isinya bukan bom, kok," pungkas penjual bakso, Kang Ujang. Usai menaruh gelas terakhir dari pesanan mereka ia pun berlalu menghampiri meja selanjutnya.

"Len, lo makannya biasa aja," usul Mika.

"Lo sendiri megang sendok juga gemetar."

Mika menoleh ke Risa seraya mengangkat satu alis. "Sa, coba lo tengok bentar. Adrian masih lihat ke sini, nggak?"

Risa menggeser sedikit kepalanya yang terhalang tubuh Mika. Saat ini netra berhadapan dengan sorotan mata tajam yang berada tak jauh darinya. Sontak Risa menundukkan kepala menunjukkan wajah getir kepada temannya. "I...iya. Dia masih lihat ke sini."

She's Dating a Cold BoyWhere stories live. Discover now