#24 sifatnya ayah berubah?!⏳

48 6 1
                                    

Pukul 14:10

POV BIMA:

Kini keberadaan aku sedang ada dikamar bersama Raka,dari tadi kupandangi mukanya Raka,dia selalu saja memasang muka kecewanya,memang sih kalau aku jadi dia pasti aku juga bakal kecewa dengan apa yang udah kulakukan,ditambah karna kelakuan itu,harus sampai mengorbankan dua orang.

Aku sedang memasang dasi untuk pergi ke proses pemakaman kedua adikku,selesai memasang dasi,aku memutuskan untuk pergi ke luar kamar menuju kamar bundaku,namun entah mengapa secara tiba-tiba Raka langsung menarik lenganku.

"Bima...aku takut,nanti kalau bunda marah gimana?"
Tanya Raka

"..."

"Aku Ndak mau kena marah bunda"

"Ndak apa Raka,ada aku di sampingmu,aku pasti bakal tolong kau kok"
Jawabku untuk menenangkannya

"Makasih Bima..."

"Sama-sama"

Akupun menggenggam tangan Raka dan berjalan menuju kamar bunda,aku melihat kamar bunda tertutup rapat,karna aku tidak mau mengganggu bunda yang sedang beres-beres,aku lebih memilih diam.

Dan tidak lama kemudian,aku mendengar suara teriakan bunda dan ayah,seperti sedang berkelahi,ayah berteriak dan sesekali mengeluarkan kata-kata kasar.

Aku dan Raka kaget saat ada suara pecahan kaca dari kamar bundaku,dari sini aku sudah menebak bahwa bunda sedang di bentak-bentak oleh ayah.

"Bima...aku takut...ayo balik ke kamar"
Ujar Raka

"..."

Aku tidak mau adikku ketakutan karna kelakuan orang tuaku,tapi aku harus berhentiin perkelahian orang tuaku,ditambah aku tahu bahwa bunda sedang dibentak oleh ayah.

Sepertinya tidak masalah jika aku menyuruh Raka untuk diam di kamar dan sedangkan aku akan mencoba untuk memberhentikan perkelahian itu dengan caraku,walau aku tahu bahwa aku tidak mungkin bisa memberhentikannya,karna aku hanya anak kecil,sedangkan yang berkelahi itu adalah orang dewasa,tapi aku akan tetap mencobanya.

Aku menyuruh Raka untuk pergi ke kamar dan menutup pintunya.

Raka mengangguk dan melepas genggamannya lalu pergi ke kamar dan menutup pintunya.

Aku menghela nafas panjang dan mulai mengetok-ngetok pintu kamar bunda sambil memanggilnya.

"Bunda!...,Ayah!.."

Tepat saat aku memanggil bunda dan ayah,suara gaduh dari kamar bunda semakin keras.

"KALAU BUKAN KARNA KAU TIDAK MEMPERHATIKAN BAGAS DAN RARA SAAT BERMAIN!,BAGAS DAN RARA TIDAK AKAN MENINGGALKAN KITA UNTUK SELAMANYA!"
Teriak ayah dari dalam kamar

"APA?!!,UCAP SEKALI LAGI!!,APA KAU TIDAK SADAR..BAHWA KAU JUGA TIDAK MEMPERHATIKAN BAGAS DAN RARA SAAT MEREKA BERMAIN!!LALU MENGAPA HANYA AKU YANG ENGKAU SALAHKAN?!!"
Teriak bunda

Ternyata mereka sedang mempertengkarkan soal Bagas dan Rara..,sebenarnya itu salahku,bukan salah bunda dan ayah bahkan Raka,aku yang tertua diantara adik-adikku,seharusnya aku yang disalahkan,bukan....mereka,karna aku kurang fokus saat bermain,aku jadi tidak memperhatikan Bagas dan Rara,aku malah memperhatikan bola yang dilempar Raka ke jalan raya,andai saja aku waktu itu cepat mencegat bolanya untuk ke jalan raya,ini semua tidak akan terjadi.

Terdengar suara pintu kamar bunda terbuka dan aku melihat kamar bunda sudah berantakan dan ada banyak pecahan kaca dan vas bunga di lantai.

Saat aku melihat ke arah kaca-kaca itu,ayah secara tiba-tiba mendorong bunda hingga bunda terjatuh ke lantai,aku berlari ke arah bunda dan melihat muka bunda sudah basah akibat air matanya,dan aku juga melihat ada bekas tamparan di pipi bunda sebelah kiri,dan aku tahu siapa yang menamparnya,aku tidak terima jika ayah menampar bunda,aku membalikan tubuhku ke arah ayah dan menatapnya.

My Two BiasWo Geschichten leben. Entdecke jetzt