22 : Ruang Healing

14.6K 2K 102
                                    

“Sebaik-baik self healing adalah dengan bertaubat, menerima ketetapan, dan mendekatkan diri kepada-Nya

Hoppsan! Denna bild följer inte våra riktliner för innehåll. Försök att ta bort den eller ladda upp en annan bild för att fortsätta.

“Sebaik-baik self healing adalah dengan bertaubat, menerima ketetapan, dan mendekatkan diri kepada-Nya.”

•°•°•°•°•Serambi Masjid•°•°•°•°•

-
-
-

Setelah satu minggu lebih di rumah orang tuanya, hari ini Ilana memutuskan untuk pulang ke rumahnya bersama sang suami. Meski awalnya Fillah ragu lantaran Ilana mungkin masih rindu dengan suasana desa, namun akhirnya ia mengiyakannya. Yang kini Ilana rindukan adalah suasana damai di pesantren. Ia merindukan teman-teman serta keluarga Fillah.

"Jaga kesehatan ya, Dek. Kerjakan kewajiban kamu sebagai istri dan santri. In Syaa Allah, kapan-kapan Mas akan berkunjung," pesan Cakra sembari memeluk Ilana dengan erat. Adiknya itu mengangguk mengiyakan.

Cakra beralih kepada adik iparnya yang menghampiri setelah menaruh barang-barang ke dalam bagasi mobil. Mengulurkan tangan saat Fillah hendak bersalaman dengan sopan. Kemudian ia sedikit mendongak, mendekatkan mulutnya di samping telinga Fillah.

"Abang percayakan Ilana sama kamu. Abang yakin, kamu bisa membuat Ilana lebih baik. Jangan sakiti dia, ya," bisik Cakra diakhiri menepuk pelan pundak adik iparnya.

"In Syaa Allah, saya akan pegang amanat dari Abang." Fillah berujar dengan mantap.

"Ya sudah, kami pulang ya, Bang. Jaga diri baik-baik," sambungnya kemudian mengajak Ilana memasuki mobil.

"Iya, kalian juga jaga kesehatan."

Ilana melambai-lambaikan tangan kepada Cakra dari dalam mobil. Netra matanya menatap sendu rumah di depannya. Rumah yang tidak akan ia kunjungi lagi setelah rumah tersebut terjual. Rumah yang hanya akan menjadi sebuah kenangan.

Ilana mengusap air mata yang tanpa sadar sudah membasahi pipi ketika mobil yang ia dan sang suami tumpangi mulai melaju. Melirik sekilas ke arah Fillah yang tampak fokus menyetir, kemudian memilih untuk menyenderkan kepala pada jendela sembari memandang jalanan.

Tak butuh waktu yang terlalu lama, hanya satu jam, mereka akhirnya sampai tepat di rumah kini mereka tinggali. Selama perjalanan, Ilana tertidur pulas akibat efek dari obat yang sebelumnya telah ia minum. Dengkuran halus terdengar begitu tenang.

Setelah melepas seatbelt, Fillah menoleh ke arah samping. Melihat wajah tenang Ilana membuatnya juga ikut merasa damai. Ia sampai tidak tega jika membangunkan istrinya itu.

Perlahan tangannya terulur, mengusap lembut wajah Ilana yang lagi-lagi membuatnya bersyukur atas kecantikan yang Allah berikan kepada perempuan itu. Ia rasa, dirinya sudah terpikat dengan wajah yang selalu menjadi pertama yang ia lihat di kala bangun tidur.

Gerakan tangan Fillah terhenti saat Ilana membuka mata secara tiba-tiba. Fillah langsung mundur ke tempat duduknya dengan jantung yang berdegup kencang.

Serambi MasjidDär berättelser lever. Upptäck nu