19. Dinner?

6.2K 1.1K 291
                                    

Gatau mau ngomong apa 🥹

Semoga masih ingat ada makhluk Mars di sini :((

Yang udah dapet spoiler dari ig, tetep tambahin komen di sini hayuk wkwk

🤼‍♂️🤼‍♂️

"Mati gue, mati gue, Mir!"

"Mati ap—astaga!" Mira ikut terpekik kaget saat mengikuti arah pandangan yang membuat Salsa terkejut tadi. "Makhluk Mars bawa temen dari planet mana lagi sih? Merkurius? Venus? Jupiter? Saturnus? Uranus? Neptunus? Atau mana?"

Salsa membelalak karena Mira malah mengabsen nama-nama planet. Ia lihat dua orang yang baru sampai pintu. Meski masih di luar tapi Salsa bisa melihatnya dari dalam melalui kaca yang tembus pandang.

Padahal Salsa tahu kekagetan mereka didasari hal berbeda. Ia yang punya pengalaman tidak baik dengan dua orang di sana, dan Mira yang kaget entah karena apa. Satu-satunya yang terpikir di otak Salsa adalah, ia harus menyingkir sekarang juga.

Dalam hitungan tiga, Salsa berencana melangkah mundur. Lalu nanti menggeser pintu kasir, melewati pintu tengah sebelum tangga, dan sampailah ke ruangannya sendiri. Ia amati pergerakan dua orang di luar. Aman, karena keduanya memutuskan duduk di beranda lebih dulu.

Salsa menatap Mira di sampingnya yang masih ngoceh dengan pandangan kagum. Astaga, jadi dari tadi Mira kaget karena kagum di saat Salsa sudah deg-degan setengah mampus?

Tapi tidak apa-apa, Salsa akan memanfaatkan keadaan ini. Sudah satu langkah ia bisa mundur, langkah kedua juga masih bisa ia lakukan. Tapi di langkah selanjutnya saat ia hampir membuka pintu kasir, suara decit yang cukup keras membuat Mira tersadar bahwa orang di sampingnya akan pergi.

"Eh, ke mana lo?" tanya Mira kaget. "Kenapa kabur?"

Diam beberapa saat. Salsa mendadak kehilangan kemampuan bicara karena tidak pandai beralasan.

"Sal, lo masih sadar kan? Kegantengan dua cowok itu menyerang kalbu sampe lo lupa cara ngomong?"

Salsa mengerjap beberapa kali. Lalu menggeleng. "Gue pergi, bukan kabur."

"Sebagai bos yang paling ramah, lo biasanya kalo mau pergi pasti pamit pake basa-basi."

"Analisis lo kadang ...." Salsa berdecak, memilih tidak mau melanjutkan keheranannya. Analisis Mira kadang kelewat detail sampai akar-akarnya. Ahli nujum kali ni anak!

Tapi Mira lagi-lagi mengerti maksud Salsa, jadi ia menjawab. "Ya apa gunanya gue susah-susah studi kasus di perkuliahan sampe analisis case kopi sianida yang dipikir bikin kepala pecah, kalo buat tau lo mau menghindar aja nggak bisa? Lo gampang ditebak tau."

Salsa meluruhkan bahu. Ia menengok ke belakang. Padahal pintu tengah sangat dekat dengannya dan ia bisa kabur begitu saja. Tapi ia tahu memendam semua hal yang sebenarnya ingin ia luapkan juga bukan hal baik. "Iya, gue niat kabur."

Di luar perkiraan, Mira justru membelalak. "Dua-duanya itu mantan lo?" pekiknya.

Kalau soal beginian Mira salah prasangka. Gerak-gerik Salsa mungkin mudah ditebak, tapi hal seperti ini jelas hanya Salsa sendiri yang tahu. Permasalahan hati, perasaan bersalah, dan hal lainnya.

"Bukan." Salsa menggeleng. Ia masih menimbang-nimbang apakah tepat bercerita sekarang. Ditatapnya dua kursi di beranda Bee Florist yang masih diduduki orang-orang itu. "Temen SMA."

"SMA lo dulu tempatnya selebritis atau gimana sih? Cakep-cakep amat orangnya."

Salsa berdecak. Mira tuh seolah-olah tidak pernah lihat cowok ganteng. Padahal Salsa lihat sendiri CV Mira saat mendaftar di tokonya, latar belakang pendidikannya gila-gilaan. Kalangan atas semua. Pasti banyak juga yang good looking.

Terjebak Ex ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang