EXTRA PART ALVAREZ 01 : BAHAGIA YANG SEMPURNA

20.8K 743 27
                                    

Varez meletakkan buket bunga mawar putih di atas makam dengan tanda salib itu. Dia tersenyum kecil sembari mengelus batu nisan yang bertuliskan nama perempuan yang pernah menjadi cintanya semasa SMA. Trisha Zevanca.

Ingatan masa-masa yang menyesakkan itu seketika berkelebat di kepala Varez. Sampai helaan napas berat dia keluarkan untuk mengurangi sedikit rasa bersalahnya karena tidak bisa datang tepat waktu menyelamatkan Trisha, sampai perempuan itu harus pergi dengan cara yang sangat-sangat menyakitkan. Trisha bahkan belum merasakan bahagia yang Varez janjikan padanya tapi dia sudah pulang lebih dulu.

Sha, maaf gue nggak bisa nepatin janji buat bahagiain lo. Dan maaf, gue udah membagi cinta gue dari lo, batin Varez berucap.

Kepalanya lalu mendongak pada Nagisa yang berdiri di sampingnya sembari menengadahkan tangan dan berdoa. Kedua matanya terpejam dan bibirnya bergerak membacakan doa-doa untuk Almarhumah Trisha.

Pandangan Varez tidak lepas dari paras cantik Nagisa. Dia pun mengukir senyum tipis.

Namanya Nagisa, dia istri gue yang paling gue cintai, Sha. Dia adalah hidup gue, seseorang yang sangat spesial di hati gue sekarang. Gue cinta banget sama Nagisa, Sha, batin Varez kembali berucap.

Nagisa mengusapkan telapak tangannya ke wajah selesai memanjatkan doa. Dia kemudian tersenyum melihat Varez yang menatapnya.

"Udah berdoa untuk Trisha?" tanya Nagisa mengusap pundak Varez yang berjongkok di sampingnya.

Varez kemudian berdiri dan menggenggam tangan Nagisa. "Udah," jawabnya tanpa melepaskan tatapannya dari sang istri.

Keduanya kembali melihat ke makam Trisha. Nagisa tidak bisa berjongkok karena perutnya yang sudah membesar.

"Trisha, aku Nagisa. Maaf aku baru kesini ketemu kamu. Trisha, bahagia ya di sana. Jangan sedih lagi. Sekarang kamu sudah bebas dari rasa sakit yang kamu rasain dulu."

Nagisa lalu menoleh pada Varez.

"Kita pulang?" tanya Varez diangguki oleh Nagisa. Keduanya lalu berbalik pergi meninggalkan makam Trisha.

Varez dengan sabar mengikuti jalan Nagisa yang pelan. Dia menggenggam tangan Nagisa dan memperhatikan setiap langkah sang istri. Ada batu kecil pun Varez langsung menyingkirkannya supaya tidak menghalangi jalan Nagisa dan membuatnya terpleset. Hal itu pun membuat Nagisa terkekeh.

"Rez," panggil Nagisa.

Dengan lembut Varez menjawab seraya menatap sang istri. "Iya, Sweetie?"

"Terima kasih udah ngabulin keinginan aku untuk ziarah ke makam Trisha."

Varez tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, Sayang. Aku akan ngabulin apapun keinginan kamu dan juga anak kita." Varez mengusap perut Nagisa.

"Kamu nggak salah, Rez," ujar Nagisa membuat kening Varez berkerut bingung. Namun dia tetap diam, menunggu Nagisa kembali menjelaskan kata-katanya.

"Di saat kepergian Trisha, itu sudah menjadi takdir. Jadi kamu nggak usah merasa bersalah kalau kepergian Trisha karena salah kamu yang terlambat menyelamatkannya."

Varez sontak terdiam.

"Dari tatapan kamu di makam tadi, aku tahu kamu sedang menyalahkan diri kamu sendiri." Nagisa berhenti berjalan begitupun Varez. Dengan senyum manisnya, Nagisa menangkup wajah tampan suaminya itu. "Dari takdir itu juga kita dipertemukan dan menjadi suami istri seperti sekarang."

Varez ikut tersenyum kemudian mengangguk. "Iya, aku nggak akan nyalahin diri aku lagi karena kepergian Trisha." Varez kemudian mencium kening Nagisa lembut lalu memeluknya, tidak terlalu erat. Takut jika nanti anak mereka terjepit.

Alvarez Sky Lawrence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang