24 : Innerchild [Keluarga]

16.2K 2K 155
                                    

"Gilaku bukan karena harta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gilaku bukan karena harta.
Gilaku juga bukan karena cinta.
Tapi, gilaku karena keluarga."

— Ilana Adzkiya

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-


[Play mulmed : Ayah by Seventeen]

Manik indahnya memandang kehampaan langit malam, tanpa ditemani bintang begitu pun bulan. Bibirnya terkatup rapat, tak memiliki niat untuk membukanya. Ia sibuk menikmati malam sembari membiarkan otaknya dipenuhi oleh berbagai pikiran yang saling bergelut dan bertanya-tanya akan banyak hal.

Namun, fokusnya seketika buyar dan ia sedikit tersentak tatkala Fillah menarik cepat tangannya yang bahkan tidak ia sadari bahwa jari telunjuknya berdarah terkena tajamnya duri kaktus. Ilana menoleh ke arah Fillah yang langsung memasukkan jari telunjuknya ke mulut dan menghisapnya guna untuk menghentikan darah yang keluar.

"Gus..." panggil Ilana saat melihat wajah panik suaminya.

"Seharusnya saya nggak ninggalin kamu sendirian agar kamu nggak nekat lagi," lirih Fillah dengan penuh penyesalan.

"Apa maksud Gus?"

"Kamu mencoba melukai diri kamu sendiri dengan cara menusukkan jari kamu pada duri kaktus. Atau bahkan, kamu berniat lompat dari balkon?"

Senyum lembut terukir di wajah Ilana setelah mendengar perkataan suaminya. "Ila nggak nekat lagi, Gus. Ila cuma sedang menikmati suasana malam, tapi sampai nggak sadar jari Ila tertusuk duri dan berdarah. Ila nggak ada niatan sama sekali untuk lompat dari balkon dan bunuh diri seperti sebelum-sebelumnya. Lagipula, Gus pernah bilang, kalau bunuh diri itu haram. Orang yang bunuh diri di hari kiamat kelak akan mendapat azab seperti cara yang dilakukannya untuk bunuh diri. Semenjak Ila mengetahui itu, Ila nggak pernah terbesit sedikit pun niat untuk bunuh diri," jelas Ilana dengan penuturan yang begitu lembut.

Perasaan Fillah menjadi lega mendengarnya. Ia bersyukur karena Ilana memiliki landasan untuk tidak lagi mencoba mengakhiri hidupnya dan mengerti bagaimana konsekuensi jika melakukan hal tersebut. Wajah panik Fillah kini berubah menjadi cerah dengan senyum disertai lesung pada kedua pipinya.

Fillah kemudian mengajak Ilana untuk masuk ke dalam. Ilana duduk di atas karpet bulu berwarna ungu yang ada di ruangan tersebut. Sedangkan Fillah menutup pintu dan jendela, lalu menguncinya.

Tatapan Ilana terhenti ketika melihat buku sketsa yang tergeletak di lantai, yang tadi diletakkan Fillah secara asal lantaran panik. Buku tersebut masih terbuka dan menunjukkan halaman yang memuat gambar terakhir yang ia buat.

"Gus, bagaimana rasanya disayang oleh Pak Kyai?"

Fillah yang tengah menutup gorden, menghentikan kegiatannya kala penuturan lirih dari istrinya terdengar. Ia berbalik, dan melihat Ilana yang masih menatap gambar pada buku sketsa dengan tatapan sendu.

Serambi MasjidWhere stories live. Discover now