53. MAU SAYA BUNUH?

6.3K 1K 236
                                    

Malming ini kamu ke mana?🌝

Oye. Yuk, vote komen menjelang end ❤️

🤼🤼

Albert menyingkap selimut dan bergabung dengan Salsa di tempat tidur di sisi kanan. Tangan kirinya menekuk untuk bantalan kepalanya sendiri, agar bisa leluasa memperhatikan Salsa yang berbaring telentang.

"Perutnya udah kerasa enakan?" tanya Albert sembari menurutkan jemarinya di dahi Salsa sampai ke helai rambut yang terjuntai di bantal.

"Udah kok." Salsa masih bertahan dengan pejaman mata.

Beberapa saat hanya diam, Salsa akhirnya membuka mata. Tanpa mengubah posisi berbaringnya, ia menoleh ke Albert.

"Perutnya harus diisi lagi," saran Albert.

"Nanti muntah lagi," keluh Salsa. Ia juga lapar sebenarnya. Tapi entah kenapa perutnya malah belum bisa menerima makanan.

"Itu tadi karena makan steak terlalu banyak mungkin." Albert tersenyum. "Makan sop aja ya? Masih ada yang dibawain Mama."

Hm, mungkin benar. Salsa kangen steak salmon buatan Chef Chris yang ada di rumah Albert. Jadi waktu ia lihat itu langsung kalap. Padahal ia sadar masih masuk angin, perutnya juga kurang enak dari siang tadi.

"Biar bisa minum obat." Albert kembali mengingatkan. Sehabis tahu kalau Salsa muntah tadi, Albert langsung memanggil salah satu dokter keluarga. Ia hanya takut penyakit lambung kronis Salsa bermasalah lagi. Syukurlah kata dokter bukan itu. Mualnya Salsa adalah sebagian kecil dari reaksi demam ringan yang dialami.

"Sebentar lagi aja, Al," jawab Salsa. Tapi lihat Albert yang seperti tidak setuju dengan jawabannya, ia tambahkan. "Lima menit. Perutku masih kayak kebas gitu."

Albert bangkit duduk dan meraih minyak angin di meja. Ia tuangkan ke telapak tangan kanan sebelum kembali berbaring ke posisi semula. "Aku bantu usapin ke perut kamu sini."

Salsa menurunkan selimut dan membuka piyamanya sedikit. Membiarkan tangan besar Albert mendarat di perutnya. Ia meringis kaget begitu telapak tangan lelaki itu bersentuhan dengan kulitnya.

"Kenapa? Sakit?" tanya Albert mengonfirmasi.

"Kaget aja." Salsa tersenyum kecil. "Agak ngilu. Kalo lagi nggak enak badan suka gitu ya, Al? Tadi waktu aku mandi, usapin spons ke lengan aja nyeri."

Albert terkekeh melihat bagaimana cara Salsa menceritakan apa yang sedang dirasa. Tangannya masih setia memijit pelan bagian perut Salsa di balik selimut yang kembali ia naikkan. "Kayaknya semua orang kalo lagi demam memang begitu, Sal."

Salsa kini membalikkan badan ke kanan, membuat telapak tangan Albert bukan lagi di perutnya, namun di pinggang. Ia perhatikan lekat wajah Albert yang begitu tenang. Apalagi mata birunya yang menatap Salsa dengan begitu lembut. Disertai usapan yang sudah Albert pindahkan lagi ke perut.

"Besok kamu sembuh," kata Albert sembari mengecup singkat bibir pucat Salsa.

"Sekarang juga udah sembuh kok." Salsa yakin dengan ucapannya. "Abis sembuh dari GERD, aku tuh jarang sakit, Al. Malah kayaknya nggak pernah. Maksimal cuma flu batuk aja. Nggak tau kenapa ini tiba-tiba demam."

"Karena ... kepala kamu ini terlalu banyak nampung pikiran." Albert mengarahkan telunjuknya ke pelipis Salsa.

"Bau minyak, Al." Salsa menyentak tangan Albert yang baru digunakan untuk mengusap perut, dan tadi malah terarah ke pelipisnya.

Albert tertawa ringan. Ia meraih tisu basah untuk membilas telapak tangan kanannya. Setelah yakin hanya sedikit bau yang tersisa, ia kembali menghadap Salsa. Perempuan itu kini menatapnya dengan senyum.

Terjebak Ex ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang