38 : Bukan Salah Takdir

7K 907 842
                                    

Selamat datang kembali di cerita Serambi Masjid!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Selamat datang kembali di cerita Serambi Masjid!

Sebelum membaca cerita ini, pastikan kalian sudah tadarus Al-Qur'an atau minimal mendengarkan murotal di bulan yang berkah ini-!! ^^

Syarat sebelum melanjutkan membaca bab ini:

Lakukan butterfly hug, lalu ucapkan, "Alhamdulillah, terima kasih diriku atas apa pun kebaikan dan kerja keras yang kamu lakukan."

⚠️ Disarankan membaca bab ini setelah berbuka puasa atau sebelum imsak, agar emosi apa pun dalam cerita ini tidak mempengaruhi kualitas ibadah puasa kalian.

Selamat membaca!

Jangan lupa vote dan komen!

“Tak ada yang lebih membuat tenang, kecuali ketika tungkai kaki yang berlumur dosa berjalan tertatih-tatih untuk menghadap kepada-Nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Tak ada yang lebih membuat tenang, kecuali ketika tungkai kaki yang berlumur dosa berjalan tertatih-tatih untuk menghadap kepada-Nya.”

_________Serambi Masjid__________

-
-
-

Entah sudah berapa lama matanya terus terjaga. Entah sudah seberapa lama kedua tangannya menengadah ke atas. Entah sudah berapa kali mulutnya mengeluarkan kalimat dzikir, sholawat, maupun bacaan ayat Al-Qur'an. Entah sudah seberapa kali nama Rabb-nya mengalun indah di tengah-tengah gelapnya malam. Entah sudah berapa kali laki-laki itu bergelut dengan shalat malam yang tiada henti. Dan entah sudah seberapa banyak bulir air mata yang menyapu permukaan pipinya hingga jatuh ke atas sajadah.

Dari dirinya pulang ke rumah hingga pukul dua dini hari sekarang, laki-laki itu masih enggan untuk beranjak dari atas sajadahnya, enggan memalingkan wajah dari arah kiblatnya, enggan menghentikan berbagai macam munajat walau hanya sekejap saja. Di tengah-tengah sepi, ditemani rasa sunyi, semua yang ia lakukan mampu menggemparkan penduduk langit Sang Ilahi. Ia hanya ingin bersama Tuhannya, meluapkan rasa penyesalan, kebimbangan, dan ketidakjelasan yang bersemayam dalam hati.

Dan tanpa disadari, semua itu tak lepas dari pengetahuan Ilana yang sedari tadi memperhatikan – lebih tepatnya mengintip dari celah-celah pagar berbulu lentiknya. Pada kenyataannya, semenjak pulangnya Fillah yang entah dari mana, Ilana telah sadar sepenuhnya dari tidurnya, lantas selama beberapa jam, ia terus berpura-pura terlelap sembari mengamati setiap gerak-gerik Fillah.

Serambi MasjidWhere stories live. Discover now