[ ASL ] • 24 KEPERGIAN CACA

14K 776 11
                                    

SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA SUKA, AAMIIN!

TETAP KAWAL CERITA INI SAMPAI AKHIR❤️❤️

••••

CHAPTER 24. KEPERGIAN CACA

"CACA!!" Nagisa langsung masuk ke kamar rawat Caca dan mendekat ke brankar di mana Caca berbaring dengan banyak selang di tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Nagisa pada Lembayung. Raut wajahnya terlihat begitu cemas.

"Dia tiba-tiba kejang," ujar Lembayung.

"Dokter, lakukan yang terbaik untuk Caca, Dokter!" Ibu Caca memohon dengan tangis yang sudah pecah.

"Kami mohon, Dokter. Caca satu-satunya putri kami," ujar Ayah Caca ikut memohon.

"Pak, Bu, kami pasti akan melakukan yang terbaik. Bapak dan Ibu berdoa semoga tidak terjadi apa-apa sama Caca," ujar Nagisa.

Suster mempersilahkan kedua orang tua Caca keluar dari ruangan agar Dokter bisa memeriksanya.

Sedangkan di luar ruangan, Varez mengintip lewat kaca kecil di pintu, menatap lekat Nagisa yang begitu tanggap dalam keadaan darurat seperti sekarang. Lengkungan senyum pun terukir di wajah tampannya.

Bangga? Tentu saja Varez bangga memiliki istri seperti Nagisa. Walaupun galak dan kadang menyebalkan, tidak membuat perasaan Varez pada perempuan itu luntur sedikit pun. Malah semakin kuat setiap detiknya.

Suasana di dalam sana begitu tegang. Suara mesin pendeteksi detak jantung berbunyi semakin cepat.

"Caca! Caca denger Dokter?! Caca!"

Kedua mata Nagisa membulat melihat darah yang tiba-tiba keluar dari hidung Caca. Wajahnya juga semakin pucat dan tangannya bergetar hebat.

"Caca! Caca denger Dokter? Caca!"

"Detak jantungnya semakin cepat Dokter!"

"Siapkan Defribrilator!"

Suster dengan sigap melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Dokter.

Nagisa menempelkan Defribrilator ke dada Caca. Seketika tubuh gadis kecil itu tersentak ke atas. Nagisa melakukannya lagi. Berharap detak jantung Caca kembali normal.

'Caca kuat! Dokter tau Caca anak yang kuat! Bertahanlah! Disini ada Ibu dan Ayah, yang selalu ada untuk Caca. Dokter mohon Caca pasti bisa melawannya! Caca sudah janji Caca mau sembuh dan bisa bermain lagi, kan, sama teman-teman Caca!' batin Nagisa berucap.

"Sekali lagi!" ujar Nagisa kembali meletakkan Defribrilator ke dada Caca.

TIIT! TIIT! TIIT! TIIT!
TIIIIIIIITTTT!!

Nagisa membeku mendengar suara nyaring itu. Pandangan Nagisa lurus pada layar EKG yang sudah menampilkan garis lurus.

"Caca..." lirih Nagisa dengan setetes air mata yang jatuh.

••••

"Dokter, bagaimana keadaan Caca?" tanya orang tua Caca sesaat Nagisa baru keluar dari kamar rawat Caca.

"Sayang?" Varez menghampiri karena Nagisa hanya diam dengan pertanyaan orang tua Caca.

"Maaf, Pak, Bu. Kami sudah berusaha. Tapi takdir sudah berkehendak lain," lirih Nagisa bergetar.

Orang tua Caca langsung masuk ke kamar rawat sang putri. Kedua mata Nagisa memejam mendengar isak tangis sepasang suami istri itu yang langsung pecah. Varez mengulurkan kepalanya dan melihat tubuh Caca sudah di tutup kain putih seluruhnya. Sekarang Varez paham dengan keadaannya.

Alvarez Sky Lawrence [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin