“Aku hanya pemula yang ingin memahamimu lebih banyak.”
— Ilana Adzkiya —
•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•
-
-
-"Ya Allah, banyak banget obatnya."
Ilana menatap malas lima butir obat di piring kecil yang sudah disiapkan oleh Fillah. Kini ia sudah bersiap untuk berangkat ke kampusnya. Namun, setelah sarapan, sang suami memerintahkannya untuk meminum obat terlebih dahulu.
"Harus diminum semuanya, Kiya. Katanya mau sembuh," peringat Fillah.
Mendengar itu, Ilana hanya bisa menghela napas lelah dan mengangguk. Tak terpikirkan sebelumnya oleh Ilana, bahwa ia akan memakan semua obat itu dalam satu waktu sekaligus. Sekarang kondisi kesehatannya harus bergantung pada obat-obat tersebut.
Fillah mulai menghaluskan satu per satu obat menggunakan alat yang dibelinya, sehingga ia tidak perlu lagi menggunakan sendok yang memakan waktu lebih lama. Setelah obat halus dan dicampurkan sedikit air, Fillah menyuapi obat itu pada Ilana.
Hal itu berlangsung selama lima kali sampai obat di piring kecil sudah habis. Terakhir, Ilana menegak habis air putih untuk menghilangkan rasa pahit di lidah dan kerongkongannya.
"Sekarang saya tahu kenapa kamu lebih suka minum obat pahit itu dengan digerus."
Ilana mengernyit, lalu menaruh gelas ke atas wastafel. "Kenapa?"
"Karena saya manis." Fillah tersenyum sembari menaik-turunkan alisnya, ibu jari dan telunjuknya ia posisikan di bawah dagu membentuk tanda centang.
"Hah?"
"Obat itu akan terasa manis kalau kamu minumnya sambil menatap saya. 'Kan, wajah saya manis. Iya, 'kan?"
Plak!
"Aduh!" Fillah mengaduh kesakitan saat sebuah pukulan yang dilayangkan oleh Ilana mendarat di lengannya.
"Maaf, Ila refleks, soalnya Gus kegeeran," cicit Ilana. Tanpa diketahui Fillah, ia tersenyum di balik cadarnya.
"Saya ngomong yang sebenarnya, lho. Saya memang laki-laki paling manis di dunia, semua orang bahkan mengakui itu, termasuk kamu," puji Fillah kepada dirinya sendiri dengan penuh percaya diri.
"Ya Allah, narsisnya suamiku." Ilana geleng-geleng kepala.
"Lagipula, kapan Ila mengakui Gus manis?"
"Setiap saat."
"Ck."
Fillah terkekeh mendengar decakan Ilana.
"Tapi bagi saya, kamu yang lebih manis dari apa pun," puji Fillah memelankan suaranya. Tetapi, Ilana sedikit mendengar perkataannya itu.
"Gus bilang apa?"
YOU ARE READING
Serambi Masjid
Teen Fiction[Romance - Spiritual] Dunia Ilana itu hanya dipenuhi luka, derita, dan air mata. Terlebih, setelah mamanya tiada, rasa sakit yang Ilana rasakan kian luar biasa. Hingga Ilana lupa bagaimana cara untuk tertawa. Kepahitan hidup yang semakin menjadi-ja...