37 : Bukan Sekadar Nafsu

7.7K 979 812
                                    

Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih banyak pada kalian karena sudah memberi respon positif, saran, kritik, motivasi, dan tanggapan bahwa kalian masih menanti cerita ini

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Sebelumnya saya mau mengucapkan terima kasih banyak pada kalian karena sudah memberi respon positif, saran, kritik, motivasi, dan tanggapan bahwa kalian masih menanti cerita ini. Terharu baca komen kalian di bab sebelumnya 🥺💗💗

Terima kasih banyak dan maaf 💫

Semoga cerita ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca 💫

Selamat membaca!
Jangan lupa awali dengan basmallah...

“Kita pasti akan dapat melewati setiap badai, meski harus tumbang berkali-kali

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

“Kita pasti akan dapat melewati setiap badai, meski harus tumbang berkali-kali.”

– Fillah Sahef –


_________Serambi Masjid__________

-
-
-

Seusai sarapan pagi itu di ruang makan Ndalem, Fillah segera menyusul Buya Hamzah ke ruangan yang biasanya digunakan sebagai ruang kerja, untuk membicarakan hal yang serius. Fillah terlebih dahulu menyalami tangan pamannya dengan takzim, lantas beralih mendudukkan diri di hadapan laki-laki paruh baya tersebut.

"Fillah," panggil Buya Hamzah.

"Na'am, Buya?"

"Berapa umur kamu sekarang?" tanya Buya Hamzah berbasa-basi.

"Dua puluh tiga tahun, Buya."

Mendengar itu, Buya Hamzah berdeham singkat. Beliau lantas berkata, "Sekarang sudah saatnya kepemimpinan STAI Al-Hidayah jatuh ke tanganmu, Fillah."

Tak dapat disembunyikan lagi, Fillah sedikit terkejut dengan penuturan sang paman. "Maksud Buya?" tanyanya meminta penjelasan.

"Kamu tahu sendiri, Nak, almarhum ayah kamu menitipkan pesantren ini termasuk STAI Al-Hidayah kepada saya sebelum meninggal, hingga kamu, Fahmi, dan adikmu benar-benar sudah pantas untuk memegang penuh kekuasaan atas tempat ini. Dan sekarang, Fahmi telah menjalankan amanat ini dengan baik. Sedangkan kamu, sekarang kamu pun sudah pantas untuk mengemban amanat ini, Nak. Kamu sudah berusia di atas dua puluh tahun, kamu pun sudah menikah. Jadi, sudah saatnya kepemilikan STAI Al-Hidayah jatuh di tangan kamu," jelas Buya Hamzah panjang lebar kepada keponakannya.

Serambi MasjidDonde viven las historias. Descúbrelo ahora